"Apa kau ingat? Saat SMA dan kuliah dulu, kau terus membuliku. Jadi sekarang, rasakan balas dendamku, wahai istriku!" Ucap Angkasa pada Leora.
'Angkasa, kau tidak tahu saja, kalau dendammu mengarah pada orang yang salah. Sayang sekali kau tidak akan percaya kalau aku menjelaskannya.' Gumam Leora memandangi Angkasa sambil menahan isakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. Cerita Angkasa.
Sudah otor beritahu di bab 1 bahwa yang gak kuat adegan kekerasan dan adegan dewasa lainnya mohon tutup mata...
So, sebelum jantung kalian hilang, lebih baik berhenti di sini ajah, jangan lanjut lagi ya...
Semoga gak ada lagi yang protes,,,😎
Leora tetap diam di tempatnya, ia menantang Angkasa untuk berbicara lagi 'Aku marah pada ayah yang sudah berbuat keji di belakang ibu!
Aku juga marah pada ibu yang sudah tidak mengenaliku sebagai Leora!
Aku marah pada Luna yang sudah berniat menghancurkan keluargaku!
Aku marah pada adikku yang sudah mencuri identitasku dan semua yang kumiliki!
Aku marah pada Radit yang sudah berpura-pura tak bisa membedakan ku dengan adikku!
Aku juga marah pada kakekku yang pergi meninggalkan keluarga dan membiarkan ayah berkuasa di rumah ini hingga berbuat semena-mena!
Aku juga marah pada suamiku yang sudah balas dendam pada orang yang salah!
Aku marah! Marah pada semua orang! Aku membenci mereka!' Gumam Leora menangis dalam diam.
Angkasa yang melihat sorot kemarahan pada mata leora yang sedang menagis itu, tertegun di tempatnya.
Tapi Sesaat bayangan akan kematian orang tuanya membuat dendamnya kembali menyala.
Ia mendekati Leora dan mencekik perempuan itu. "Kau tahu apa soal kemarahan?! Gadis manja dan pembangkang sepertimu tak pantas marah pada siapa pun!"
"Akkh! Kau juga ta-" Leora berusaha berbicara meski nafasnya tersengal karena tangan Angkasa di lehernya.
"Kau berani membantah?! Mau kuceritakan apa yang sudah kau perbuat? Kau sudah membunuh kedua orang tuaku!" Teriak Angkasa pada Leora.
Dirinya marah mengingat kejadian dimana kedua orang tuanya meninggal karena Liona.
Bahkan kepergian kedua orang tuanya tidak bisa ia saksikan, ia tidak ada di saat kedua orang tuanya membutuhkannya.
"Ta,, tapi,, kau salah or,, ang,, hah, hah,," Leora mulai merasa sangat sesak karena tangan angkasa semakin erat mencekiknya.
"Dengar ya, aku paling tidak suka dengan orang yang membantah. Jadi diam di sana!" Ucap Angkasa melepaskan cekikannya dan berlalu ke ruang ganti.
"Hah,, hah,, hah!!" Leora berusaha menghirup sebanyak mungkin udara.
Namun ia belum bernafas dengan tenang ketika Angkasa kembali lagi. Pria itu membawa setumpuk syal.
"Tolong!!" Teriak Leora ke arah jendela yang terbuka. Karena itu satu-satunya tempat dimana orang di luar kamar bisa mendengar suaranya.
"Berani kamu?!" Ucap Angkasa menarik Leora dan menyumbat mulutnya.
"Mmh,, mm,, mmhh!!!!!"
"Diam! Aku akan memperlihatkan padamu bagaimana penderitaan yang paling mengerikan!" Ucap Angkasa memelintir tangan Leora kebelakang dan mengikatnya dengan syal.
"Mmhhh,, mmm!" Leora meringis kesakitan.
'Ya Tuhan, inika yang kau jadikan sebagai jawaban dari doaku? Kumohon beri aku kesempatan untuk menjelaskannya!' Rintih Leora dalam hati.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu seolah menjadi penyejuk pada kesakitan Leora.
'Terima kasih ya Allah.' lagi gumam Leora saat Angkasa menghentikan gerakannya.
Tok.. tok.. tok...
Kembali ketukan pintu membuat Angkasa menggertakkn giginya lalu ia mengangkat Leora dan membawa perempuan itu ke dalam kamar mandi.
"Diam di sini!" Ucap Angkasa mengikat Leora pada kaki meja.
Angkasa kemudian keluar dari kamar mandi dan membuka pintu kamar.
"Ada apa Bu?" Tanya Angkasa saat melihat Anasta.
"Ibu sedang berada di taman samping dan mendengar suara teriakan dari kamar kalian. Ada apa?" Tanya Anasta.
"Ah,, ibu, itu,, Leora yang,," Jawab Angkasa berpura-pura gugup.
"Ahh,, ibu mengerti. Ya sudah, kalian lanjutkan saja, buatkan cucu untuk Ibu." Ucap Anasta lalu meninggalkan kamar itu.
'Dasar anak jaman sekarang. Ini masih siang! Ada-ada ajah cara mereka bersenag-senang.' Gumam Anasta sembari tersenyum.
Namun ia tidak tahu, kalau saat itu, anaknya di dalam kamar mandi sedang ketakutan sambil berusaha membuka pengikat di tangannya.
Apalagi ketika Angkasa kembali memasuki kamar mandi. Air mata Leora semakin bercucuran dengan nafas yang memburu berharap pria di depannya segera hilang dari muka bumi.
Angkasa tidak tertarik dengan wajah eleora, ia hanya mendekat pada Leora dan melepaskan kain penyumbat di mulut perempuan itu.
