Kisah tentang seorang bad boy bernaman Zachary Allen Maxwell, yang selalu bermain wanita dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Cara hidupnya yang tidak baiklah yang menjadi pemicu.
Ayahnya sendiri bukan dari orang-orang baik pula. Maxwell Bennedict mantan ketua gangster Red Tiger, menikah dengan seorang gadis desa hingga merubah hidupnya. Dia pun bertobat ingin lepas dari hidup kelamnya.
Karena itu, dia ingin merubah anak sulungnya yang bisa dibilang duplikatnya saat masih muda. Masalah masa lalu dia pun tidak ada yang tahu. Kemudian dia menjodohkan anaknya dengan anak teman istrinya yang bisa di bilang sangat polos tapi tomboy.
Pernikahan pun terjadi, dengan sangat terpaksa karena jika tidak menurut, Maxwell mengancam akan mencoret Zach dari Silsilah keluarga.
Julia, gadis yang dijodohkan pada Zach. Gadis penurut karena dinasehati oleh seorang guru ngaji untuk menghindari zina, disaat sudah waktunya diharuskan untuk menikah dan juga ingin melaksanakan keinginan kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelepasan Rindu
Sepasang kekasih itu meluapkan kerinduan selama dua minggu tidak bertemu. Dari ciuman di pipi merambat ke bibir, lalu turun ke leher. Semakin lama mereka tak bisa menahan hasrat lagi.
Zach tak tahan melewatkan tubuh seksi Tiffany yang terpampang nyata di depannya. Kekasihnya itu memang selalu memakai baju seksi. Rok jeans di atas lutut dipadukan dengan tank top hitam berpotongan dada rendah. Tiffany mengenakan bolero biru navy untuk menutupi lengannya yang ramping.
Mudah bagi Zach menelusuri lengan putih bersih itu. Zach memang menyukai seluruh tubuh Tiffany. Potret gadis muda metropolis dengan biaya perawatan selangit, selalu membuat candu pria-pria muda dengan libido yang sedang tinggi-tingginya seperti Zachary.
“Ke toilet, please,” bujuk Tiffany dengan mata sayu terbakar birahi saat Zach terus menciumi bahu, leher dan terus merambat turun.
Zach yang memang sudah siap meledak segera menyambut tawaran itu. Dua minggu berjauhan dengan Tiffany bukan hanya memantik kerinduannya, tetapi juga membuat kebutuhannya akan pelepasan semakin menggelegak.
Tak sabar ia menarik tangan Tiffany yang tertawa-tawa kegirangan karena umpannya selalu disambar mangsa. Tiffany sangat senang akhirnya Zach kembali ke pelukannya.
Selama ditinggal Zach, perempuan itu stress sendiri. Dia hanya menghabiskan waktunya untuk tidur di siang hari, lalu mabuk ke klub saat malam tiba.
Apa lagi yang ia khawatirkan? Sebelum pergi Zach telah mentransfer sejumlah uang yang lebih dari cukup untuk bersenang-senang selama dua mingu.
Zach memang seroyal itu. Tanpa diminta pria itu selalu memberinya uang dan kesenangan. Hal itulah yang membuat Tiffany gelisah saat Max memintanya menjauhi Zach.
'Mana bisa aku menjauhi pohon uang itu? Susah payah aku berusaha mendapatkannya. Sekarang Zach sudah berada dalam genggamanku, tidak akan semudah itu kau mengambil Zach dariku, Max.'
Tiffany meracau ditemani sebotol minuman. Baginya, hidup tak pernah seberuntung itu. Di saat teman-temannya masih sibuk kuliah ganda--kuliah dan menjadi ayam kampus--, ada juga yang bekerja dan menjadi budak corporate sekaligus budak **** bosnya, Tiffany merasa paling beruntung.
Tak perlu bekerja keras, tak butuh menjual diri, karena seorang tuan muda nan kaya raya pewaris kekayaan keluarga Bennedict, Zachary dengan sukarela meratukan dirinya.
“Ahhh!” erangan nikmat keluar dari mulut Tiffany. Dia sangat menyukai ketika Zach dengan beringas selalu mencumbunya. Tiffany masih ingat pemuda itu sangat polos saat bertemu dengannya pertama kali. Bahkan Zach belum bisa mencium dengan benar.
Tiffany benar-benar mengajari Zach dari nol. Dari pemuda yang mendapat tuntunan ilmu dari YouTube berakhir dengan kemampuan ranjang yang sangat memuaskannya seperti sekarang.
'Lalu tiba-tiba kau akan membawa Zach pergi dariku, Max?' bisik Tiffany sepeninggal Max membawa pergi Zach di pagi penuh tragedy itu. Seharian Tiffany mengamuk di apartemennya, membanting semua barang, lalu memeluk botol minuman.
'Tidak ada yang bisa mengambil Zach dariku. Siapapun itu. Tidak mamanya, papanya, atau perempuan manapun yang akan dijodohkan dengannya. Mereka hanya akan mendapatkan status saja, tetapi jiwa raga Zach adalah milikku.'
