NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MUR, AKU CINTA

Murni masih tertunduk malu, ia takut groginya terlihat Pram. Dengan memberanikan diri, gadis itu kembali mengangkat mukanya untuk bertatap muka dengan Pram.

"Mur.." Pram mulai membuka percakapan kembali setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Saya salut sama kamu, di tengah keterbatasan seperti ini, kamu masih bisa berbuat baik sama orang lain."

"Ah, Mas bisa saja," jawab Murni sambil tersipu malu. "Menolong sesama itu sudah kewajiban kita sebagai manusia." Murni kembali memberanikan diri menatap Pram, walau gugupnya sulit dikendalikan.

"Mas, makannya mau tambah lagi?" tanya Murni mengalihkan pembicaraan, berhubung nasi dan lauk yang sedang dimakan Pram sudah habis.

Pram menggelengkan kepala. "Enggak Mur, aku udah kenyang"

Murni mengangguk, ia membereskan bekas makan Pram ke dapur. Tak lama kemudian ia masuk kembali ke ruang tengah, bermaksud menemani Pram.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah gubuk. Murni menoleh ke arah pintu dan tersenyum.

"Itu pasti Mak Eroh, beliau pasti sudah pulang dari ladang," kata Murni. Ia terlihat senang, setidaknya tak hanya dia yang ajak ngobrol Pram terus.

"Alhamdulillah, akhirnya Emak pulang. Aku gugup kalau harus terus ajak ngobrol pria ini. Topik pembicaraanku udah habis," pikir Murni.

Tak lama kemudian, seorang wanita tua masuk ke dalam gubuk. Wanita itu tampak terkejut melihat ada seorang pemuda tampan memakai kemeja batik peninggalan mendiang suaminya.

"Mur, siapa ini?" tanya Mak Eroh dengan nada heran.

"Ini Mas.. Mas siapa ya? Aduh, aku juga gak tahu siapa namanya, Mak," jawab Murni. Ia tersenyum bingung.

"Lho, ko bisa sampai gak tahu," ujar Mak Eroh keheranan. Seulas senyum langsung menghiasi bibir keriputnya.

Mak Eroh mendekati Pram dan mengamatinya dengan seksama. Ia melihat luka bakar di tubuh Pram dan kemeja batik yang dikenakan Pram.

"Ya ampun, Nak," kata Mak Eroh dengan nada prihatin. "Kamu pasti sakit sekali. Maafkan kami ya, Nak, rumah kami cuma gubuk reyot seperti ini."

"Tidak apa-apa, Mak. Saya justru berterima kasih sekali sudah ditolong oleh Murni dan Mak Eroh," jawab Pram. Ia tersenyum dan menyalami wanita tua yang ada dihadapannya.

"Syukurlah kalau kamu tidak keberatan untuk sementara waktu tinggal disini," kata Mak Eroh.

"Kamu istirahat saja dulu disini. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk merawat kamu," lanjut Mak Eroh kemudian.

Pram tersenyum dan mengangguk. Ia merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Murni dan Mak Eroh. Ditengah keterpurukannya, ia masih bisa menemukan orang-orang baik yang bersedia menolongnya tanpa pamrih.

"Oh ya Mas, gak apa ya jika aku kasih kamu nama Made aja?" tiba - tiba Murni mengajukan usul yang membuat Mak eroh geleng-geleng kepala, " Lho, itu kan nama bapakmu, Mur!"

"Gak apalah Mak, siapa tahu sifatnya mas ini mirip bapak kita. Bapak kita kan orangnya baik, pengertian, sabar dan penyayang.. Hehe." Murni tersipu.

Pram yang kini bernama Made tersenyum, " Ya gak apa-apa Mur, aku suka. Nama itu sangat bagus. Mudah - mudahan aku ketularan sifat bapakmu."

ketiganya tertawa berbarengan. Suasana di rumah itu sangat nyaman dan hangat. Walaupun Pram baru kenal dengan mereka, tapi keakraban langsung terjalin diantara mereka. Hati Pram atau Made terasa nyaman.

