NovelToon NovelToon
Single Parent Tapi Perawan

Single Parent Tapi Perawan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Badboy / Nikahmuda
Popularitas:589.3k
Nilai: 5
Nama Author: Irma Marmaningrum

Fimi Klarisa seorang designer muda dengan karir cemerlang. Namun, kehidupan pribadinya tak semanis karirnya, karena di usianya yang masih muda, ia harus menjadi single parent untuk putra kecilnya, Firdaus Iskandar.




"Firdaus segalanya bagiku, hingga tak ada waktu bagi diriku untuk berbagi hati dengan orang baru."
Fimi Klarisa




Davanka Pramudya adalah seorang pengusaha sukses, yang sudah insyaf menjadi seorang Playboy, setelah sang mantan kekasih berubah menjadi kakak iparnya. Namun, sebuah pertemuan tak sengaja dengan seorang wanita muda yang ternyata ibu dari salah satu anak di sekolah keponakannya kembarnya, membuat hati pria itu tak karuan.




"Apa iya gue mencintai istri orang? Please, Dav lo emang patah hati, tapi nggak usah jadi perebut istri orang juga."




Davanka Pramudya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Marmaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanda Terima Kasih

Kejadian di wahana permainan anak kemarin lusa, dijadikan Dava sebagai alasan untuk bertemu dengan Fimi. Sebenarnya pria itu juga mencari tahu dari kakak iparnya mengenai wanita incarannya itu.

"Sha, biar aku aja yang kasihin hadiah ini ke Fimi, boleh ya?" ucap Dava saat Arisha memasukan sebuah kotak makanan ke dalam paper bag cokelat itu.

"Tumben? Biasanya juga nyuruh Kai." Arisha menatap penuh selidik ke arah adik iparnya yang juga mantan pacarnya dulu.

"A-aku mau nanyain soal baju juga buat acara kantor, udah beres apa belum?" Dava tergagap saat menjawab pertanyaan dari sang kakak.

"Oh, oke. Eh dengar-dengar sih ya Fimi tuh single parent lo, Dav." Arisha tiba-tiba berbisik sambil memberikan paper bag berisi kue buatannya itu.

Mendengar bisikan sang kakak, Dava seperti memiliki harapan baru.

"Aku berangkat dulu," jawab Dava sambil melesat pergi keluar.

"Ish, dengar single aja langsung mabur." Arisha bergumam.

Sementara itu di butik Klarisa, Fimi sedang mengecek baju yang akan dikirim ke kantor Pramudya.

"Nes, ini udah semua, kan?"

"Udah, Fi. Semuanya sudah sesuai pesanan. Gimana kamu mau ikut antar ke sana?" tanya Nesa.

"Nggak usahlah, kamu aja, aku masih harus bikin design lain, buat acara pernikahan." Fimi menutup buku catatan kecilnya.

"Oke, semuanya sudah siap, ini tinggal dikirim."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Fimi.

"Silakan masuk!" Fimi berucap sambil duduk di kursinya.

Seseorang menekan handel pintu dan benda itu pun terbuka. Kemudian masuk seorang pria tinggi dengan kemeja putih dengan paper bag di tangannya.

Nesa yang melihat pria itu, tak berkedip sedikitpun.

"Selamat pagi menuju siang," sapa pria yang tak lain adalah Davanka.

"Pagi, eh Pak Dava."

Fimi berdiri saat melihat siapa tamu yang datang.

"Ini aku mau memberikan ini dari Riri, maksud aku Arisha sebagai tanda terima kasih, karena kemarin telah membantu menemukan Aksa," tutur pria jangkung itu.

"Nggak usah repot-repot padahal, kemarin kebetulan ketemu aja, kan? Dan aku ada di sana," jawab Fimi.

"Eh, silakan duduk!" Fimi menunjuk sofa yang ada di depannya. Lalu wanita itu pun mengikuti Dava dan duduk di sofa tunggal yang ada di sana.

Namun, sebelum Fimi duduk Nesa menyikut lengan Fimi, wanita itu ingin tahu siapa pria tampan ini.

"Oh, iya kenalin ini Nesa asisten saya."