“Sayanghhh,” suara Tiffany makin terdengar berat penuh gairah. Di sela kenikmatan yang disuguhkan Zach, pikirannya terus berkelana, mengingat kesakitan yang disebabkan Max.
Mereka terus bercumbu, saling memberi dan menerima, dalam ******* dan erangan berkepanjangan. Pakaian atas Tiffany sudah tak jelas berada di mana. Gadis itu tak peduli seberapa keras ia melenguh menahan kenikmatan bersama kekasihnya.
Zach sendiri sudah tenggelam dalam gejolak yang menuntut pelepasan. Max dan Intan memang bisa memilihkan gadis yang sesuai selera mereka untuk menjadi istrinya. Tapi bukan itu yang Zach butuhkan sekarang. Dia butuh Tiffany, perempuan yang paling mengerti dirinya saat ini.
“Ahhh!” Suara Tiffany makin meninggi, wanita berkulit putih itu sudah tak peduli lagi mereka sedang berada di area publik.
Keadaan itu membuat seseorang yang sedang membersihkan lantai di depan toilet segera menajamkan pendengaran. Pria muda itu bukan kali pertama mendengar suara-suara khas seperti ini, tapi ketika dilakukan pagi hari, dan tanpa memedulikan sekitar, mau tak mau ia terganggu juga. Akhirnya ia mendekat ke depan toilet tempat Zach sedang memangku Tiffany lalu memukulkan gagang batang pelnya.
“Bubar, woy! Ini kafe bukan hotel! Pindah sana ke hotel! Open BO tidak punya modal?” teriak seorang Office Boy itu menghentikan kegiatan mereka.
“Shit!” Tiffany yang sudah berada di awang-awang, merasakan tubuhnya lemas seketika. Perempuan muda itu memejamkan matanya sambil mencebik kesal. Zach segera menarik tubuhnya dengan ekspresi kemarahan yang sama. Ia segera membenahi pakaiannya.
“Please dong, datang ke apartement malam ini, Sayang. Aku tidak bisa kalau gini terus,” rajuk Tiffany sambil merangkul leher Zach dan menciuminya lagi. Hasratnya belum juga padam. Sebelas dua belas dengan Zach yang belum melepaskan hasrat hampir dua minggu belakangan.
Setidaknya Tiffany senang karena sikap Zach kepadanya masih sama, tidak ada yang berubah. Zach tetap liar dan menatapnya penuh hasrat seperti biasanya.
“Aku tidak mau dengar alasan lagi, Sayang. Malam ini kamu harus datang ke apartemen!” Dengan suara parau Tiffany masih menahan tubuh Zach supaya tidak keluar dari toilet.
Zach merasa situasi sudah tidak aman karena suara langkah orang-orang bergantian keluar masuk ke dalam toilet. Office Boy itu masih mengetuk-ngetuk pintu menggunakan gagang pelnya.
“Oke, I”ll be there.” Zach mencium dahi Tiffany.
Bagaimana dia bisa menolak kenikmatan yang ditawarkan kekasihnya? Pria itu berjanji akan mendatangi Tiffany ke apartemennya. Dengan berat mereka berpisah.
Zach tanpa dosa kembali ke dalam mobil. Dia duduk kembali di belakang kemudi seolah tak terjadi apa-apa.
“Kakak kemana? Aku sampai khawatir karena Kakak cukup lama pergi dan nggak bilang apa-apa.”
“Maaf, perutku tadi sakit banget.” Zach hanya beralasan jika perutnya sakit. Tapi, dia tidak menyadari jika Julia menangkap jejak di kerah Zach, sebuah noda lipstick.
Julia diam selama perjalanan, ia hanya menunduk dengan pikiran yang berkecamuk. ‘Apa kak Zach bertemu dengan kekasihnya barusan?’
Julia berusaha menerima keadaan saat ini, bahwa Zach bukan miliknya. Pria itu sudah milik wanita lain. Tapi, Julia pun tidak bisa berhenti di tengah jalan. Semua demi orang tua. Julia menghela napas dalam, berusaha menegarkan hati.
‘Aku pasrahkan semua padaMu, Tuhan. Kalau kami memang berjodoh, pasti ada jalannya.’ Julia membatin seraya mengembuskan napas.
“Kenapa?” Zach yang melihat Julia menghela napas pun bertanya. Julia hanya menggeleng, ”Tidak apa-apa, tidak penting.”
Julia menjawab ala kadarnya. Gadis itu pun segera turun dari mobil saat sampai di rumah. Zach mengedikkan bahu tidak mengerti dengan sikap Julia.
'Kenapa dia tiba-tiba bete gitu? Memang aku salah apa?' batinnya mengira-ngira.
Melihat Julia yang langsung pergi meninggalkannya begitu saja, Zach berteriak, “Bantuin bawa barang, kek!”
aya2 wae nya nu mna w atuh neng ga ujung2 na mh dikunyah jg😫😁