Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7# Kutukan rumpun bambu
KKN 21
(Lengkara Savio) Ini jadinya yang mau ngikut ke Widya Mukti siapa aja?
(Sultan Tri Alby) begini nih kalo ngajak emak-emak, yang mau gawe sapeh yang heboh sapeh, entar yang ada bapak-bapak malah ngasuh bukannya gawe 🤕
(T. Zioma Arlan) Vi, gue kasih voucher ramen Vi, tapi ngga usah ngikut...
(Aluna Senja) ikut 😈 kalo gue ngga ikut, Maru ngga boleh pergi.
(Raindra Jovian) elahhh, Nja...laki lo mau cari duit.
(Aluna Senja)Ru, sayang 🥺 @Nagara Kertamaru kalo aku ngga ikut, kamu ngga boleh pulang lagi, aku pulang ke rumah papi.
(Purwangga Mahadri) pake jurus begitu, ya luluh lah Maru...
(Arshaka Mandala) Bagaimana bapak wakil, rasanya menikah? Ngga bisa bilang engga boleh 😂😂
(Lengkara Savio) Bang Jing ...Mei ikut kan?
(Meidina Sastro) ikut.
(Aluna Senja) tuh kan.
(T. Zioma Arlan) Ru, kalo cari orang lewat plat nomor motor gimana caranya?
Pesan dihapus
(Livia Syua Tan) hapus pesan bayar sejuta
(Raindra Jovian) telat bang sat. Lo mau cari siapa, maling?
(Aluna Senja) apa yang dicolong? Segitiga?
(T. Zioma Arlan) Hatikuu 🥰🥰
(Lengkara Savio) Arlan bede bah.
(Aluna Senja) ya ampun ngga lucu Arlan Jing. Lebih lucu ketek Maru 😩
(Raras Nalula) 😆😆
(Nararya Zaltan) giliran diem disuruh nyari cewek. Giliran dia udah ada tanda-tanda malah pada di umpat.
(Raindra Jovian) tanda-tanda apa nyet? 40 hari lagi menuju alam barzah gitu?
Arlan menggeleng, kenapa harus salah room chat, lantas ia langsung menelfon Maru saja.
"Lo nyari maling? Bikin laporan ke kantor Lan...ntar bisa diproses pihak berwajib." Ucap Maru.
Makin ngaco saja nanya pengacara satu itu yang lagi ribet-ribetnya ngurusin bumil.
Pada akhirnya Jovi dan Alby berangkat duluan. Sementara yang lain diribetkan dengan para bumil di beberapa hari berikutnya, kecuali Mahadri dan Syua yang memang akan kembali terlambat datang termasuk Arlan sebab alasan pekerjaan.
Kepergian mereka ini bentuk lain liburan bersama kembali setelah sekian lama tak pergi bersama lagi dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Jae telah mengeratkan tali di tas ranselnya, pagi ini mereka berangkat menuju Widya Mukti.
\+**628123456789**
*Neng, ini mobil logistik berangkat jam 9 ya*...
Jae berdecak, namun...ya sudahlah. Akhirnya Srikandi 30 terpaksa menunda keberangkatan yang semula akan berangkat pukul 7 jadi mengikuti jadwal mobil logistik mereka.
Ia Salim takzim pada ibu, pagi tadi sebelum berangkat ayah bahkan sudah memuntahkan pesan dan petuahnya termasuk prakiraan cuaca. Tak lupa mas Janitra sudah sejak jauh hari meminta sang adik untuk membawa motor melakukan service dan ganti oli.
"Hati-hati nak, di kampung orang mesti jaga sikap dan adabnya."
"Iya Bu."
"Jangan lupa kasih kabar..." ibu sudah mengecup kening Jae, "jaga diri, sehat-sehat, jaga kehormatan."
Deg!
Jae cukup dibuat tak bisa bernafas saat ibu bicara begitu.
"Aku berangkat, Bu."
Jae dengan jeans panjang dan jaket yang ia tarik resletingnya sampai bagian leher itu mulai keluar dari carport rumah.
Terlihat Maharani yang ngomel-ngomel ketika barang bawaan Bianca yang banyak itu tak dapat terbawa di mobilnya. Dan Salsa tertawa, "udah dibawa mobil logistik aja...lagian sebulan berasa kaya mau kabur bertahun-tahun jadi TKW. Kita masih di Pulau Jawa, Bi..."
"Sedia payung sebelum hujan!" gadis dengan kacamata di atas kepalanya, baju serba pink dan bantal Patrick Star di dekapannya itu berpenampilan bak permen gulali.
"Lo bukan bawa payung Bi, tapi satu isian rumah Lo bawa...elah." Omel Maharani lagi.
"Ani ih...namanya juga prepare kan siapa tau kita ngga tau disana bakalan butuh apa?!"
Mereka meledakan tawanya sementara Maharani sudah menganga, "yang bener Bi, gue bukan ani-ani...Maharani, Rani..."
