Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Pegunungan Binatang Buas
Setelah beberapa hari menempuh perjalanan, siluet gelap Pegunungan Binatang Buas akhirnya menjulang di hadapan Ye Fan. Rantai pegunungan yang tampak tak berujung itu dipenuhi dengan aura liar dan energi spiritual yang jauh lebih padat daripada di Kota Pelangi.
Ye Fan turun dari kudanya di pinggiran hutan, kuda itu langsung ia lepaskan, mengetahui bahwa binatang biasa tidak akan bertahan lama di dalam.
Seketika, ia merasakan tekanan. Di dunia persilatan, binatang buas yang menghuni hutan liar juga memiliki tingkatan yang setara dengan Pendekar manusia. Ada tujuh Tingkatan Binatang Buas, di mana setiap Tingkat kekuatannya sebanding dengan Ranah Pendekar.
Tingkat 1 (Setara Pendekar Murid/Perunggu Awal)
Tingkat 2 (Setara Pendekar Perunggu)
Tingkat 3 (Setara Pendekar Perak)
Tingkat 4 (Setara Pendekar Emas)
Tingkat 5 (Setara Pendekar Ahli)
Tingkat 6 (Setara Pendekar Naga)
Tingkat 7 (Setara Pendekar Suci)
Mengingat ia adalah seorang Pendekar Perak Tahap Menengah yang masih dalam masa penyembuhan mental dan fisik, Ye Fan tahu betul batas kemampuannya. Maksimal ia hanya bisa menghadapi Binatang Buas Tingkat 3 dengan risiko yang besar. Binatang buas, meskipun tingkatannya setara, memiliki keunggulan fisik alami dan insting membunuh yang jauh lebih murni.
Tujuan utama Ye Fan datang ke sini bukanlah untuk melawan musuh terkuat. Tujuannya adalah Inti Jiwa . Inti Jiwa adalah kristalisasi energi spiritual di dalam tubuh binatang buas, yang menjadi mata uang penting dan, yang paling utama, sumber daya untuk memperkuat tubuh.
Di dunia ini, kualitas fisik seorang Pendekar dinilai dari Kualitas Tulang. Ye Fan sangat menyadari pentingnya fondasi tubuh.
Tulang Harimau (Kualitas tulang Ye Fan saat ini)
Tulang Beruang (Tujuan jangka pendeknya)
Tulang Emas
Tulang Naga
Tulang Surgawi (Hanya legenda)
Kualitas tulang mempengaruhi segalanya: ketahanan tubuh terhadap serangan, kecepatan penyembuhan, kekuatan serangan fisik, dan efisiensi dalam mengendalikan Tenaga Dalam. Ye Fan, yang sudah berada di Tulang Harimau, tahu bahwa dia hanya membutuhkan dorongan kecil untuk melompat ke Tulang Beruang. Dan Inti Jiwa adalah bahan bakar terbaik untuk lompatan itu.
"Aku akan memaksimalkan setiap Inti Jiwa yang aku serap," janji Ye Fan pada dirinya sendiri, menarik salah satu pedang baja biasa dari Cincin Ruangnya.
Ia memilih untuk menjelajahi lereng bawah pegunungan. Semakin tinggi ia mendaki, semakin kuat binatang buas yang ia temui. Ia perlu memanen Inti Jiwa dengan cepat dan aman.
Satu jam setelah memasuki rimbunnya hutan, telinganya menangkap suara desiran di semak-semak. Ye Fan berhenti, pedangnya diangkat dengan waspada.
Dari balik semak, melompat seekor binatang buas yang dikenal sebagai Serigala Tanduk. Serigala itu memiliki bulu abu-abu gelap dan sepasang tanduk tulang yang menonjol dari dahinya, tajam seperti belati.
Serigala Tanduk, Binatang Buas Tingkat 2.
Kekuatannya setara dengan Pendekar Perunggu Tahap Menengah. Ini adalah lawan yang sempurna untuk pemanasan.
Serigala Tanduk itu, dengan mata merah haus darah, melolong singkat dan menerjang. Kecepatannya jauh melampaui bandit gunung yang Ye Fan hadapi sebelumnya.
Ye Fan tidak membuang waktu. Ia tidak bisa mengandalkan teknik tangan kosong yang pelan di sini. Ia menggunakan kecepatan kaki dan teknik peringan tubuh miliknya yang telah disempurnakan.
Ye Fan bergerak ke samping, menghindari cakaran mematikan Serigala. Pedang baja di tangannya menari. Ia tidak menggunakan Pedang Halilintar secara penuh—itu akan menarik terlalu banyak perhatian dan membuang energi—tetapi ia menerapkan filosofi kecepatannya.