"Diamlah! Aku akan menceritakan kisahku supaya mulai dari sekarang kamu menikmati penderitaanmu dengan iklash." Ucap Angkasa sambil mencuci tangannya.
Leora mengigit bibir bawahnya berusaha menahan diri agar tidak memancing emosi Angkasa. 'Ya Tuhan, kuatkan aku,' gumamnya.
"Tepat saat aku memasuki semester dua di universitas, usaha orang tuaku tiba-tiba jatuh. Mereka tak punya penghasilan lagi hingga ayahku jatuh sakit.
Aku harus menggantikan ayahku menjadi tulang punggung keluarga. Tapi apa yang terjadi? Kau,, hah,,, kau mengacaukan hari hariku karena penindasan mu!
Aku gagal, aku gagal mendapat uang untuk menebus obat ayahku hingga ia meninggal!
Kau ingat saat kau memerintahku menjadi kacungmu di mol? Saat itulah ayahku meninggal! Meninggal karena aku terlambat membawa pulang obat.
Aku tak ada di sisinya!" Ucap Angkasa penuh kemarahan lalu ia berbalik menahan air matanya.
"Kau menangis? Maafkan aku,," ucap Leora merasa bersalah.
"Maafmu akan kutagi lewat tetesan air matamu. Dan jangan salah sangka padaku, aku bersikap baik padamu karena aku tidak mau keluargamu tahu kalau aku memperlakukanmu dengan buruk.
Hal ini setimpal saat keluargaku yang tidak tahu kalau aku menderita karenamu." Ucap Angkasa menghela nafasnya.
"Juga, aku tak suka jika ada orang lain yang melukaimu, karena hanya aku, hanya aku pantas melakukannya!" Kembali kata Angkasa dengan sorot mata penuh dendam.
Ia lalu meraih gunting di atas meja dan melemparkannya pada Leora.
"Tutupi lehermu saat bertemu orang lain, kalau sampai kau memberi tanda, jangan salahkan aku kalau bertindak lebih kejam lagi." Pria itu lalu pergi meninggalkan Leora.
"Maaf," ucap Leora sebelum Angkasa menutup pintu kamar mandi. Namun pria itu tak menghiraukannya lagi.
"Hiks,, hiks,, apa yang harus kulakukan sekarang?" Isak Leora terdiam di tempatnya.
"Sekarang semua orang sudah memperlakukanku bagai sampah. Aku harus memberitahu Angkasa tentang kebenaran yang sesungguhnya. Tapi,, bagaimana caranya? Hiks,," Leora menangis sambil menjulurkan kakinya meraih sunting.
"Ya Tuhan, kasihanilah aku,, berikan aku waktu yang tepat untuk berbicara." Doa Leora sambil menggunting syal yang mengikat tangannya.
Setelah selesai, Leora berdiri pada cermin dan melihat lehernya penuh dengan lebam warna biru.
Air matanya kembali jatuh "Cobaan yang berat untuk kemenangan yang besar!" Ucapnya menguatkan dirinya sendiri.
Setelah menutupi lehernya dengan syal yang masih tersisa, Leora kembali ke kamar dan mendapati koper sudah diletakkan Angkasa di atas ranjang.
Angkasa berdiri di jendela "Kita pulang." Kata Pria itu.
"Baik." Jawab Leora menghapus air matanya.
Ia kemudian meraih kacamata hitam lalu ia mengikuti Angkasa yang sudah keluar dari kamar.
Begitu tiba di lantai bawa, mereka bertemu Bambang dan Luna yang sedang bercakap dengan Anasta.
"Lho sayang, kalian sudah mau pulang?" Tanya Anasta.
"Iya Bu, tiba-tiba kami harus pergi ke luar kota." Ucap Angkasa yang sedang merangkul istrinya dengan mesra.
"Lain kali, kami akan main ke sini." Ucap Leora berusaha tersenyum.
"Ya sudah, Ibu akan mengantar kalian ke luar." Ucap Anasta lalu mereka keluar dari rumah.
'Ibu, aku harap ibu akan baik-baik saja. Tuhan tolong jaga ibuku dari segala orang jahat di rumah ini.' Doa Leora sebelum memasuki mobil.
"Hati-hati!" Ucap Anasta melambaikan tangan pada mobil hitam yang sudah bergerak meninggalkannya.
"Hais!! Entah bagaimana mereka bermain hingga anak gadisku harus menutupi lehernya..." Ucap Anasta sambil tersenyum.
Interaksi dengan pembaca.
Yang kekurangan bacaan jangan lupa tengok. siapa tahu kalian kepincut...🤭
Jawaban komentar ke_2 dan ke_3,, mari tunggu di bab berikut, entah bab ke berapa,, masih rahasia Tuhan..🤭🤭🤭
Dan info terkahir, otor lupa SS komentarnya😁😁 yang bilang up-nya sedikit,
plis,, otor cuma up 2 bab sehari, kalo lagi baik,, bisa ampe 3 bab, tergantung mood otor saat membaca komentar kalian😁😁😁,
tapi setiap part yg di up pasti melebihi 1000 kata, gak kehitung sama interaksi pembaca dan pengumuman lainnya..😎😎
Ok,, semoga kalian senang membaca..
keras berbagai macam gaya
kau bahagia dengan angkasa bapak mu menghancurkan leluargamu
bapaknya sendiri memasukkan baby sugar di dalam rumahnya.
dan saking pintarnya istrinya percaya aja kalau Luna jalang itu adalah anak angkat Bambang tua bangke.
kurasa hanya Leora yang waras
dan ibunya terlalu polos mau aja di begoin sama suaminya
bagaimana dengan istrinya
anggara yg mnderita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tpi kli like ttp ku tekan.
semngat n sukses selalu
krya2 nya bnr2 bagus.sampe berniat ttus baca tiap judul2 nya