Jae terkekeh, "panggil dia Mahar..."
Bianca tertawa sendiri dengan panggilannya, "Kenapa sih, Ani juga bagus tau, pacarnya Rhoma juga Ani."
"Ya gue ngga mau..." sengit Maharani, "Lo ngikut Jae aja deh di motor."
Bianca menggeleng kencang, "ogah ah. Masuk an jing nanti gue."
Hahaha! Sin ting.
"Bawa kresek ngga Bi? Takut Lo muntah?"
Belum apa-apa sudah ribut begini, "udah, nanti barang Bian masuk mobil logistik..." ucap Jae.
"Bianca, Bian bian...nama cowok tuh." ujarnya tak terima.
"Lah, Lo panggil Jae, Jahe coba... Jae biasa-biasa aja." bela Andara.
Tak lama mobil logistik sampai dan mereka memindah-mindahkan terlebih dahulu barang, dimana sebagian perlengkapan logistik sudah masuk sejak kemarin.
"Oke...sini kumpul dulu. Foto dulu dong!" pinta Andara. Dimana mereka langsung merapat berjejer di samping mobil Maharani.
"Pak, maaf tolong fotoin boleh ya?" Andara meminta supir mobil menjadi fotografer mereka dahulu.
"Oh," ia yang sedang mengapit rokok bergegas menerima kamera.
Andara membenarkan kupluk miliknya, lalu Salsa...merapikan syal dengan Bianca yang heboh merapikan rambut dan kacamata.
"Siap ya....1...2...3..." mereka bergaya.
Srikandiiii !! Seru mereka sebelum akhirnya bertos ria.
"Berdo'a dulu girls....apapun yang terjadi, kita harus kompak, terbuka. Saling tolong saling memaafkan..." ucap Jae.
Andara, ia naik kembali ke boncengan Jae, sementara Sesil, Salsa, Bianca naik ke mobil Maharani.
"Berkabar Jae!"
Jae menjempoli udara dan mulai menyalakan mesin motor, *grungggg*!
Andara bahkan sudah menaikan scraft di udara, "woahhhh! KKN Widya Mukti i'm coming!!!"
Jovi dan Alby, keduanya sudah sampai sejak kemarin di Widya Mukti atas laporan pak Jajang orang yang bertanggungjawab di grup wana tani, tentang beberapa mesin yang rusak keduanya langsung meluncur, seharusnya bersama Arlan...namun engineer itu cukup sibuk belakangan ini, bukan...bukan...Arlan memang orang yang akan selalu paling sibuk setelah Mahadri.
Belum lagi genset yang sering terjadi masalah belakangan ini, sebab tiba-tiba energi listrik yang tersambung ke lampu-lampu jalan di rumpun bambu itu terkadang mati sendiri, dengan kata lain listriknya tersendat.
Cuaca Bandung belakangan ini selalu mendung, mungkin memang sudah masuk musim penghujan. Sepagi ini saja awan mendung sudah menggelayut manja, memaksa para makhluk di bumi untuk rebahan, menarik selimut dan berguling di kasur.
Alby mengaduk kopi di dapur, padahal rencananya siang ini ia harus ke greenhouse.
"A, nanti saya tinggal sebentar ya...disuruh pak Kadus buat jemput dan bantuin teteh-teteh yang mau KKN."
Jovi menjempoli menyesap alat Vape-nya, "itu dari pagi, rumah samping udah dibersihin ibu kadus..." tunjuknya asal dengan dagu ke arah rumah sepetak yang akan dijadikan posko KKN.
Sandi mengangguk membenarkan.
"Jadi penasaran gue, anak kampus UNJANA sekarang kaya apa..." jumawa Alby dikekehi Sandi, "ah cantik-cantik, a...aslinya, kata saya mah. Apalagi teteh siapa ya namanya teh da kaya orang jepang. Jae...Jae apa ya...Jaekawa gituh kalo ngga salah." Ujar Sandi semakin memancing rasa penasaran Jovi meniupkan asap putih beraroma apel di udara.
"Mau hujan kayanya Jae..." Andara mendongak ke langit memantik Jae untuk ikut mendongak, "iya." beberapa kali mereka berhenti untuk sekedar istirahat, makan dan minum atau meregangkan otot.
"Mau gantian, tapi gue belum lancar bawa motor, apalagi motor gede gini...yang ada kita bukan ke Widya Mukti tapi ke Rumkit." kekeh Andara dikekehi Jae, "ngga apa-apa. tadinya gue ngga akan bawa motor. Tapi Lo liat sendiri waktu itu, ada beberapa jalan yang ngga bisa dilewatin mobil. Kurang fleksibel..."
"Mau motor matic biasa, dipake sama kaka ipar gue. Lagi hamil."
Andara mengangguk. Jae meneguk habis jus jambu kemasannya, "yu, jalan lagi. Coba cek udah dimana mereka.."
**Srikandi 30**
(**Andara uye-uye**) *girls, cek lokasi dong kata buketu*?
