NovelToon NovelToon
Figuran Dalam Dunia Fiksi

Figuran Dalam Dunia Fiksi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Idola sekolah
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.

Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.

Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.

Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.

Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Karakter Jelita

Reza menatap adiknya dengan nada lebih serius. "Tapi bener, Dek. Kata-kata kami nggak ada yang salah. Mey pantas dapat amarah dari kita."

Seketika, Jelita memejamkan matanya dan mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, seolah ingin menghentikan semuanya.

"Aku bilang udahin! Aku pusing! Kalau kalian masih debat, keluar aja dari kamar ini! Bikin pening. Lama-lama aku bakar rumah sakit ini!"

Teriakannya menggema di ruangan, mengejutkan semua orang. Mereka langsung membeku. Hening seketika. Lalu...

"Jangan!" serempak suara panik dari teman-temannya terdengar, membuat suasana berubah kocak sejenak. Reza bahkan nyaris tersedak napasnya sendiri karena kaget.

Di sudut ruangan, Meyriska yang sejak tadi hanya menunduk, kini menangis makin keras. Bahunya bergetar hebat, air mata membanjiri pipinya. Suara tangisnya terdengar sesak, seperti menahan sesuatu yang sudah lama ingin ia tumpahkan.

Jelita menoleh. Matanya bertemu dengan wajah Mey yang basah oleh air mata. Ia terdiam.

"Kalau bener dia jahat, dia harusnya tegar. Tapi sekarang, malah nangis sesegukan. Di novel dia strong banget. Ini beda banget. Apa mungkin, karakter di novel nya salah?"

Sementara itu, Raza menepuk bahu Reza. "Kalau gitu kita pergi aja, ya."

Reza mengangguk pelan. Tapi saat keduanya berbalik hendak keluar, suara Jelita menahan mereka.

"Kalian mau ke mana? Kakak ini, di minta jagain aku malah mau pergi," protesnya dengan mata menyipit.

Reza tertawa kecil, lalu mengangkat kedua tangan. "Kamu juga butuh istirahat, Dek. Dari pada kamu bakar rumah sakit, berabe nanti." Nada santainya seperti biasa, berusaha mencairkan suasana.

Jelita memutar bola matanya. "Oke lah. Tapi kalian mau ke mana?"

"Biasa Dek, ke markas, kemana lagi, Kayak gak tahu aja." jawab Reza sambil berjalan mundur.

"Markas kepala kalian peyang! Mana aku tau? Aku amnesia, Ogeb!" bentak Jelita dengan nada sebal.

Raza tertawa terbahak-bahak. Reza cuma bisa nyengir sambil menepuk jidatnya.

"Ah iya ya. Ya pokoknya nanti Kakak ceritain deh. Kamu nggak apa-apa kami tinggal, kan?"

"Ya udah, sana gih pergi! Kalau bisa yang lama. Tapi kalau balik, bawain aku terang bulan coklat!"

"Siap, Putri Kerajaan!" jawab mereka kompak sambil memberi hormat, lalu keluar dengan langkah cepat, masih tertawa-tawa.

Di ikuti oleh semua teman nya dari belakang.

Jelita melihat ke arah kakak dan teman laki-laki nya menuju ke pintu keluar, tapi matanya menangkap satu sosok yang sejak tadi diam, tapi matanya tertuju pada nya seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tak bisa.

Saat cowok-cowok lain hampir sampai di pintu, Devano baru berbalik. Tatapannya penuh, sesuatu. Jelita tak tahu itu apa. Sedih? Bingung? Rindu?

Wajah Devano tampak lelah, namun ada kilau emosi di matanya. Ia menatap Jelita dalam, lama, lalu menghela napas pelan dan melangkah pergi menyusul yang lain.

Jelita terpaku. Pandangannya kosong sejenak, masih mengingat sorot mata Devano tadi.

"Dia kenapa ya? Perasaan dari tadi datar Mulu, mana tatapannya bikin merinding. Duh, otakku mau meledak. Amnesia menyebalkan!"

