seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lamaran berujung pernikahan.
Hari Minggu yang cerah, tapi tak membuat hati seorang Zora berbinar, Zora menuruni tangga rumahnya yang megah. Pikirannya dipenuhi kesedihan dan rasa sakit. Ia siap menghadapi kenyataan bahwa Yusuf, pria yang ia cintai, akan mengumumkan pernikahannya dengan Ayudia di hadapan orang tuanya. Dia mendengar kabar dari Bu Suci bahwa Yusuf dan orang tuanya sedang berada di kota ini karena ada urusan , jadi mereka mampir untuk menemui ibu Suci, sekaligus bersilaturahmi pada Zora, tamu yang sempat singgah di lingkungan pesantren.
***
Di ruang tamu yang mewah, Yusuf duduk dengan tegap di samping Kyai Rahman dan Ibunda Yusuf. Yusuf terlihat lebih kurus dan matanya menunjukkan kelelahan menahan rindu, tetapi ia tampak gagah dalam balutan baju koko putihnya.
Saat mata Zora bertemu dengan mata Yusuf, Yusuf tersenyum lembut, senyum yang langsung membuat jantung Zora mencelos karena bingung dan sakit.
"Dia tersenyum? Kenapa dia tersenyum saat akan mengumumkan pernikahannya dengan orang lain? Apakah dia tidak tahu betapa sakitnya aku?" gumam Zora meratapi nasibnya, bisa bisanya dia bahagia di atas penderitaan ku.
Zora duduk dengan anggun di samping ibunya, berusaha keras menjaga raut wajahnya tetap tenang, padahal hatinya sudah hancur.
Setelah basa-basi singkat, Kyai Rahman mengambil alih pembicaraan. Suaranya yang berwibawa memenuhi ruangan.
"Bapak, Ibu, kami datang dari desa jauh ini, bukan tanpa maksud. Kami datang membawa hajat besar, hajat yang telah disepakati oleh kami berempat sebagai orang tua, demi maslahat dan kebahagiaan anak-anak kami." ucap kyai Rahman.
Zora menunduk, siap mendengarkan nama... Ayudia...
"Maka, dengan memohon rida Allah Subhanahu wa Ta'ala, kami dari pihak keluarga meminta izin dan memohon agar putra kami, Muhammad Yusuf, diizinkan untuk melamar putri Bapak dan Ibu, Ananda Zora." ucap kyai Rahman dengan jelas dan penuh keramahan.
Ruangan itu hening. Zora mengangkat wajahnya dengan sangat cepat, menatap Kyai Rahman dengan mata membelalak. Ia yakin ia salah dengar.
"L-lamar? Siapa, Abah Kyai? Maksud Abah..." tanya Zora penasaran, takut kalau dirinya salah dengar.
Ibunda Yusuf Tersenyum lembut, penuh kehangatan "Iya, Nak Zora. Yusuf datang untuk melamarmu. Ini adalah rencana yang kami susun bersama orang tuamu, setelah mendengar semua cerita perjuanganmu."
Yusuf kini menatap Zora, matanya memancarkan ketulusan dan cinta yang ia tahan selama ini.
"Aku datang, Zora. Aku tidak pernah akan menikahi wanita lain. Aku mencintaimu sejak pandangan pertama di bandara, dan aku semakin mencintaimu karena keberanian hijrah-mu. Apakah kamu bersedia, menjadi pendamping hidupku, menemaniku dalam taat?" ucap Yusuf dengan lembut, menatap dalam calon istri nya.
Semua salah paham yang ditanam Bibi Lasmi, semua rasa sakit hati yang membuat Zora pergi, semua kerinduan yang dianggap dosa oleh Yusuf, kini terbayar lunas dalam satu momen.
Air mata yang selama ini ia tahan, kini mengalir deras di pipi Zora. Ini bukan air mata kesedihan, melainkan air mata syukur yang luar biasa.
Zora Suaranya bergetar "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un... Jika ini adalah takdir dari Allah, saya... saya bersedia, Abah Kyai."
Papa dan Mama Zora, serta Kyai dan Ibunda Yusuf, saling berpandangan dengan senyum bahagia. Rencana rahasia mereka berhasil. Kedua insan yang saling mencintai dan berjuang dalam hijrah kini telah menemukan jalan halal yang direstui....
