Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Ken mempercepat langkahnya. Pandangannya menyisir setiap sudut restoran itu. Namun yang dicari tak ditemukan. Ken mencari hingga loby restoran, tapi tetap tak menemukannya. Akhirnya pandangan matanya melihat seseorang dengan tas dan gantungan kunci dengan huruf "K" memakai jasnya masuk ke dalam mobil. Ken berusaha mengejarnya, namun mobil itu terlanjur berjalan menjauh.
***
Ken menghembuskan nafasnya kasar. Dia berbalik untuk kembali ke ruangannya. Benaknya terusik dengan hal yang tadi dia lihat. Sebuah gantungan kunci berbentuk huruf "K".
"Rasanya benda itu cukup familiar bagiku. Ahh, entahlah!", gumamnya sambil berjalan.
Ken meneruskan meetingnya lagi dengan konsentrasi yang berantakan. Berkali-kali kliennya dibuat tegang. Pasalnya Ken selalu kelihatan tidak puas dengan hasil presentasi mereka. Mood Ken sedang buruk saat itu.
Akhirnya meeting selesai dalam waktu 3 jam. Waktu yang cukup lama untuk menguras keringat dan adrenalin untuk kliennya. Mereka keluar bersamaan.
"Terima kasih atas waktunya, Presdir Ken", ucap Tuan Bayu. Kemudian dia dan sekretarisnya, Dila sedikit membungkuk memberi hormat.
"Ehhm. Han kau yang urus sisanya", ucap Ken singkat dengan tatapan datarnya. Kemudian berlalu begitu saja.
"Baiklah, saya pamit. Semoga kerja sama kita berjalan lancar. Jika ada yang ingin dilaporkan silahkan hubungi saya", ucap Han dan bergerak menyusul Ken yang sudah jalan lebih dulu.
Tuan Bayu dan Dila tersenyum melihat kepergian 2 orang dengan suhu rendah yang mengelilingi hawa tubuh mereka. Siapa yang berada di dekatnya akan merasakan sebuah tekanan.
"Huh! Akhirnya", Tuan Bayu menghembuskan nafas lega. Kemudian dia dan Dila juga melangkah pergi meninggalkan restoran itu.
***
Petang sudah menjelang, langit berubah menjadi lautan oranye. Nampak sebuah mobil memasuki gerbang mansion mewah.
Si supir turun dari mobil dan membuka pintu di bagian kursi penumpang, nampak Krystal keluar dari sana dengan elegannya. Di sisi lainnya terlihat Manajer Felix juga keluar dari mobil dan menghampiri Krystal.
"Baiklah, aku pergi sekarang. Jangan lupa besok kita akan ada syuting untuk iklan produk kecantikan N. Besok aku akan menjemputmu jam 8 pagi. Saat aku datang, kau harus sudah siap, mengerti!", ucap manajer Felix sambil mengetik pada i'padnya mengatur jadwal artisnya besok.
"Baiklah, baiklah! Kau ini sungguh cerewet sekali. Sudah, pergi sana pergi! Aku pusing mendengarmu bicara", ucap Krystal sambil mendorong manajer Felix masuk ke mobil.
"Hey, kau ini! Aku belum selesai menjelaskan jadwalmu besok", ucap manajer Felix yang tubuhnya didorong paksa oleh Krystal.
"Sudah, sudah! Kau bisa menjelaskannya besok. Aku sudah lelah sekali. Aku ingin mandi sekarang", ucapnya sambil melambaikan tangan dan berlalu masuk ke dalam.
Manajer Felix menghembuskan nafas kasar sambil menggelengkan kepalanya. Selalu tak habis pikir dengan tingkah artisnya yang semena-mena. Mobil yang ditumpanginya pun meninggalkan kediaman itu.
Krystal langsung menuju kamarnya. Kamar dengan nuansa merah muda dan tema girly. Dia melempar tasnya asal kemudian masuk kamar mandi. Tak lama dia keluar menggunakan piyama handuk dengan kondisi yang lebih segar. Dia masuk ke walking closet nya yang cukup luas dan menyambar sebuah dress rumahan.
Krystal menuruni tangga dengan dress yang tadi diambilnya. Dia menuju meja makan untuk makan malam bersama papanya. Tapi dia mendapati tempat itu kosong, tak ada siapa pun. Akhirnya dia memutuskan menghampiri papanya ke ruang baca. Tepat sekali, papanya terlihat masih berkutat dengan laptopnya.
"Pa, ayo kita makan malam dulu!", ajak Krystal sambil melangkah masuk ke ruang baca papanya. Dia berdiri di depan meja kerja papanya.
"Eemm", jawab Tuan Bram singkat. Dia terlihat fokus pada benda persegi di depannya.
Krystal pun melangkah menuju sofa tak jauh dari meja papanya. Dia mendudukkan diri di sana. "Baiklah, aku akan menunggu papa di sini", ucapnya kemudian mengambil sebuah majalah dan membacanya.
"Eemm, 10 menit lagi", ucap Tuan Bram.