Fimi menunjuk Nesa dan wanita itu langsung mengulurkan tangannya pada Davanka.

"Davanka." Pria itu menyambut uluran tangan Nesa.

"Nesa Kamila."

Davanka tersenyum dan kembali duduk.

"Oh iya sekalian juga mau membahas mengenai  pesanan kantor kami," imbuh Dava.

"Oh tentu saja, kami bahkan mau mengirimkan hari ini," jawab Fimi sambil berdiri dan menunjukan tumpukkan baju yang sudah terbungkus dengan rapi.

"Kebetulan sekali ya, kalau gitu bagaimana kalau sebagai tanda terima kasihnya siang ini kita makan siang?" Dava mengutarakan maksudnya tanpa basa-basi.

"Mm … gimana ya siang ini …."

"Iya bisa-bisa, Bu Fimi siang ini free kok, iya kan, Bu?" 

"Eh, Nes …."

"Udah kamu pergi aja, kerjaan itu biar aku yang urus," ucap Nesa.

Dava seperti mendapatkan dukungan dari asisten pribadi wanita incarannya itu.

"Bagaimana? Sebentar lagi juga sudah masuk jam makan siang, apa bisa kita berangkat sekarang?" Dava melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Iya, sekarang aja." Nesa menarik tangan Fimi agar berdiri lalu mendorong tubuh atasannya itu ke arah Dava.

"Nesa …." Fimi mulai kesal dengan sikap sahabatnya itu.

"Oke, jadi kita berangkat sekarang?" Dava mengulangi pertanyaannya.

"Ini masih jam 10, aku harus jemput Fir sama mama dulu," ucap Fimi sambil melihat ke arah jam dinding.

"Oke, kalau gitu sekalian saja, biar aku antar." Dava menjawab tanpa memberi kesempatan pada Fimi untuk menolaknya.

Fimi tak bisa mengelak lagi, akhirnya mereka pun pergi meninggalkan butik. Dava menggunakan mobilnya. Awalnya Fimi akan menggunakan mobilnya sendiri, tetapi Dava terus membujuk wanita itu, hingga akhirnya Fimi pun mengalah.

Selama perjalanan tidak ada percakapan yang serius, keduanya hanya berbicara hal biasa saja. Sampai akhirnya mereka sampai di sekolah Fir. Terlihat Fir sedang duduk di ayunan dekat kantin yang ditunggu oleh sang oma.

Fimi keluar dari mobil dan langsung berjalan ke arah sang putra.

"Mimi!" Anak kecil itu langsung turun dari ayunan dan berlari ke arah Fimi.

Dava sendiri mengikutinya dari belakang.

"Om Dava, Asa sama Ale udah pulang balusan sama maminya," ucap Fir tiba-tiba saat melihat Dava berada tepat berada di belakang miminya.

"Om ke sini mau jemput Fir, kok." Dava berjongkok dan mengusap kepala anak lelaki itu.

Marina melihat ke arah Dava dengan sedikit menelisik pria di hadapannya.

Namun, sebelum bertanya Fimi sudah menjelaskan bahwa pria ini adalah kliennya. 

"Kita mau makan siang, Mama sama Fir ikut ya?" ucap Fimi saat mereka berjalan ke arah mobil.

"Nggak usah kami sudah makan bekal tadi, kalian pergi saja setelah mengantar kami pulang," jawab Marina yang kini sudah duduk di belakang kemudi bersama sang cucu.

"Fil juga ngantuk Mimi, mau cepet bobo," sela Fir yang kini sudah bersandar pada sang oma.

"Fir nggak kenapa-kenapa kan, Ma?" Fimi menjadi khawatir karena tak seperti biasanya sang putra mengantuk jam segini.

"Tidak, mungkin Fir memang ngantuk karena hari ini dia aktif banget."

Mobil pun kini melaju membelah jalanan yang sudah hiruk-pikuk dengan kesibukannya. Dava tersenyum dalam hati, entah mengapa hari ini dia merasa beruntung dan semesta seolah mendukungnya untuk mendekati wanita cantik di sampingnya.

Setelah bermacet-macetan, akhirnya mereka sampai di rumah. Fir bahkan sudah tertidur dalam pangkuan sang oma.