Setelah Zora mengucapkan kata "bersedia" dengan isak tangis haru, kebahagiaan pecah di ruangan itu. Para orang tua segera sibuk merencanakan detail pernikahan yang mereka sepakati akan dilaksanakan sebulan lagi, untuk memberi waktu pengurusan berkas dan persiapan pesta yang layak.
Namun, saat Kyai Rahman mulai membahas tanggal akad nikah resmi sebulan kemudian, Yusuf tiba-tiba memotong pembicaraan, wajahnya menunjukkan ketegasan yang tak terbantahkan.
Yusuf Berdiri tegak, menghadap ayahnya "Maaf, Abah. Saya tidak setuju."
Semua mata tertuju pada Yusuf, termasuk Zora yang kembali terkejut.
Kyai Rahman Mengernyit"Tidak setuju bagaimana, Nak? Sebulan adalah waktu tercepat untuk mengurus segalanya."
Yusuf Suaranya bergetar, penuh kejujuran "Abah, Ummi, Om, Tante... Kami telah menanggung beban berat karena saling mencintai dalam diam dan dalam kondisi yang tidak halal. Kami telah berjuang melawan dosa rindu yang kami yakini sebagai dosa besar. Kami tidak sanggup lagi, Abah."
Yusuf menoleh ke arah Zora.
"Saya sudah datang dan melamarnya. Kami sudah saling menerima. Menunggu sebulan lagi, di saat kami tahu kami telah ditakdirkan bersama, hanya akan menambah fitnah dan godaan bagi kami berdua, dan itu adalah kezaliman bagi hati kami. Kami harus segera disatukan, Abah." ucap Yusuf tegas namun lembut.
Kyai Rahman menatap mata putranya. Beliau melihat bukan ketidak sabaran, melainkan ketakutan seorang Ustadz terhadap godaan setan dan ketulusan untuk menjaga kesucian dalam mencintai. Beliau memahami bahwa menunda pernikahan bagi dua insan yang sedang berjuang menahan rindu adalah risiko besar.
Kyai Rahman Menghela napas, tersenyum haru "Baiklah, Nak. Masya Allah. Kamu benar. Nafsu itu bisa menjadi ujian terberat dalam istiqamah. Kita tidak boleh menunda hal yang baik."
Beliau kemudian memandang Papa Zora.
"Bapak, demi menjaga kesucian anak-anak kita, dan karena semua rukunnya telah terpenuhi, saya meminta izin. Izinkan kami menikahkan mereka saat ini juga, secara agama sebelum tercatat secara negara." kata kiyai Rahman yang di angguki oleh pak Surya
Papa Zora telah menangis haru melihat pengorbanan Yusuf kini mengangguk setuju.
Papa Zora "Lakukan, Kyai. Tapi Saya tidak bisa menjadi walinya. Saya ingin melihat putri saya mendapatkan ketenangan yang sejati., saya akan kerumah tetangga saya sebentar , yang memang profesi nya sebagai hakim di kantor KUA"kata papa Zora bersemangat...
"silahkan pak, kami mengerti " balas kyai Rahman tersenyum melihat antusiasme papa tiri calon menantunya yang begitu menyayangi Zora.
Saat itu juga, dengan disaksikan oleh Papa Zora sebagai saksi, Kyai Rahman sebagai penghulu sekaligus ayah mempelai pria dan wali hakim tetangga pak Suryo menjadi wali , Ibunda Yusuf, Mama Zora, dan dua orang saksi dari keluarga, akad nikah siri pun dilangsungkan.
Zora duduk dengan jantung berdebar, air mata bahagia membasahi pipinya. Ia mendengar suara lantang Yusuf.
"Saya terima nikahnya Zora binti almarhum Delon dengan mas kawin yang telah disebutkan, tunai."
Sah...
Seketika itu juga, rasa dosa dan kerinduan yang selama ini menyesakkan dada Zora dan Yusuf sirna. Mereka telah sah. Di mata Allah dan Rasul-Nya, mereka adalah suami istri.
Kyai Rahman Menutup doa "Alhamdulillah. Kalian sekarang sudah halal. Ini adalah pernikahan yang disegerakan karena rasa takut kepada Allah. Setelah surat-surat dan administrasi selesai, kita akan meresmikan akad secara negara sebulan lagi." ucap kyai Rahman tersenyum melihat wajah cerah pengantin baru itu.
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam