Ratih yang tidak terima karena anaknya meningal atas kekerasan kembali menuntut balas pada mereka.
Ia menuntut keadilan pada hukum namun tidak di dengar alhasil ia Kembali menganut ilmu hitam, saat para warga kembali mengolok-olok dirinya. Ditambah kematian Rarasati anaknya.
"Hutang nyawa harus dibayar nyawa.." Teriak Ratih dalam kemarahan itu...
Kisah lanjutan Santet Pitung Dino...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Batas akhir perasaan
"Kang Mas, tolong jangan ucapkan itu." Ia menangis sesengukan.
Tuan Zacky menarik nafasnya berati. "Kemasi barang-barang mu, kita pulang ke Semarang sekarang, ku kembalikan kau kerumahmu." Kata Tuan Zacky dalam satu kali tarikan nafas.
"Kang Mas? apa yang Kang Mas katakan? Kang Mas menceraikan aku?" Dada Sinta terasa begitu sesak. Tubuhnya gemetar
"Cepat aku tunggu di mobil." Ujar Tuan Zacky ia bergegas menuju mobil miliknya.
Mau tidak mau, Sinta harus segera pergi dari sana, ia mengemasi barang-barang, dan sebentar lagi status janda akan ia sandang karena Tuan Zacky sudah pasti akan menceraikannya. Para Jeng-Jeng akan menertawakan karena jadi janda, bahkan tidak punya keturunan.
Sementara itu, Ratih mulai mengerjapkan matanya, ia membuka matanya perlahan setelah pingsan beberapa jam.
"Ratih kamu sudah sadar?" kata Bude Sukma, ia terseyum simpul.
Ratih mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk fokus pada wajah Bude Sukma yang tersenyum di depannya.
"A... apa yang terjadi?" Ratih bertanya, suaranya lemah.
"Kamu pingsan, Tih," jawab Bude Sukma, sambil membantu Ratih duduk. "Tuan Zacky membawamu ke sini setelah kamu ditemukan di tengah jalan, arah perempatan."
Ratih mencoba mengingat apa yang terjadi, tapi pikirannya masih kabur. "Sati... di mana Sati?" Ratih bertanya, suaranya mulai panik. Karena saat sebelum berjalan hendak kerumah Sinta, ia ke makan Sati sejenak, dan hal itu yang membuatnya berhalusinasi.
Bude Sukma menatap Ratih dengan ekspresi yang lembut. Namun juga ada kesedihan dimatanya "Sati... Sati sudah tiada, Tih. Sing eling. Istigfar," Bude Sukma, mengusap pundak Ratih
Bude Sukma, kembali memeluk Ratih, mencoba untuk menenangkannya. "kamu harus kuat, untuk Sati... dan untuk dirimu sendiri."
Ratih menangis di pelukan Bude Sukma, lagi-lagi ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Sati sudah tiada. Ia merasa seperti kehilangan bagian dari dirinya sendiri.
"Tih, aku tahu kamu sedang berduka, tapi kamu harus kuat," kata Bude Sukma, suaranya lembut. "Kamu masih memiliki hidup yang harus dijalani, dan kamu harus terus maju, jangan terus berlarut dalam kesedihan."
Ratih mengangguk, tapi ia masih tidak bisa berhenti menangis. Ia merasa seperti tidak ada lagi yang tersisa dalam hidupnya.
.
.
Di luar, Tuan Zacky sedang menunggu Sinta di dalam mobil. Ia merasa seperti telah membuat keputusan yang tepat, meninggalkan Sinta dan melanjutkan hidupnya sendiri.
Tiba-tiba, Sinta keluar dari rumah dengan wajah yang merah dan mata yang membengkak. Ia berjalan menuju mobil Tuan Zacky dengan langkah yang lambat.
"Kang Mas, aku suda siap," kata Sinta, suaranya lembut.
Tuan Zacky menatap Sinta dengan ekspresi yang dingin. "Naik ke mobil," katanya, suaranya keras.
Sinta naik ke mobil, dan Tuan Zacky segera menghidupkan mesin. Mereka berdua pergi meninggalkan rumah lama itu, menuju ke Semarang.
Dalam perjalanan, mereka berdua membatu, tidak ada kalimat yang keluar dalam mulut keduanya, setelah sepuluh tahun bersama Tuan Zacky memang lebih sering diluar kota, menggeluti pekerjaannya bahkan lebih sering menghabiskan waktu berkerja hinga tengah malam. Tujuanya agar tidak terus-terusan bersama Sinta sepanjang hari, ia tahu jadi Sinta mungkin sakit, tapi jadi dia juga lebih sakit, meskipun begitu selama sepuluh tahun yang ia jalani. Tuan Zacky tidak pernah main gila bersama wanita lain untuk melampiaskan hasratnya, Tuan Zacky lebih memilih bekerja mengumpulkan harta bahkan investasi di berbagai perusahaan di negara kelahirannya.
