Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?
Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bertemu Raina
Selesai acara di dalam Aula, Abi, Runi bersama Arsha dan Aksa pun keluar. Di halaman, sudah ada Agil bersama Sifa, Ashoka dan Gendis yang sudah menanti.
"Itu bukannya Raina ya? Yang lagi ngobrol sama Sifa?" Tanya Runi.
"Iya, itu Raina, Bun." Sahut Aksa.
"Lihato, Bun. Anak wedokmu (anak perempuanmu) sudah dekat aja sama Mbak Raina. Masnya aja kalah." Kekeh Abi saat melihat Ashoka yang menggandeng tangan Raina dan mengayun - ayunkan tangan mereka.
"Iya tuh, Mo. Udah pernah ketemu mungkin. Kan Ashoka sering ikut Yanda sama Bundanya." Jawab Runi.
"Ekhm! Ada yang nderedek (Deg - degan) nih. Kuat jalan to masihan, Mas?" Ledek Aksa.
"Menengo lah, Sa. Tak sampluk sisan lambemu mengko. (Diamlah, Sa. Aku pukul sekalian mulutmu nanti.)" Jawab Arsha sambil melirik ke arah adiknya.
"Jangan kesel gitu dong, Sayang. Tak cium sini, biar tenang." Gurau Aksa agar Kakaknya tak marah lagi.
"Hiii, nggilani banget! (Geli banget!)" Kata Arsha yang langsung menghindar dan berpindah ke samping Romonya.
"Mo, lihat tu, Mo. Anakmu gak mau di cium adeknya." Adu Aksa.
"Wajar sih, nggilani (menggelikan) soalnya, Le." Jawab Abi sambil terkekeh.
"Romo ini, malah belain Mas Arsha." Protes Aksa.
"Wajar kalo kali ini Romomu belain Mas, Le. Romomu juga dulu gitu soalnya. Misuh - misuh (Mengumpat - umpat) kalo di cium sama adeknya." Kata Runi yang menyaksikan sendiri Abi yang mengumpat kesal setiap di cium Agil.
"Tapi kalo di cium Ashoka, Mas Arsha gak marah." Sergah Aksa.
"Beda, kalo Ashoka gak nggilani kayak kamu, Sa!" Sahut Arsha.
"Wooo, ngece tenan kok emange kowe, Mas. (Ngeledek banget kok memangnya kamu, Mas.)" Pisuh Aksa.
"Mas Arsha, Mas Aksa!" Seru Ashoka yang berlari riang menghampiri dua Kakaknya.
Bruuggh!
Ashoka sampai terjatuh karena terlalu antusias.
Refleks, Aksa dan Arsha langsung berlari menghampiri adiknya yang terjatuh. Sementara yang lain justru membeku melihat kearah Ashoka yang tertelungkup.
"Ya Allah, Dek. Kok bisa jatuh, sih. Makanya jangan lari - lari, to." Ujar Aksa yang lebih dulu sampai dan membantu bocah kelas tiga SD itu berdiri.
"Ada yang sakit, Dek? Ada yang luka tangan atau kakinya?" Tanya Arsha yang nampak khawatir sambil membersihkan celana dan baju Ashoka yang terkena pasir.
"Gak ada, aku gak apa - apa kok, Mas." Jawab Ashoka yang cengar - cengir.
"Coba Mas lihat dulu, mana telapak tangannya?" Tanya Arsha yang tak percaya.
"Gak apa - apa ni loh. Cuma luka sedikit aja." Jawab Ashoka sambil menunjukkan kedua telapak tangannya.
"Untung pake baju dan celana panjang. Kalo gak, luka semua itu tangan sama kaki." Ujar Aksa sambil membelai kepala adiknya.
Bagi Abi dan Runi, pemandangan seperti ini tentu sudah biasa mereka lihat. Begitu juga dengan Agil dan Sifa yang sudah terbiasa melihat Princess Treatment dari Aksa dan Arsha pada adik perempuannya.
Namun, berbeda dengan beberapa orang yang ada di sana. Mereka tampak kagum dengan perhatian Aksa dan Arsha pada adiknya. Sampai - sampai beberapa dari mereka berandai menjadi adik Aksa dan Arsha lalu mendapatkan Princess Treatment setiap hari.
"Mbak Shoka, sakit gak?" Tanya Gendis yang turut menghampiri.
"Gak sakit, Ndis. Tapi malu." Lirih Ashoka yang membuat Aksa dan Arsha melipat bibir menahan tawa.
"Adeknya ada yang luka gak, Mas?" Tanya Runi.
"Cuma lecet tangannya sedikit, Bun." Jawab Arsha.
"Hati - hati to, Nduk. Licin ini, banyak pasirnya." Kata Abi.
"Iya, Mo. Hehehe." Sahut Ashoka sambil cengar - cengir.
Mereka pun kemudian menghampiri Sifa dan Agil yang sudah menunggu.
"Selamat ya, Nang, Le. Lulus SMA juga akhirnya." Ujar Agil sambil memeluk dua keponakannya.
"Selamat ya, Mas. Maa Syaa Allah, Siswa terbaik." Imbuh Sifa sembari mengusap kepala dua keponakannya.
