Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap Bertahan
Vania mengerjapkan matanya, ia memperhatikan sekitar yang ternyata kamarnya sendiri.
" Kak." Sandia menghampiri Vania.
Vania menyandarkan punggungnya pada head board.
" Shh.. Sakit sekali kepalaku San, aku kenapa Sandia?" Vania menatap Sandia.
" Kakak tadi pingsan, setelah di periksa ternyata Kakak hamil." Lirih Sandia.
" Apa? Aku hamil?" Pekik Vania tidak percaya.
" Iya Kak." Sahut Sandia.
" Alhamdulillah ya Tuhan kau telah memberikan rizki ini padaku." Ungkap Vania penuh syukur sambil mengelus perutnya.
" Lalu bagaimana dengan keputusanmu Kak?" Tanya Sandia.
" Mungkin ini jawaban dari Tuhan atas semua kegundahanku San, aku akan bertahan sekali lagi, aku berharap dengan hadirnya anak ini mampu mengubah Mas Gavin, aku sudah tidak berharap Mas Gavin akan menyayangiku tapi aku berharap Mas Gavin sedikit iba padaku dan akan menyayangi anaknya." Sahut Vania.
Sandia menghembuskan nafasnya kasar.
" Tapi bagaimana jika Kak Gavin tidak berubah? Atau malah dia akan tambah marah karena Kakak hamil?"
Pertanyaan Sandia membuat Vania sedikit berpikir.
" Aku akan membuatnya mengerti, jika sia sia maka aku akan pergi." Sahut Vania.
" Baiklah aku mendukung keputusanmu Kak, semoga Kak Gavin menerima dan menyayangi anak kalian, aku ucapkan selamat untukmu Kak, jaga baik baik kandungan Kakak, kalau Kak Gavin berbuat kasar padamu mulai saat ini kau harus berani melawannya Kak, demi anakmu." Ucap Sandia.
" Aku akan melakukannya Sandia, aku akan melakukan apapun untuk melindungi anakku termasuk melawan Mas Gavin." Ujar Vania.
" Aku dukung apapun yang kau lakukan Kak termasuk meninggalkan Kakakku jika kau sudah tidak mampu bertahan." Ucap Sandia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi ini Vania merasa mual, ia memuntahkan semua isi perutnya di wastafel.
Huek... Huek...
Gavin yang mendengarnya segera menghampiri Vania. Ada sedikit rasa cemas di dalam hatinya.
" Vania kamu kenapa?" Tanya Gavin dingin.
Vania membasih mulutnya, ia menatap Gavin sambil tersenyum.
" Aku hamil Mas."
Jeduar.....
Bagai di sambar petir di siang bolong, tubuh Gavin terasa kaku.
" Hamil? Kau hamil?" Tanya Gavin memastikan.
" Iya Mas, di sini ada anak kita." Vania menarik tangan Gavin ke perutnya.
" Bagaimana kau bisa hamil hah?" Bentak Gavin, Vania berjingkrak kaget.
" Mas.. Kau tidak senang aku hamil?" Tanya Vania tidak percaya akan reaksi Gavin yang di luar ekspektasinya.
" Aku tidak sudi anakku di kandung olehmu." Gavin membentak lagi.
" Apa maksudmu Mas?" Selidik Vania.
" Gugup*rkan kandunganmu!"
Jeduar....
Vania berjalan mundur hingga punggungnya menabrak wastafel. Gavin mencengkram pipinya dengan kuat.
" Segera gug*rkan anak itu! Aku tidak sudi memiliki anak dari wanita sepertimu, aku akan memiliki anak dengan wanita dari keluarga baik baik, kau hanya pion balas dendam ku Vania." Tekan Gavin.
Vania menggelengkan kepalanya, air mata berjatuhan di pipinya. Melihat itu Gavin melepas cengkramannya.
" Aku mohon biarkan aku membesarkan anak ini Mas! Aku tidak akan pernah menggug*rkannya, aku akan tetap mempertahankannya apapun yang terjadi, aku pikir kau tidak sekejam ini Mas, ini anakmu! Darah daging mu sendiri dan kau tega membunuhnya, kau benar benar tidak punya perasaan Mas, kau bukan manusia." Ucap Vania dengan nada tinggi.
Ia harus berani melawan Gavin saat ini, ia akan terima siksaan dari Gavin untuk dirinya namun tidak untuk anaknya. Seekor unggas akan menjadi bringas demi melindungi anaknya, maka Vania pun sama.
" Aku tidak mau tahu, gugup*rkan anak itu karena aku tidak mengharapkannya, kalau kau tidak mau maka aku sendiri yang akan membuat anak itu runtuh dari kandunganmu." Gavin meninggalkan Vania.
Lagi lagi Vania luruh ke lantai. Ia membekap mulutnya menangis tersedu sedu.