.
.
Di rumah Bude Suka, Ratih masih menangis, kepergian anaknya membuat ia hampir separuh gila.
"Sudah jangan nangis terus, masa nangis dari siang sampai ketemu malam, ingat masih ada aku sodara kamu." Bude Sukma menghampiri Ratih, yang sedang tersendu di atas kasur
Ratih tersenyum, merasa sedikit lebih baik. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian, dan bahwa Bude Sukma akan selalu ada untuknya.
Ratih meminum teh hangat yang dibuat oleh Bude Sukma, dan ia merasa sedikit lebih baik. Bude Sukma duduk di sebelahnya, memegang tangannya dengan lembut.
"Tih, aku tahu kamu masih merasa sakit, tapi kamu harus kuat," kata Bude Sukma, ia selalu menasehati Ratih.
Ratih mengangguk, merasa sedikit lebih kuat. Ia tahu bahwa Bude Sukma benar, dan bahwa ia harus terus maju. Tapi sebelum membalas dendam pada Sinta ia masih terbayang bahkan belum merasa tenang.
"Tih, aku ingin kamu tahu bahwa Sati akan selalu ada di hatimu," kata Bude Sukma, suaranya lembut. "Dia akan selalu menjadi bagian dari kamu, dan kamu akan selalu merasa dia ada di sampingmu." Bude Sukma terseyum.
Ratih membalas tersenyum, merasa sedikit lebih baik. Ia tahu bahwa Sati akan selalu ada di hatinya, dan bahwa ia akan selalu merasa dia ada di sampingnya.
Bude Sukma memeluk Ratih, dan mereka berdua duduk di atas kasur, menikmati keheningan malam. Di luar, bintang-bintang mulai bersinar, memberikan cahaya yang lembut di ruangan.
Ratih merasa damai, merasa bahwa Sati akan selalu ada di sampingnya. Ia tahu bahwa ia akan selalu merasa sakit, tapi ia juga tahu bahwa ia akan selalu kuat.
.
.
Di kejauhan, Tuan Zacky dan Sinta sedang dalam perjalanan ke Semarang. Tuan Zacky masih merasa marah, dan Sinta masih merasa sakit.
"Kang Mas," Ucap Sinta. Ia mencoba kembali membuka pembicaraan.
Akan tetapi Tuan Zacky tidak menjawab, ia hanya terus mengemudi, mendiamkan Sinta dan perasaan sakitnya di belakang.
Sinta merasa seperti tersiksa, ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Tuan Zacky akan meninggalkannya. Ia merasa seperti telah kehilangan segalanya, dan bahwa ia tidak memiliki apa-apa lagi. Karena bagi Sinta Tuan Zacky adalah segalanya, bahkan ia sengaja menyewa Gigolo kala itu tujuanya adalah agar ia hamil dan bisa menunjukan pada semua kalangannya kalau ia bisa mengandung. Tapi apalah daya semua itu fatal karena kecerobohannya.
"Kang Mas, aku mencintaimu Kang Mas, aku lakukan ini semua karena aku mencintaimu," kata Sinta, suaranya terdengar begitu emosi. "Aku tidak bisa hidup tanpamu." Sinta mengungkapan seluruh isi, di hatinya.
Tuan Zacky, masih tidak menjawab, ia hanya terus mengemudi, tidak menoleh ke arah Sinta. Ia merasa seperti telah membuat keputusan yang tepat, meninggalkan Sinta dan melanjutkan hidupnya sendiri. "Apakah Ratih adalah pelabuhan yang aku cari selama ini? hinga aku merasa tidak ada cinta selain di Ratih, apakah ini yang namnya cinta telah habis di satu orang atau aku akan tetap melanjutkan hidup bersama Sinta dengan perasaanku yang tersiksa, sedangkan usiaku sudah cukup matang, untuk membina kelurga baru bahkan aku Laki-laki normal, yang tentunya ingin memiliki keturunan." Gumam Tuan Zacky berbicara pada dirinya sendiri. Ia begitu dilema dengan perasaanya.
Sementara Sinta merasa seperti telah mencapai titik terendah dalam hidupnya. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Tuan Zacky tidak mencintainya lagi, dan akan meninggalkannya.
pelan pelan aja berbasa-basi dulu, atau siksa dulu ank buah nya itu, klo mati cpt trlalu enk buat mereka, karena mereka sangat keji sm ankmu loh. 😥