Serigala itu adalah target yang lincah, namun Ye Fan lebih lincah. Ye Fan menunggu celah. Ketika Serigala Tanduk melompat untuk menerjangnya, Ye Fan, dengan timing yang sempurna, memutar tubuhnya di udara dan mengayunkan pedangnya ke titik paling lemah: pangkal leher.
Pedang baja itu, didorong oleh Tenaga Dalam Pendekar Perak, menembus bulu tebal dan otot Serigala.
Whoosh!
Serigala Tanduk itu jatuh, berdarah-darah, tubuhnya masih bergetar sesaat sebelum keheningan mengambil alih. Ye Fan menarik pedangnya dengan wajah tanpa ekspresi, bahkan tanpa melihat noda darah di bilahnya.
Dengan dingin, ia berlutut di sebelah bangkai Serigala Tanduk. Mengabaikan sisa tubuh binatang buas itu, ia menggunakan pisau kecil untuk membuka tengkoraknya dan mengeluarkan kristal kecil yang bersinar di dalamnya.
Itu adalah Inti Jiwa Tingkat 2 pertama yang ia peroleh. Inti itu memancarkan energi spiritual yang hangat dan murni.
Ye Fan memasukkan Inti Jiwa itu ke dalam Cincin Ruang, matanya berkilat tekad. Setiap Inti Jiwa adalah satu langkah menuju penguatan tulangnya, satu langkah menjauh dari Tulang Harimau, dan satu langkah lebih dekat pada pembalasan dendamnya.
...
Selama seminggu penuh di Pegunungan Binatang Buas, Ye Fan hidup seperti mesin pembunuh berdarah dingin. Ia berburu, mengambil Inti Jiwa Tingkat 2, dan menyerapnya. Total delapan inti sudah ia telan, tetapi hasilnya sangat mengecewakan.
Ia menatap tangannya, mengepalkan tinju yang seharusnya semakin kuat.
"Delapan inti hanya memberikan peningkatan seujung kuku!" desis Ye Fan, meludah ke tanah dengan getir. "Dengan kecepatan ini, butuh waktu bertahun-tahun hanya untuk mencapai Tulang Beruang. Para Jubah Hitam itu semuanya berada di ranah Ahli! Apakah aku harus menghabiskan masa mudaku di Ranah Perak? Dendamku tidak bisa menunggu!"
Frustrasi itu membakar hatinya, mengubah dinginnya tekad menjadi keputusasaan yang pahit. Ia menyadari bahwa ia tidak hanya harus berlatih, ia harus menemukan jalan pintas yang tidak akan ditemukan orang lain.
Ia mendorong dirinya mendaki lebih jauh, menuju lereng pegunungan yang lebih berbahaya. Ia harus menemukan tempat yang tersembunyi, tempat energi spiritual lebih padat.
Setelah berjam-jam mendaki, melompat di antara tebing-tebing curam, ia merasakan tarikan aneh energi spiritual. Ia menemukan air terjun kecil yang tampak biasa, tetapi di balik tirai air yang jatuh, terdapat celah sempit, ditutupi lumut tebal.
Dengan hati-hati, Ye Fan menyelinap masuk.
Di dalamnya, gua itu terasa seperti dunia lain. Udaranya berat, kental dengan Qi spiritual, jauh lebih pekat dari udara di luar. Dinding batu ditutupi lumut yang memancarkan cahaya hijau lembut, membuat tempat itu tampak magis, namun juga sangat kuno.
Pandangan Ye Fan segera tertuju pada dua benda:
Pertama, sebuah Kolam Kecil di tengah gua. Airnya memancarkan warna biru muda berkilauan yang samar, mengepulkan uap halus yang beraroma seperti langit setelah hujan badai. Ini bukan air biasa.
Air Spiritual Langit!
Ye Fan tersentak, mata merahnya membelalak. Ini adalah harta yang bahkan tidak dimiliki oleh sekte kelas satu! Air ini terbentuk dari energi spiritual murni dan memiliki efek transformatif pada tubuh. Ia bisa menempa tulang dan meningkatkan fondasi secara ekstrem. Ye Fan hampir berlutut, terkejut dengan keberuntungan yang begitu besar di tengah malapetaka.
Kedua, tersembunyi di ceruk batu di atas kolam, ada selembar kulit tua yang nyaris hancur. Dengan tangan gemetar, Ye Fan mengambilnya.
"Kitab Pemurnian Langit..." ia membaca judul yang samar-samar.
Saat ia membaca baris pertama, seluruh tubuhnya tersengat listrik. Kitab ini menjelaskan bahwa kultivasi biasa hanya menggunakan lima persen dari potensi tubuh. Teknik ini—teknik fondasi yang terlarang—mengajarkan cara memadatkan tulang, membersihkan meridian, dan yang paling penting, memaksimalkan penyerapan energi hingga puluhan kali lipat!
Kitab ini adalah kunci untuk membalas dendam dalam waktu singkat. Kitab ini adalah peluru yang ia butuhkan untuk membunuh orang-orang berjubah hitam yang menyerang Klannya.