" Hiks... Hiks... Beginikah takdir yang harus aku jalani?... Tidak... Jika memang benar ini takdirku maka mulai sekarang aku akan melawannya, aku akan melawan takdirku sendiri demi anakku, tenanglah sayang! Mama pasti akan melindungimu, mama tidak akan membiarkan papamu menyakitimu, kau adalah kekuatan mama sayang." Vania mengusap air matanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di ruangan Gavin, ia nampak gelisah memikirkan sesuatu.
" Kenapa dia bisa sampai hamil sih! Aku lupa menyuruhnya meminum pil penunda kehamilan, aku tidak mau memiliki anak dari keluarga yang telah menghancurkan hidup keluargaku." Monolog Gavin.
Ini darah daging mu Mas, kenapa kau tega ingin membunuhnya?
Ucapan Vania terngiang di telinganya.
" Darah dagingku... Dia akan menjadi bayi yang lucu... Astaga Gavin.... Apa yang kau pikirkan?" Gavin menarik kasar rambutnya.
Ceklek...
Talita masuk ke dalam menghampiri Gavin.
" Meeting dengan perusahaan Haiti sebentar lagi Bos." Ucap Talita.
" Kau saja yang menemui mereka, aku sedang tidak enak badan." Gavin memijat pelipisnya.
" Kenapa sepertinya kau sedang banyak pikiran? Apa tebakanku benar?" Selidik Talita.
" Vania hamil."
" Apa? Kenapa bisa kecolongan seperti ini Gavin? Bukankah kau menikahinya hanya untuk membalas dendam? Lalu bagaimana kau punya anak dari musuhmu sendiri? suruh dia menggug*rkan kandungannya dan ceraikan dia Gavin!" Ucap Talita.
" Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikannya." Sahut Gavin.
" Kenapa? Apa kau mulai mencintainya? Apa kau sudah kecanduan tubuhnya?" Tanya Talita.
" Tetaplah berada dalam batasanmu Talita! Sekarang pergilah temui mereka! Aku sedang tidak ingin di ganggu!" Titah Gavin.
Tidak mau membuat Gavin marah, Talita keluar ruangan.
" Aku harus membuat anak itu menghilang sebelum ia di lahirkan, aku tidak mau sampai Gavin mencintai wanita itu karena dia mengandung anaknya, bisa bisa penantianku selama ini akan sia sia." Gumam Talita.
Talita Raheja, sahabat Gavin sejak SMP, ia menyimpan perasaan kepada Gavin sejak lama. Namun Gavin tidak pernah menanggapinya. Tapi ia tidak akan menyerah, Ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan Gavin.
Gavin menyandarkan punggungnya sambil memejamkan matanya.
" Heh cinta... Aku tidak peduli akan cinta, aku harus membuat Vania mau menggug*rkan kandungannya, selama ini dia kan menurut dengan semua perintahku." Gavin tersenyum smirk.
" Setelah Vania kehilangan anaknya, dia akan hancur. Dia akan terpuruk dan dia akan stress lalu dia akan menjadi gila, begitu dia gila aku akan melemparnya ke rumah sakit jiwa, saat itu juga aku akan membawa Ratna ke hadapannya untuk melihat keadaan putrinya ha ha... Dengan begitu dendam ku akan terbalaskan." Ucap Gavin.
" Tunggulah sebentar lagi Ratna... Kau akan merasakan apa yang kami rasakan akibat perbuatanmu." Gavin tersenyum smirk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Talita masuk ke rumah Gavin, ia menghampiri Vania yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah yang terpapang gambar suaminya.
" Hai."
Vania menatap kearahnya.
" Siapa?" Tanya Vania.
" Aku Talita, sekretaris, sahabat sekaligus pacarnya Gavin."
Deg...
" Mau apa kau ke sini?" Tanya Vania.
" Gavin menyuruhku memberikan ini untukmu." Talita menyodorkan sebutir obat dalam plastik kecil.
" Obat? Untuk apa obat itu?" Selidik Vania.
" Dia tidak mau memiliki anak dari kamu, jadi cepat minum obat itu sebelum dia pulang, aku tidak mau mendapat marah darinya."
Ucapan Talita membuat Vania terkejut. Ia menatap tajam ke arah Talita.
" Bagaimana bisa kau melakukan semua ini? Kau juga seorang wanita, bagaimana jika kau ada di situasi ini?"
" Sayangnya aku tidak akan berada di situasi seperti ini, Gavin menyambut kehamilanku dengan bahagia." Ucap Talita.
" Apa maksudmu?" Selidik Vania.
" Aku juga hamil anak Gavin."
Jeduar....
" A... Apa?"
Bagaimanakah kelanjutannya? Tunggu di bab selanjutnya...
Tekan like koment vote dan kasih 🌹buat author ya...
Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mensuport author, apalah author tanpa kalian semua..
Miss U All...
TBC...
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/