"Oke", jawab Krystal singkat. Kemudian dia sibuk mebolak-balikkan halaman demi halaman majalah yang dia pegang. Dia teringat tentang amplop yang tadi siang dia berikan pada pamannya. Krystal menjadi sedikit penasaran, dia pun memberanikan diri bertanya pada papanya.
"Pa, sebenarnya apa isi amplop yang tadi siang kuberikan pada paman?", tanyanya bersemangat.
Tuan Bram menghentikan aktifitasnya sejenak kemudian mengalihkan pandangannya pada Krystal. "Kau tak perlu tahu. Yang jelas itu untuk masa depanmu", ucapnya serius. Dan dia melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Pllakk", Krystal menutup majalah yang ia baca dengan keras."Papa, bukankah papa tahu apa yang aku inginkan", ucapnya merajuk.
"Masa depanku hanya ingin menjadi nyonya muda Wiratmadja, pa", tambahnya kemudian dia melangkah menuju papanya.
"Perlu waktu dan peluang, nak untuk membuatmu menjadi nyonya muda di sana. Saat ini papa sedang merancang sebuah peluang untukmu. Bersabarlah", jelas Tuan Bram.
"Benarkah, pa?!", Krystal terlihat bersemangat.
Tuan Bram menghentikkan pekerjaannya dan menutup benda pipih persegi itu. Dia menatap putrinya. "Untuk putriku akan kubuat sebuah peluang untuk masa depan yang kau inginkan, nak".
"Kau memang papaku yang terbaik", ucap Krystal dan memeluk papa yang masih duduk di kursi kerjanya. Mereka pun tersenyum bersama. Tapi kali ini senyuman Tuan Bram berubah menjadi senyum licik. Dia menyeringai seram. Seperti sebuah rencana besar telah terukir dalam benaknya.
"Baiklah, ayo kita makan malam dulu", ajaknya kemudian. Dia dan Krystal melangkah keluar dari ruang baca menuju meja makan.
***
Malam telah menyambut, anginnya membelai dedaunan dengan lembutnya. Di sebuah manion mewah dengah gaya eropa, suasana begitu hening seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Hanya terdengar suara gemericik air dari kamar mandi pada salah satu kamar di lantai atas.
Kamar dengan nuansa maskulin yang dominan warna hitam, putih dan abu-abu. Dari kamar mandi itu terdengar gemericik air jatuh dari shower. Seseorang sedang menyegarkan diri di sana.
Seorang tinggi jenjang keluar dengan handuk piyama membalut tubuh kekarnya. Satu tangannya lagi memegang handuk kecil yang di gosok-gosokkan pada kepalanya untuk mengeringkan rambut.
Ken mendudukkan diri di pinggir jendela yang menghadap ke halamannya. Dia melempar handuk kecil itu ke sofa. Dia berjalan masuk menuju walking closet dan keluar lagi dengan celana tidur panjang berwarna hitam dan bertelanjang dada. Beberapa bongkahan balok terpampang di sana. Rambutnya yang masih sedikit basah meneteskan beberapa titik air pada dada bidangnya. Sungguh pemandangan yang menggiurkan bagi kaum hawa.
Dia kembali mendudukkan diri di pinggir jendela itu. Kini tangannya sudah memegang sebatang rokok dan menyalakannya. Dihembuskannya asap keluar jendela. Pandangannya menyapu sekeliling halamannya yang nampak sepi. Tapi pikirannya terusik oleh wanita yang menabraknya tadi di restoran.
"Matanya", gumamnya pelan.
"Apa yang kupikirkan?! Baru kali ini perhatianku tersita oleh wanita", ucapnya sambil mengusap kasar wajahnya. Dihembuskannya lagi asap rokok keluar jendela, berusaha mengusir penatnya.
Pikirannya tiba-tiba teringat dengan wanita yang berdandan cupu yang ia temui di minimarket dan club malam. Kedua wanita itu mengganggu pikiran Ken.
"Shit!", Ken mengumpat kesal. Dia mematikan rokoknya dan membuang puntung rokok keluar jendela dengan asal.
"Ini pertama kalinya ada wanita menganggu pikiranku. Tapi kenapa langsung 2 orang. 1 saja cukup membuatku kesal, apalagi 2", gerutunya kemudian.
Ken melemparkan tubuhnya pada ranjang king size miliknya yang super empuk. Matanya menerawang ke arah langit-langit kamarnya. Ada 2 sosok wanita tergambar di sana. Yang satu wanita yang dia temui tadi siang, yang satu lagi Ana si cupu.
Ken menelisik gambaran wajah mereka di langit-langit kamar. Ken membandingkan tinggi badan mereka, ukuran tubuh mereka. Semuanya terlihat sama. "Mungkin hanya kebetulan", ucapnya.
Kemudian dia terlihat menemukan sesuatu. "Matanya, ya mata mereka sama", gumam Ken tersenyum sumringah. Rasa ngantuk mengalahkannya dan dia pun terlelap dengan membawa 2 gambaran wanita yang mengganggu pikirannya ke dalam mimpi.