Tanpa ragu sedikit pun, Ye Fan melepas jubahnya.
"Jika aku harus melewati neraka untuk menjadi lebih kuat, aku akan melakukannya!" raungnya pelan, tekadnya mengeras, membayangi wajah tenang mendiang ayahnya.
Ia melangkah ke dalam Air Spiritual Langit.
Sensasi itu bagaikan siksaan.
Saat kulitnya menyentuh air, tubuh Ye Fan bereaksi keras. Dinginnya air Kolam itu menusuk ke tulang, terasa seperti es yang mencoba membekukan sumsumnya. Namun, di balik dingin itu, ada panas yang membakar, seolah-olah ribuan jarum spiritual panas mencoba memisahkan tulang-tulangnya dari daging.
Arggghhh!
Ye Fan menggertakkan giginya hingga darah mengalir dari bibirnya. Ia berusaha tidak berteriak. Rasa sakit itu jauh melampaui latihan fisik terberat yang pernah ia jalani di Klan Ye. Ini adalah rasa sakit transmutasi.
Ye Fan memaksakan diri untuk mengikuti instruksi Kitab Pemurnian Langit.
Mandi Siksaan (Pagi): Ia merendam diri selama tiga jam di Kolam Spiritual. Setiap detik adalah perjuangan untuk tidak pingsan. Setiap kali rasa sakit itu memuncak, ia memejamkan mata dan mengingat wajah pucat Ibunya dan kobaran api yang menghanguskan Klan Ye. Rasa sakit fisik itu tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit pengkhianatan dan kehilangan. Ia menggunakan kebenciannya sebagai pendorong dan motivasi.
Penyerapan Efisien (Siang): Sambil merendam diri, ia menyerap Inti Jiwa yang ia kumpulkan. Dengan bantuan Kitab Pemurnian Langit, energi dari Inti Jiwa Tingkat 2 tidak lagi sia-sia. Energi itu mengalir langsung ke tulang, memaksa Tulang Harimaunya untuk memadat, seperti besi yang ditempa palu spiritual berulang kali.
Latihan Pedang (Sore): Ia keluar dari gua, tubuhnya lelah tetapi energinya murni. Ia berlatih Pedang Halilintar hingga pedang baja di tangannya nyaris meleleh karena gesekan udara. Ia melatih kecepatan, kecepatan, dan lebih banyak kecepatan.
Minggu demi minggu berlalu. Kulit Ye Fan yang semula lembut kini tebal dan kasar. Tulangnya terasa seberat gunung. Pada akhir minggu ketiga, ia telah menyerap semua Inti Jiwa Tingkat 1 dan 2 miliknya.
Pada hari kedua puluh delapan, saat ia duduk dalam meditasi di samping kolam yang kini sudah mulai berkurang energinya, ia merasakan Tenaga Dalamnya mencapai batas absolut.
Cukup! Sekarang atau tidak sama sekali!
Ye Fan memutar Tenaga Dalamnya dalam siklus pamungkas. Energi di dalam gua tersedot ke tubuhnya, menciptakan suara gemuruh yang keras.
BOOOM!
Penghalang Ranah Pendekar Perak pecah seperti kaca tipis. Tenaga Dalamnya memadat, membentuk inti spiritual yang lebih kuat dan stabil.
Pendekar Perak Puncak!
Tetapi transformasinya tidak berhenti di situ. Saat Tenaga Dalamnya mencapai Puncak, Kitab Pemurnian Langit memicu reaksi berantai. Tulang-tulangnya, yang telah dimandikan Air Spiritual Langit selama sebulan, mulai beresonansi dengan ganas.
KREK! KREK! KREK!
Ye Fan bisa mendengar tulang-tulangnya berubah wujud, mematahkan batasan lama. Rasa sakitnya kini bukan lagi tusukan jarum, melainkan sensasi tulangnya berubah menjadi batu masif. Ia mengeluarkan erangan kesakitan yang dalam, tetapi matanya tetap terbuka, menyaksikan dirinya sendiri berubah.
Ketika semua mereda, Ye Fan membuka matanya. Ia mengepalkan tangan dan mengayunkannya. Udara bergetar. Dia tidak hanya Pendekar Perak Puncak. Dia kini memiliki kekuatan fisik dan ketahanan yang melampaui Pendekar Emas awal.
Tulang Beruang!
Kualitas tulang Harimau telah ditingkatkan menjadi Tulang Beruang. Ye Fan menyentuh tulang rusuknya. Mereka terasa padat, dingin, dan nyaris kebal.
Dalam waktu satu bulan, berkat dendam yang menjadi api dan Air Spiritual Langit yang menjadi penempa, Ye Fan berhasil meningkatkan kekuatannya dalam waktu singkat.