Ia mengacak-acak rambutnya sendiri pelan, lalu bersandar di bantal dengan wajah lelah. Kepalanya masih terasa berat, tapi matanya tetap terbuka, menatap tiga sahabatnya yang masih berada di ruangan.

Meyriska duduk terisak di sudut ruangan, bahunya naik turun menahan tangis. Tiara dan Dara duduk di sebelahnya, sesekali mengusap punggung dan menyodorkan tisu, berusaha menenangkan sang sahabat yang masih larut dalam kesedihan.

Jelita menatap mereka dalam diam. Lalu, dengan nada khasnya yang setengah serius, setengah bercanda, ia membuka mulut.

"Sudahlah, Mey, jangan terus nangis. Wajahmu tuh udah bengkak semua. Nanti jadi kayak bakpao isi ayam," ujarnya sambil memiringkan kepala. "Muka kamu juga merah banget, mirip kepiting rebus. Dikit lagi bisa disajikan sama saus mentega."

Tiara dan Dara langsung menoleh ke Jelita dengan ekspresi syok tercampur geli.

Meyriska yang mendengar itu sontak terdiam sejenak, air matanya masih mengalir, tapi ekspresinya berubah, antara ingin marah dan ingin tertawa.

"Jelita! bisa-bisanya kamu ngomong gitu ya." gumamnya sambil mengusap air mata. Ia menggeleng pelan, tak tahu harus kesal atau bersyukur punya sahabat seperti Jelita.

Beberapa detik kemudian, tawa kecil keluar dari bibirnya. Lalu tawa itu membesar. Tiara dan Dara ikut tertawa, lega karena suasana akhirnya mencair.

Jelita hanya tersenyum kecil, meski dalam hati masih kacau. Tapi melihat Meyriska tertawa lagi, setidaknya itu sedikit meringankan beban di dadanya.

"Nah gitu dong. Jangan baper terus. Kamu bukan karakter sinetron jam tujuh malam, Mey. Hidup tuh keras, tapi kita lebih keras," ucap Jelita sambil menyilangkan tangan di dada, sok bijak.

Mey tersenyum sambil menggeleng, "Kamu tuh ya, amnesia tapi mulutnya nggak pernah ilang akal."

"Ya iyalah. Otak boleh nge-lag, tapi lidah tetap tajam, Sist." Jelita mengedipkan sebelah mata.

Tawa kembali memenuhi ruangan itu.

Mey mengusap sisa air mata di pipinya, lalu menatap Jelita dengan senyum lembut.

"Aku bersyukur, Lit... kamu udah bisa ketawa lagi. Ceria kayak dulu."

Jelita mengernyitkan dahi. Ia melirik ke arah Mey yang masih setengah tersedu, lalu ke Tiara dan Dara yang tampak saling melirik satu sama lain.

"Memangnya aku biasanya kayak gimana, sih?" tanyanya bingung.

Tiara langsung menanggapi dengan suara setengah berapi-api. "Kamu tuh ya, udah beberapa bulan ini mukanya datar terus. Nyaris nggak ada senyuman. Kalau nggak bengong, ya melamun. Kita semua sampai bingung harus ngapain supaya kamu balik kayak dulu!"

"Iya, bener," sahut Dara. "Kamu kayak hilang dari diri kamu sendiri. Bahkan cara kamu ngomong juga berubah. Lebih dingin, lebih tajam."

Jelita terdiam. Matanya menatap ke atas, kosong.

"Jadi karakter Jelita itu biasanya bukan gini? Sekarang aku kelihatan beda banget ya? Aneh, aku bahkan nggak tahu mana 'aku' yang sebenarnya." batinnya mulai bergolak.

Ia menoleh ke arah sahabat-sahabatnya, matanya menyipit penasaran. "Kalau aku selama ini berubah drastis, emangnya aku dulu gimana sih? Kayak waktu sebelum berubah jadi pendiam?"

Mey, Tiara, dan Dara saling bertukar pandang.