(***Sesil kalem***) *udah di exit tol, udah nyampe Bandung. Kalian dimana*?
(***Andara uye-uye***) *oke. Kita gas juga ya, Cianjur*...
(***Salsa gurih nyoy***) *Dahsyat, Jae ngebut ya? Lo ngga terbang Dara*?
(***Bianca manis***) *🤣🤣 mentang-mentang namanya Dara, terbang....rambut, jantung, dompet aman, Ra? Si Jahe bener-bener ya...definisi cari temen mati*.
"Hallo, kang Sandi...mobil logistik udah mau sampe. Saya masih agak jauh soalnya pakai motor. Bisa minta tolong dijemput."
"Siap teh."
Jovi dan Alby baru saja kembali dari kesibukan hari ini, mengingat hari sudah bersiap tergelincir ke sore, dan....benar. Hujan turun cukup deras.
"Genset belum dibenerin Jov, keburu hujan begini..." Alby kembali menarik sarungnya hingga menyelimuti badan sambil brrrr.... sementara Sandi sudah bersiap dengan jas hujannya.
"Manja lah San, sampai harus dijemput segala mana hujan..." omel Jovi disenyumi Sandi, "kasian a, cewek semua cuma berenam pula. Mana katanya supir mobil logistik ya kan ngga tau rute Cikalong."
Sandi pergi meninggalkan ponselnya, "saya tinggal dulu, a."
/
Salahkan penumpang mobil yang terlalu lama melakukan istirahat di jalan, sehingga kala magrib menjelang mereka baru sampai di Widya Mukti.
"Ngga apa-apa lah, toh sekarang kan jalannya udah bagus, banyak lampu jalan juga kan." Ujar Maharani menenangkan.
Mereka masih anteng meskipun hari sudah menyentuh gelap, bahkan Bianca masih rame...
"Sepi ya girls..." ia mengeratkan bantal bintang laut itu sembari melihat ke arah luar jendela mobil.
"Rame Bi, itu masih ada yang lewat." tunjuk Salsa ke arah motor yang melintas, satu-satunya.
Maharani memutar stir bersiap melewati jalan rumpun bambu.
"Ini katanya proyek KKN yang dulu tuh, ya...lampu jalanan, syukur deh...kebayang kalo ngga ada, gelapnya kaya apa bisa ngundang kejahatan..." oceh Salsa diangguki Sesil.
"Ini kalo magrib, sepi begini ya?" Bianca, wajahnya itu entahlah....terlihat mulai resah, khawatir dan dominan takut, hanya bunyi suara jok kulit yang bergesekan dengan celana dan tangan ketika ia bergerak resah.
"Mana hujan lagi..."
"Ya orang pada masuk rumah lah, pada solat juga...cuma kita doang kayanya yang magrib keluyuran disini, persis adegan waktu magrib." kekeh Salsa langsung membuat Bianca menoleh ke belakang dan menimpuk Salsa dengan si Patrick.
"Aduhh ih."
"Jangan begitu...gue jadi pengen pindah tempat duduk kalo begini." Jawabnya yang duduk di samping Maharani.
"Persis Wewe gom bel." Kikik Maharani dengan masih fokus menyetir, semakin membuat Bianca manyun "ish! Rani..."
Dan jeglek. Mesin mobil tiba-tiba mati membuat para penumpang mobil ini terkejut.
"Njirr....ini mobil gue kenapa nih?!" ujar Maharani sedikit bereaksi berlebihan, dan ia memutar kembali kunci menstater mobil maticnya itu.
"Kenapa Ran?" tanya Bianca mulai ketakutan, "bisa ngga ?" paniknya.
"Aki soak ngga Ran? Coba dimatiin dulu terus hidupin lagi..." pinta Sesil menenangkan. Maharani mengangguk, dan mematikan mesin mobil lalu menunggunya beberapa saat.
"Matic emang begini masalahnya, Ran..." setuju Salsa. Bianca diam, ia memilih mengedarkan pandangan ke sekeliling di luar mobil.
Kondisinya tak bisa lebih creepy lagi untuk Bianca, saat mendadak lampu jalanan yang berderet itu padam seketika, persis adegan-adegan di film horor.
"Astagfirullah."
"Aahhhh mamaaa!!!" jerit Bianca melindungi kepala dan wajahnya, "astagfirullah, allahuma lakasumtu..." ocehnya lagi.
Sesil segera menyalakan ponsel, "coba telfon Jae atau Dara...."
"Kang Sandi, deh...ada nomornya ngga?" usul Salsa, sementara Maharani masih berusaha menyalakan mobilnya, "si al. Gue lupa service mobil."
.
.
.
.
🤭🤭🤭🤭
sabar ya abang arlan di kata lutung🤭
ngatain jae dia jg😁😁
Semangat ya Teh...lanjuut 💪💪😘😘
kalok lagi mode grup kkn 21 ngakak 🤣🤣🤣
lanjut
pantes pala ku pusing terus belum di kasih vitamin😍