Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Retakan Di Kanvas Dunia
Bab 12: Retakan di Kanvas Dunia
(Lady Elena Von Helberg, Duke Lucien De Martel)
Cahaya bulan penuh yang dingin tumpah melalui jendela menara pengamatan Sarang Gagak, tetapi bayangan yang mereka lihat di Timur jauh lebih gelap daripada malam itu sendiri. Itu adalah anomali, retakan hitam di langit di atas The Whispering Peaks, seolah-olah kanvas dunia telah dicabik.
Lucien merangkul Elena dari belakang, posesifnya bercampur dengan teror.
"Apa itu, Elena?" bisik Lucien, suaranya dipenuhi kewaspadaan. "Aku merasakan kekuatan yang asing… kekejaman yang jauh lebih tua dari aku. Sihirku... terasa seperti kerlip lilin di hadapannya."
Elena—Obsidian Vessel—tidak merasakan ketakutan. Hanya analisis yang dingin.
“Itu adalah yang kita bangunkan, Lucien,” jawab Elena, suaranya datar dan tenang. “Itu adalah The Old Observer. Dan itu datang untuk mengambil kembali Kutukannya… atau aku.”
Elena melepaskan diri dari Lucien, mengambil Cincin Obsidian dari mejanya. Ia tidak memakainya, melainkan memegang permata hitam itu di telapak tangannya. Permata itu berdenyut seiring dengan retakan di langit.
“Dengarkan baik-baik, Duke,” kata Elena, tatapannya dingin mematikan. “Kutukan Obsidian bukanlah kutukan keluarga. Itu adalah segel. Segel yang ditempatkan oleh para penyihir kuno di sini, di bawah benteng ini, ribuan tahun lalu, untuk mengunci entitas itu di dimensi lain.”
Lucien terkejut. "Segel? Jadi... semua kegilaan posesif kami, semua obsesi De Martel... hanya untuk menjaga gerbang tetap tertutup?"
"Ya," jawab Elena, mengangguk. "Dan kamu, dan ayahmu, dan leluhurmu, kalian semua adalah Wadah Sementara. Obsesimu adalah energi yang menjaga segel tetap aktif. Tapi obsesimu tidak sempurna, Lucien. Itu rapuh. Kamu rentan terhadap godaan, terhadap 'cahaya' seperti Serafina. Itu membuat segelnya lemah."
Elena mengangkat Obsidian di tangannya. "Ketika aku menyerap Kutukan itu, aku tidak hanya mengambil kegilaanmu. Aku menyerap energi segel itu sendiri. Aku, Obsidian Vessel, adalah Segel Sejati. Dan itulah mengapa ia datang. Ia merasakan Kutukan itu telah terpusat, menjadi stabil, dan ia menginginkannya kembali."
"Jadi, kita berperang?" tanya Lucien, kini matanya memancarkan tekad. Meskipun takut, obsesinya pada kekuasaan Elena mendorongnya untuk menghadapi ancaman apa pun. "Kita akan menghancurkannya dengan kekuatan Utara!"
Elena menggeleng. "Bodoh. Sihirmu hanyalah es beku dari air di depannya. Kita tidak bisa menghancurkannya. Kita harus memperkuat segelnya atau mengalahkan entitas itu secara permanen sebelum ia sepenuhnya melewati retakan itu. Dalam 48 jam, ia akan bisa menembus dimensi ini."
Elena dan Lucien menghabiskan sisa malam itu di perpustakaan rahasia, meninjau gulungan kuno. Elena memerintahkan Clarissa untuk mengunci seluruh Sarang Gagak, mencegah siapa pun masuk atau keluar.
Satu-satunya sumber informasi yang bisa mereka andalkan adalah catatan kuno, dan satu lagi: Darius Sterling.
“Aku butuh Kapten Sterling,” perintah Elena pada Lucien. "Aku butuh keahliannya dalam sihir Sterling, sihir yang berfokus pada perlindungan dan pengikatan. Bawa dia ke sini, dalam kondisi terikat sihir."
Lucien cemberut. "Kenapa pengkhianat itu? Biarkan dia membusuk."
"Dia adalah Ksatria Musim Dingin," kata Elena, tanpa emosi. "Sihir Sterlingnya adalah antithesis bagi sihir De Martel. Aku harus tahu bagaimana segel itu bekerja dan mengapa Ksatria itu begitu penting bagi Kutukan itu."
Lucien tidak bisa membantah. Obsesinya pada efisiensi Elena kini mengalahkan kebenciannya pada Darius.