Hari-hari berikutnya, Made tinggal di gubuk Murni dan Mak Eroh. Mereka merawat Made dengan penuh kasih sayang.

Setiap hari Murni mengobati luka bakar Made dengan ramuan tradisionalnya. Mak Eroh memasak makanan yang bergizi untuk Made agar cepat pulih.

Made merasa sangat nyaman tinggal bersama Murni dan Mak Eroh. Ia merasa seperti berada di rumah sendiri. Ia sering membantu Murni dan Mak Eroh mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci piring, menyapu lantai, dan memasak.

Made juga sering menemani Murni dan Mak Eroh pergi ke ladang. Ia belajar cara menanam padi, memanen sayuran, dan merawat tanaman. Made merasa sangat senang bisa merasakan kehidupan sederhana di desa.

Suatu sore, Made duduk di beranda gubuk bersama Murni. Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah.

"Mur, saya tak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan kamu dan Mak Eroh."

"Mas Made tak perlu membalas apa-apa, kami ikhlas menolong ko," jawab Murni sambil tersenyum.

"Tapi saya merasa tidak enak, saya sudah merepotkan kalian."

"Mas tidak merepotkan sama sekali, kami justru senang bisa membantu Mas Made," balas Murni.

Made terdiam sejenak, ia menatap wajah Murni yang cantik dan polos. Ia merasakan ada sesuatu yang bergejolak didalam hatinya.

"Mur, Saya... saya..." Made terhenti. Ia tak meneruskan kata-katanya.

"Mas Made mau bilang apa?" tanya Murni penasaran.

Made menarik napas dalam-dalam. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Murni.

"Mur, saya... saya suka sama kamu," kata Made dengan gugup.

Murni terkejut mendengar pengakuan Made. Ia tidak menyangka Made akan menyukainya. Padahal ia sendiri merasa tak percaya diri jika harus jadi pasangan Made.

Made yang tampan, memiliki postur tubuh gagah dan berkulit putih.. Masa iya cinta sama dirinya yang berbadan mungil dan wajah biasa-biasa saja?.. Itu yang selama ini ada di pikiran Murni.

"Mas Made..." kata Murni dengan nada bingung. Ia masih belum percaya dengan semua yang Made ucapkan. Ada ketakutan dalam dirinya. Ia takut Made membohonginya.

"Mur, saya tahu ini terlalu cepat, tapi saya tidak bisa membohongi perasaan saya sendiri. Saya benar-benar suka sama kamu, Mur," Made kembali menegaskan.

Murni terdiam sejenak. Ia menundukkan kepalanya dan memainkan jari-jarinya. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus berkata apa.

"Saya.. saya tidak tahu, Mas," kata Murni akhirnya. "Saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya."

Walau hati Murni senang, tapi ia tak langsung menerima Made begitu saja. Ia harus memikirkan masak-masak akan keputusannya. Tak mau menyesal dikemudian hari.

"Tidak apa-apa, Mur.. Saya tidak memaksa kamu untuk membalas perasaan saya sekarang. Saya hanya ingin kamu tahu apa yang saya rasakan. Kamu bisa mempertimbangkannya terlebih dahulu." Made yang tak mau memaksakan kehendaknya, hanya pasrah.

Murni mengangkat wajahnya dan menatap Made. Ia melihat ketulusan di mata laki-laki tersebut. Ia tahu Made benar-benar menyukainya.

"Saya butuh waktu untuk memikirkannya, Mas," kata Murni kemudian.

"Tentu saja, Mur. Saya akan menunggu sampai kamu siap," jawab Made penuh harap.

Murni tersenyum dan mengangguk. Ia merasa lega karena Made tidak memaksanya. Ia tahu Made adalah orang baik dan penyabar.

Beberapa saat Made terdiam, entah kenapa hatinya merasa sakit setelah menyatakan perasaannya pada Murni..

"Kenapa setelah aku mengatakan suka sama Murni, perasaanku jadi gak enak ya? harusnya aku udah plong karena unek-unekku udah aku sampaikan pada Murni. Tapi.. kenapa aku merasa ada perasaan bersalah?"

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!