"Biar saya gendong Fir, Tante." Dava menawarkan diri setelah mematikan mesin mobilnya dan membuka sabuk pengaman.

Tanpa penolakan, Fir pun sudah berada dalam gendongan Dava. Marina berjalan terlebih dahulu untuk membuka pintu rumah. Fimi menunjukkan kamar Fir yang bersebelahan dengan kamar dirinya. Anak kecil itu benar-benar sudah terlelap, hingga saat dibaringkan pun Fir tak terusik sedikitpun. Fimi membuka sepatu putranya dann menyimpannya di rak sepatu.

"Maaf jadi merepotkan," ucap Fimi pada Dava saat keduanya sudah keluar dari kamar bercat biru langit itu.

"Sama sekali tidak merepotkan, aku suka anak kecil."

Marina menghampiri keduanya, dan menawarkan Dava untuk minum, tetapi pria itu dengan halus menolaknya, karena harus segera pergi.

Akhirnya Fimi dan Dava pun pergi meninggalkan Marina. Mereka berdua akan menuju resto Almahera. Fimi sudah sering mendengar nama resto itu, tetapi karena kesibukan ia belum sempat ke sana. Kebetulan hari ini Dava mengajak Fimi makan siang di sana.

"Bolehkan aku bertanya hal yang cukup pribadi?" Dava tiba-tiba berucap saat mobilnya sudah melesat jauh dari kediaman Fimi.

"Ya?"

"Ayah Fir yang kemarin di wahana permainan anak itu kan?" ucap Dava ragu.

"Eh ... bukan-bukan dia Arya teman SMA. Ya karena papinya Fir sudah meninggal dunia dua tahun lalu, jadi Fir merasa dekat dengan Arya sebagai omnya," jelas Fimi sambil sesekali memilin jari-jemarinya. Perasaanya tak karuan setiap membicarakan tentang Fir apalagi mengenai papinya. Kejadian nahas itu selalu menghantuinya.

"Oh, jadi kamu seorang maaf single parent?" Anggukkan dari Fimi ia dapatkan sebagai jawaban, dan entah mengapa hal itu membuat Dava bahagia.

"Akhirnya ...."

"Kenapa Pak Dava?"

"Eh."

Bersambung

Happy Reading

Babang Dava mah udah pengalaman sih, jadi kalau soal pdkt gercep dia mah.

Jan lupa gerakin jempolnya ya bestie.

1
Ima Kristina
next
Ima Kristina
tenang Dava kamu kan banyak pendukungnya
Ima Kristina
sabar ya Dava mo nikahin fimi ada aja gangguannya
Ima Kristina
dua Minggu gak ketemu fimi mana kuat bang angka hehehe
Ima Kristina
makin mendekat trus apanyang terjadi thor/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
waduh....sampe orang tua turun tangan gitu ....parah parah
Ima Kristina
Bang Angka ....bikin mama Alifa malu aja kirain mau jemput ternyata mo ketemu fimi /Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
haduh siapa lagi yg datang ganggu ketenangan bang angka sich /Facepalm//Facepalm/
Ima Kristina
mikirin fimi sampai kurang tidur ...lebay banget bang angka /Grin//Grin//Grin/
Ima Kristina
kalau jodoh emang gak kemana bisa gitu kebetulan berada di tempat yang sama
Ima Kristina
ngadepin cewek model fimi harus extra sabar ....semangat ya bang Dava
Ima Kristina
fimi judes amat jadi cewek ....bener kata om Hendra benci bisa jadi cinta loh
Ima Kristina
boleh boleh-boleh ..fir kan mau pipi /Grin//Grin//Grin/
Ima Kristina
wahhh Dava menang banyak tuh ....
Ima Kristina
emang boleh doa merebut istri orang .... hanya boleh di dunia novel hahaha
Ima Kristina
kenapa lagi itu Dava
Ima Kristina
next
Ima Kristina
waduh kenapa Thor jangan bilang fimi tabrakan
Ima Kristina
hayo Dava semangat pepetin teyus fimi
Ima Kristina
wah kayaknya ada bau bau perjodohan tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!