Darius Sterling dibawa ke perpustakaan rahasia, masih terbungkus dalam balutan es Obsidian yang beku, hanya menyisakan kepalanya yang bebas. Matanya yang biru-abu-abu dipenuhi amarah dan pengkhianatan.
"Kamu telah menjadi monster yang sempurna, Elena," desis Darius, suaranya serak. "Kamu tidak hanya menghancurkan dirimu sendiri; kamu menghancurkan segel dunia."
Elena memandangnya dengan mata kosong. "Aku menghancurkan kelemahanku. Dan kamu akan melayaniku, Kapten Sterling. Kamu telah melihat catatan-catatan ini?"
Elena menunjukkan gulungan kuno itu padanya.
Darius membaca dengan cepat, ekspresinya berubah menjadi horor. "The Old Observer... Aku pikir ini hanya mitos yang diciptakan untuk menakut-nakuti Duke yang nakal. Tidak. kamu tidak hanya menyerap Kutukan itu, tapi kamu telah melemahkan fondasi dimensinya."
"Bagaimana cara memperkuat segel itu?" tanya Elena.
"Ritual pelepasan yang aku coba lakukan malam itu seharusnya tidak hanya memutus ikatanmu dengan Kutukan itu, tetapi juga memfokuskan kembali energi Kutukan itu kembali ke sumbernya, untuk memperkuat segelnya. Tapi Lucien memutusnya," jelas Darius. "Sekarang, karena energi itu terpusat di dalam dirimu, hanya ada satu cara untuk memperkuat segel itu: Sacrifice of the Vessel's Heart."
Lucien, yang mendengarkan, menggeram. "Omong kosong! Tidak ada yang akan menyentuh jantung Elena!"
Elena mengangkat tangan, menahan Lucien. "Jelaskan. Apa itu Sacrifice of the Vessel's Heart?"
"Ini bukan soal kematian fisik," jelas Darius. "Vessel harus menemukan cinta sejati—emosi murni yang tidak ternoda oleh obsesi—dan secara sukarela menghancurkannya, mengubahnya menjadi keputusan dingin untuk mengaktifkan Segel. Dengan kata lain, Vessel harus memilih tugasnya daripada kebahagiaannya. Vessel harus mati secara emosional untuk menjadi Segel yang abadi."
Elena merasakan keheningan yang dingin. Dia sudah mati secara emosional. Emosi Risa telah hilang. Dia adalah Vessel. Logika ini... sempurna.
"Emosiku sudah mati," kata Elena. "Aku adalah Vessel. Aku tidak lagi merasakan cinta, atau penyesalan. Aku siap untuk menjadi segel abadi."
Darius menatapnya dengan rasa iba. "Elena... Risa... Aku tahu kamu masih di sana. Kamu tidak bisa menjadi segel abadi jika kamu tidak memiliki kebahagiaan untuk dikorbankan. Jika kamu tidak punya apa-apa untuk dikorbankan, energi yang kamu keluarkan tidak akan cukup murni. Kamu hanya akan menjadi baterai sementara, dan Observer akan menghabisimu."
Kata-kata itu menyentuh sesuatu. Risa/Elena, Obsidian Vessel, merasakan... kebingungan.
Kebahagiaan? Cinta? Risa?
Elena mengabaikan nasihat Darius untuk saat ini. Ia memilih opsi yang lebih logis: Memperkuat Sumber Segel.
Ia memerintahkan Lucien untuk menemaninya ke Ruang Bawah Tanah, tempat di mana Kutukan Obsidian benar-benar berakar.
Mereka turun ke kedalaman Sarang Gagak, melewati ruang bawah tanah yang dingin, hingga mereka mencapai pintu batu besar, terukir dengan simbol-simbol kuno yang sama dengan yang ada di gulungan itu.
Lucien, menggunakan sihir es yang kuat, membuka pintu itu. Di baliknya, terdengar bunyi dengungan yang dalam, dan udara dipenuhi oleh bau belerang dan dingin kosmik yang memuakkan.
Mereka memasuki ruangan itu. Itu adalah ruang melingkar yang luas, dengan langit-langit yang tingginya mencapai ratusan meter. Di tengah ruangan itu, sebuah lingkaran batu besar yang memancarkan cahaya hitam samar. Ini adalah Source of the Seal (Sumber Segel), portal itu sendiri.
“Ini adalah gerbangnya,” bisik Elena.