"Makasih Yanda, Bunda." Ujar Arsha dan Aksa hampir bersamaan.
"Loh, ada cewek cantik. Ini Mbak yang tadi tilawah, kan?" Runi menyapa Raina yang tersenyum melihat kedekatan antara Agil, Sifa, dan si Kembar.
"Eh, Iya, Bu." Jawab Raina. Gadis cantik itu lalu menyalami Runi dan Abi.
"Ini Raina, Mbak. Keponakan menantunya Pak kiyai. Nah ini orang tuanya Arsha dan Aksa, Rai." Sifa memperkenalkan satu sama lain.
"Oh, Raina. Suaranya merdu banget. Sampe meleleh denger tilawahnya." Puji Runi.
"Maa Syaa Allah, terima kasih banyak, Bu." Ucap Raina sambil tersenyum.
"Kalo ada acara, boleh nih ngundang Raina untuk tilawah, Mo." Kata Runi sambil menyenggol lengan Abi.
"Bisa, kalau Rainanya mau." Jawab Abi.
"In Syaa Allah, Pak, Bu." Jawab Raina dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.
Entah mengapa, Runi senang berlama - lama memandangi Raina. Wajahnya terlihat adem, pun auranya seperti mengalirkan ketenangan.
"Selamat ya, Kak Arsha, Kak Aksa. Semoga lancar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya." Ucap Raina.
"Iya, terima kasih, Rai." Jawab Aksa.
"Terima Kasih." Arsha menyusul ucapan Aksa.
"Ammah, Ammi, Pak, Bu, Raina pamit duluan, ya." Kata Raina.
"Kok buru - buru, Rai?" Tanya Sifa.
"Raina ada janji sama Guru bahasa arab, Ammah." Jawab Raina.
"Oh gitu, yasudah kalau gitu. Silahkan." Kata Runi yang di jawab anggukan oleh Raina.
Raina pun menyalami Agil, Sifa, Runi dan Abi sebelum beranjak.
"Mari semuanya, Assalamualaikum" Pamit Raina.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka serentak.
"Daa Mbak Raina. Kapan - kapan kita main, ya." Ujar Ashoka sambil melambaikan tangan.
"Daa Ashoka. Boleh, kapan - kapan kita main." Jawab Raina yang balas melambaikan tangan pada Ashoka sesaat sebelum berbalik badan.
Keluarga Aksa dan Arsha dengan kompak memandangi punggung Raina hingga menghilang dari pandangan.
"Serius banget ngelihatinnya, sampe ilang orangnya." Celetuk Arsha.
"Kamu cemburu, Mas, kita ngelihatin Raina?" Goda Aksa yang hanya di jawab gelengan oleh Arsha.
"Gimana, calon mantu?" Tanya Agil.
"Maa Syaa Allah, no komen kalo yang ini." Sahut Runi sambil terkekeh.
"Adem banget ya, Mbak." Imbuh Sifa yang juga ikut terkekeh.
"Iya, gak bosen lihat wajahnya yang adem. Mana sopan, ramah, murah senyum lagi. Aduh senengnya kalo dapet mantu modelan gitu." Kata Runi lagi.
"Gas Mas. Udah di kodein Ibun tu loh. Fix udah dapet restu kalo sama Raina. Abis nerima ijazah, boleh langsung Ijab Sah kalo ini." Kata Aksa sambil merangkul bahu Arsha.
"Mulutmu, Sa, sembarangan kalo ngomong!Aku mau fokus kuliah dan kerja dulu. Kalo memang sudah jodoh, gak akan kemana." Sahut Arsha.
"Gak mau deketin dulu, Mas. Jadiin pacar, kek, biar dia gak ke lain hati." Aksa kembali mengompori.
"Mau di lamar sekalian juga gak apa - apa." Celetuk Agil.
"Hus! Yanda ini. Anak - anak masih pada sekolah kok malah di suruh lamar - lamar." Omel Sifa.
"Mboh kuwi, Agil. Wong jek cilik kok di kon lomar - lamar. Ra nggenah tenan kok e.(Gak tau itu, Agil. Orang masih kecil kok di suruh lamar - lamar. Gak jelas banget kok.)" Abi ikut mengomel.
"Ya kan biar gak hilang itu calon mantu idaman. Iya gak, Mbak?" Sahut Agil meminta dukungan Runi.
"Ya tapi gak di lamar sekarang juga, Gil. Anak masih sekolah, jelas gak boleh sama orang tuanya to." Jawab Runi.
"Ini orang tua pada kenapa sih? Kok malah ngeributin mantu - mantu. Belum tentu juga orangnya mau jadi mantu kalian." Celetuk Arsha yang membuat mereka tertawa.
ibaratmya berjodoh tp kita jg butuh perjuangan dan usaha tuk mndapatkannya
langkah yg tepat arsha👍👍👍👍
kawal sampai halal pokonya mah 😍
sat set git loh,soalnya aku nggak lilo mbk riana diambil org🤭🤭
smoga bisa mncapai halal dan samawa ya
jd greget greget sndiri