"Kamu dulu itu cewek paling rame se-alam semesta," ujar Mey, setengah tertawa. "Suka bercandain orang, sok ngelucu walau kadang garing. Tapi selalu bikin kita ketawa."

"Kamu juga jago banget cari cara biar kita hepi terus. Kamu yang paling sering ngajakin jalan, nonton film, cari jajanan aneh. Tapi entah kenapa, tiba-tiba gak ada hujan gak ada angin, kamu berubah." Dara menambahkan dengan suara lebih pelan.

Jelita menarik napas dalam. Dalam hati, ia bergumam,

"Di cerita novel ini, aku tuh cuma figuran. Cuma numpang lewat di beberapa adegan gak penting. Jadi aku nggak pernah tahu seperti apa sebenarnya 'Jelita' di dunia ini. Tapi sekarang, mereka ngomong seolah aku itu tokoh utama dalam hidup mereka. Apa mungkin aku salah baca peran? Atau memang, peranku lebih besar dari yang ku baca?"

Ia menatap ketiga sahabatnya, senyum kecil tersungging di wajahnya.

"Makasih ya, kalian udah sabar sama aku."

"Yaaa meskipun sabarnya sambil pengen nyubit kamu sih," ujar Tiara sembari tertawa.

"Iya, soalnya nyebelin banget kamu waktu jadi zombie bermuka datar itu," sambung Mey sambil menyenggol bahu Jelita.

"Ya maaf, Bu Zombie-nya amnesia, mohon maklum." Jelita mengangkat tangan seolah menyerah.

Tawa mereka kembali pecah, ringan dan hangat.

Dukungannya guys, jangan lupa juga ratingnya ya.

1
karina
ko belum up ka. /Sob/
Narti Narti
kok gak update thor, aku pulang balik buka tapi gak ada up dari kemarin
Viona Syafazea
apa mungkin dulu jiwa mereka tertukar, dan sekarang jiwa mereka ( jelita dunia asli dan novel) kembali ke tubuhnya masing-masing.. 🤔
Viona Syafazea
ini juga bisa dijadiin judul novel baru.. /Facepalm/
Viona Syafazea
wahhh si author ngasi kisi-kisi judul novel baru mu ya thor.. /Facepalm//Facepalm/
Viona Syafazea
lahhh mochi mah kucing aku tapi punyaku oyen.. /Facepalm//Facepalm/
karina
up lagi thor. yg banyak 😁😁
vj'z tri
Thor setelah buat aku tertawa ,sekarang kamu buat ku 😭 😭😭🤧🤧
Lilyana Azzahra Dekranasda: kumenangis........ membayangkan...
total 1 replies
vj'z tri
kerennnn kerennnn kerennnn thorrrr 🥳🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
makin seru Thor 🥳🥳🥳🥳
Sribundanya Gifran
lanjut
Putra Baja
gak sabar nunggu up
Tiara Bella
aku mampir Thor....ceritanya banyak,judul banyak ..otaknya encer kaliiiiiii.....semangat ya
Mineaa
ga sabar liat tumbang ny si ulet manipulatif....🤬
vj'z tri
gak sabar tunggu kotak Pandora ke buka 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri: coba nanti aku tengok ya Thor 🤭🤭🤭
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Smile/
total 2 replies
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣jelita kan yang minta jadi figuran yng langsung di kabulkan author 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
pakai bawang merang berapa ton Thor 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭🤧🤧🤧🤧🤔
Wahyuningsih
mantap thor q ska thor klau pemrannya badas abis keren n gk mudah d tindas thor buat buat si goblok varel menyesl krna lbih memilih btu kli ke timbang tunangnnya sndri di buat segan mtipun tk mau biar nyakho dia d tggu upnya kmbli yg buanyk thor n hrs tiap hri sellu jga keshtn istrht yg ckp mkan tept wktu seeeeeeeemaaaaangaaaaaaaat thor 😁😁😁
Sribundanya Gifran
lanjut
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus keren👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!