Tiba-tiba, Elena merasakan koneksi yang dalam dan mengerikan dengan tempat itu. Ia adalah segelnya. Ia merasakan bagaimana entitas di dimensi lain itu mencoba memaksa masuk melalui celah di langit.
“Lucien,” perintah Elena, menoleh padanya. “Gunakan semua sihirmu. Bekukan ruangan ini. Tutup retakan kecil pada batuan Sumber Segel. Jadilah tangan yang memperkuat kehendakku.”
Lucien mengangguk, auranya meledak dengan sihir es yang luar biasa. Dia menghabiskan energi. Es murni merayapi dinding, mencoba menutupi setiap celah di batu.
Elena sendiri berdiri di atas Sumber Segel, memfokuskan energi Obsidian Vessel-nya. Ia menyalurkan kekuatan dingin ke dalam batu. Rasa sakitnya minimal, tetapi kekosongan emosionalnya terasa seperti lubang hitam yang menghabiskan energinya.
Saat ia memusatkan energi, ia melihat sesuatu yang lain di dalam batuan sumber: sebuah bayangan yang terperangkap. Bayangan yang tampak seperti manusia, dipenuhi penderitaan abadi.
“Siapa itu?” bisik Elena.
Lucien, yang kelelahan, menjawab. “Itu… itu adalah cerita lama. Ketika penyihir kuno menempatkan segel di sini, mereka membutuhkan satu tumbal manusia terakhir, Vessel asli—seorang wanita yang telah menenangkan dan kemudian dihancurkan oleh obsesi pendahulu De Martel—untuk mengikat segel itu.”
Elena menatap bayangan itu. Itu adalah wajah yang samar, tetapi ia merasakan kesamaan yang dingin. Itu adalah wajah seorang wanita yang dikhianati dan dipaksa untuk menjadi segel.
Saat Elena dan Lucien berada di kedalaman benteng, di luar, di permukaan, kegelapan mulai merayap.
Retakan di langit di atas The Whispering Peaks kini menjadi lebih besar, lebih jelas.
Lady Clarissa, yang menjaga pintu terluar Sarang Gagak, melihat badai salju hitam yang belum pernah terjadi sebelumnya menutupi cakrawala. Udara menjadi sangat dingin.
Dia berbalik, merasakan ancaman. Di belakangnya, di Aula Tahta, Obsidian Vessel yang baru telah menghilangkan semua kelemahan. Tetapi di depan, ada kekejaman kosmik yang menuntut kekuasaan.
Clarissa, yang loyal pada De Martel, merasakan dilema. Ia tidak bisa melawan kekuatan yang datang.
Kembali di Ruang Sumber Segel, Elena menarik tangannya dari batu. Retakan pada segel telah ditutup. Mereka telah membeli waktu.
“Sekarang, Lucien,” kata Elena, matanya tertuju pada bayangan Vessel asli yang terperangkap di batu. “Kita kembali. Kita harus bersiap untuk pertempuran.”
Saat mereka menaiki tangga, Lucien berbalik, posesifnya melonjak lagi.
"Elena," katanya, suaranya dipenuhi janji yang mengerikan. "Bayangan di segel itu... dia menjadi Vessel abadi karena obsesi pendahuluku. Kamu... kamu hanya akan menjadi lebih kuat jika kamu benar-benar mengikat Obsesi padamu. Jangan pernah memikirkan pengkhianatan. Aku adalah takdirmu. Aku akan memberimu kekuatan abadi."
Elena menatapnya. Ia merasa ingin menggunakan sihir Obsidiannya untuk menghancurkan kegilaan posesifnya, tetapi ia tahu ia membutuhkannya.
Saat mereka keluar dari pintu batu dan menyegelnya di belakang mereka, Elena melihat bayangan di lantai. Itu adalah bayangan mereka, Lucien dan dirinya. Tetapi bayangan Elena memiliki mahkota duri es, dan bayangan Lucien... sepenuhnya berlutut.
Mereka kembali ke koridor utama, dan mereka disambut oleh Lady Clarissa. Wajah Clarissa pucat pasi.
“Yang Mulia… Duke,” kata Clarissa, suaranya serak karena ketakutan. “Observer… dia tidak menunggu. Dia telah mengirimkan sesuatu. Tentara badai salju dan es, mereka telah mengepung Sarang Gagak. Tetapi ada yang lain…”
Clarissa menelan ludah, matanya tertuju pada Elena. “Mereka membawa hadiah. Mereka membawa seseorang… mereka membawa Serafina Lowe.”