Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.
Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Yuda memarkirkan motornya di halaman rumah yang cukup luas. Begitu Kirana turun, ia langsung melihat pemandangan yang membuat hatinya melunak: Arka dan Tiara sedang tertawa riang di teras depan, ditemani seorang wanita paruh baya yang ia yakini adalah Lasma, Ibu dari Yuda.
Lasma tampak sedang menunjukkan sesuatu di ponselnya kepada Tiara, sementara Arka sedang asyik bermain dengan sebuah bola plastik di lantai.
Melihat kedatangan mereka, Lasma langsung berdiri, tersenyum ramah.
“Nah, ini dia Ibunya datang!” seru Lasma dengan nada gembira.
"Bundaaa!!!!" ucap Tiara sambil berlari kearah ibunya diikuti dengan Arka dibelakangnya.
Kirana langsung berjongkok, memeluk kedua anaknya dengan erat. Ia menghela napas lega, melihat mereka baik-baik saja dan tampak sangat menikmati waktu bermain.
“Kalian kenapa tidak bilang Bunda dulu kalau mau main ke sini, Sayang?” tanya Kirana lembut, namun terselip sedikit nada khawatir.
" aduhh, ini salah ibu yang ngga beri tahu kamu sebelumnya. Tadi ibu ngotot suruh Yuda untuk jemput Tiara kerumah mu. Maafin ibu yaa" ucap Lasma penuh penyesalan melihat Kirana sangat khawatir dengan anak-anaknya.
"ehh ngga papa kok Bu. Aku cuma khawatir kalo Tiara dan Arka ngerepotin ibu" jelas kirana.
" ngga ngerepotin sama sekali Kirana, malah ibu sangat senang, ibu dirumah jadi ada teman main"
Sedangkan Yuda hanya berdiri memandangi mereka. Ketika melihat ibunya bahagia ia juga ikut merasakan hal yang sama.
" ya sudah kita masuk dulu yuk, udah mau malam ini" ajak Lasma pada Kirana.
"kyaknya lain kali aja deh Bu, Saya mau langsung pulang saja. Sudah terlalu sore ini" tolak kirana dengan halus.
“Lho, jangan begitu, Kirana,” Lasma menahan Kirana dengan tatapan memohon. “Ibu sudah masak banyak malam ini. Tadi Bi Sumi masak rendang. Kamu dan anak-anak harus cicipi.
“Iya, Bun. Rendangnya enak tadi aku disuruh cicipi,” celetuk Arka, membuat Kirana tidak enak hati.
“Terima kasih banyak, Bu. Tapi sungguh, saya jadi tidak enak. Saya belum mandi, Bu. Saya masih bau keringat sehabis kerja di toko,” jelas Kirana, menunjuk pakaian kerjanya yang sederhana. “Saya segan, Bu.”
Lasma tertawa kecil, melambaikan tangan seolah mengusir kekhawatiran Kirana.
“Astaga, Kirana. Mana ada tamu yang kami suruh pulang karena belum mandi? Sudah, jangan khawatir soal itu. Kamu bisa mandi di sini!”
Kirana benar-benar tidak bisa menolak kehangatan dan ketegasan Lasma. Ia menoleh ke arah Yuda, seolah meminta bantuan untuk membatalkan tawaran ini.
Yuda, yang dari tadi hanya diam mengamati, kini tersenyum tipis sambil mengangkat bahu.
“Nuruti kemauan Ibu memang lebih baik, Mbak Kirana. Ibu kalau sudah senang begini, susah menolaknya,” kata Yuda, mendukung ajakan Ibunya. Ia mendekati Kirana dan berbisik pelan, “Ibu saya tulus, Mbak. Jangan sungkan.”
Melihat Lasma yang sudah berjalan ke dalam rumah sambil menarik tangannya, dan dukungan dari Yuda, akhirnya Kirana mengangguk menyerah.
“Baiklah, Bu. Tapi saya sungguh minta maaf merepotkan sekali,” kata Kirana, merasa campur aduk antara rasa terharu dan malu.
“Tidak merepotkan, Nak. Sudah, ayo masuk,” ujar Lasma, membimbing Kirana masuk ke dalam rumah.
Saat Lasma dan Kirana menghilang ke lantai atas, Yuda menatap kedua anak Kirana. Tiara dan Arka sedang asyik menonton televisi.
Saat mereka berkumpul lagi di ruang makan beberapa saat kemudian, Kirana tampak jauh lebih segar. Ia mengenakan terusan rumahan milik Lasma yang terlihat pas di tubuh rampingnya. Dengan hijab instan.
setelah makan malam, mereka ngobrol sebentar. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Kirana merasa tidak enak hati karena sudah berlama-lama di rumah Lasma dan Yuda.
“Bu, terima kasih banyak ya. Makanannya enak sekali. Maaf kami merepotkan, ” ujar Kirana
"saya mau pamit pulang Bu, nanti terlalu malam sampai di rumah" ujar Kirana.
“Sudah, Nak. Jangan sungkan. Ibu senang sekali,” balas Lasma. “Yud, kamu antar Kirana dan anak-anak pulang sekarang. Jangan pakai motor, pakai mobil saja. Sudah malam, kasihan anak-anak.”
Yuda yang sudah menunggu di dekat pintu mengangguk setuju. " iya Bu"
Setelah berpamitan, Yuda segera membukakan pintu mobilnya. Arka dan Tiara yang sudah mengantuk langsung duduk di kursi belakang, bersandar ke kursi dan mulai terlelap tak lama setelah mobil Yuda meninggalkan halaman rumah.
Selama perjalanan, suasana di dalam mobil cukup hening, hanya terdengar suara pendingin udara dan napas halus anak-anak yang tertidur di belakang.
setelah beberapa saat, mobil yang ditumpangi Kirana berhenti di depan kontrakannya.
“Mas Yuda, sekali lagi terima kasih banyak ya. Sudah repot-repot mengantar kami,” ucap Kirana memecah keheningan.
“Tidak repot sama sekali, Mbak Kirana. Saya senang. Lebih senang lagi melihat Ibu bisa tertawa lepas hari ini.”
“Biar saya bantu gendong Arka, Mbak,” tawar Yuda begitu melihat Arka tidur pulas di kursi belakang.
Yuda kembali masuk ke rumah sederhana Kirana, menggendong Arka dan membaringkannya di kamar. Kirana menggendong Tiara mengiringi Yuda sampai ke pintu.
“Terima kasih banyak, Mas Yuda. Hati-hati di jalan ya,” ucap Kirana.
"Sama-sama, Mbak Kirana. Selamat malam. Saya pulang dulu,” balas Yuda.
Setelah mengantar Kirana dan anak-anaknya pulang, Yuda kembali ke rumah. Ia memarkir mobil di garasi, lalu berjalan masuk ke dalam. Lasma sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca.
“Gimana, Yud? Sudah kamu antar?” tanya Lasma begitu melihat putranya datang.
“Sudah, Bu.” jawab Yuda, menjatuhkan dirinya di sofa tunggal.