NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balas Dendam?

Happy reading guys:)

•••

Suara pintu masuk utama rumah sedang terbuka secara perlahan-lahan terdengar, membuat Kaizen yang sedang asyik bermain handphone di ruang tamu seketika mengalihkan pandangan ke arah sana.

Kaizen mematikan handphone dan menaruh benda pipih itu ke meja setelah melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Ia bangun dari atas tempat duduk, melangkahkan kaki mendekat dan menyandarkan punggung ke salah satu dinding—sambil melipat kedua tangan di dada.

Dari tempatnya berada sekarang, Kaizen dapat melihat sosok Naresha sedang berjalan secara mengendap-endap masuk ke dalam rumah mereka sambil memasang ekspresi penuh kekecewaan serta kekesalan sangat mendalam.

“Balik juga lu? Gue kira bakal nginep di salah satu rumah cowok yang tergila-gila sama lu,” tanya Kaizen secara tiba-tiba—suaranya terdengar sangat datar—sembari menatap penuh arti ke arah tempat Naresha berada saat ini.

Mendengar suara Kaizen, Naresha sontak menghentikan langkah kaki dengan kedua mata melebar sempurna. Namun, itu tidak berselang lama, lantaran dirinya mulai mengembuskan napas panjang beberapa kali sebelum pada akhirnya mengalihkan pandangan ke arah sang suami, dengan menunjukkan tatapan begitu sangat datar nan tajam.

“Ngomong apa lu barusan?” tanya Naresha, suaranya pelan, tetapi penuh akan ancaman serta hawa emosi yang sedang tertahan.

Kaizen menegakkan badan, lantas melangkahkan kaki mendekati tempat Naresha berada sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

“Gue kira lu bakal nginep di rumah cowo—”

Suara tamparan sangat keras mendarat tepat di pipi kanan Kaizen, membuat cowok itu sontak menghentikan ucapannya dengan kepala sedikit bergeser ke arah kiri.

“Jaga omongan lu itu!” seru Naresha, menurunkan tangan dari udara, lantas tanpa mengatakan apa-apa segera melangkahkan kaki menuju tangga penghubung lantai dua—tempat kamar mereka berada.

Sepeninggal Naresha, Kaizen mengusap pipi kanannya yang masih terasa sangat panas serta nyeri, lantas menatap punggung istrinya itu yang secara perlahan-lahan mulai menjauh serta menghilang dari pandangannya.

“Sakit juga tamparan dia …,” batin Kaizen, terkekeh pelan, sebelum pada akhirnya berjalan menuju ruangan dapur berada—guna membuat sesuatu di dalam sana, “Kayaknya gue harus sedikit jaga ucapan … bisa hancur muka gue kalau dia ketagihan nampar.”

•••

“Sialan! Gue nggak akan maafin lu, Kaizen! Gara-gara lu … gara-gara lu, mama sama papa nggak ngasih izin gue buat ambil mobil! Semuanya gara-gara lu! … Gue nyesel udah nerima pernikahan ini! Gue nyesel!”

Naresha memukul-mukul air hangat di dalam bathtub yang sedang dirinya gunakan sekarang, ketika mengingat kembali perkataan kedua orang tuanya saat dirinya hendak mengambil mobil beberapa jam lalu.

Saat itu, Naresha begitu sangat bersemangat untuk melaporkan berbagai tindakan yang telah Kaizen lakukan kepada dirinya, agar sang mama bisa luluh dan membiarkannya membawa mobil ke rumahnya sekarang ini. Namun, bukannya luluh, sang mama justru setuju dengan semua tindakan yang telah Kaizen lakukan—dengan dalih untuk kebahagiaannya di masa depan nanti.

Naresha benar-benar merasa sangat terkejut saat mendengar respons dari sang mama, tetapi keterkejutan itu semakin bertambah dan mulai menjadi rasa benci yang sangat dalam, kala sang papa datang dan menunjukkan beberapa laporan Kaizen tentang dirinya yang tidak ingin menuruti perkataan suami itu.

Cipratan air mulai membasahi lantai marmer serta dinding putih toilet, hingga membuat uap semakin memenuhi bagian dalam kamar mandi—membuat tubuh indah Naresha seketika berubah menjadi sangat samar dan tidak terlihat dengan jelas lagi.

Beberapa menit berlalu, Naresha menghentikan aktivitasnya, menyandarkan punggung serta kepala pada sandaran bathtub, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menutup mata rapat-rapat guna berusaha menghilangkan semua rasa kesal yang sedang menyelimuti seluruh tubuhnya sekarang.

“Aku nggak mau tahu … aku harus cari cara buat balas semua perlakuan Kaizen,” gumam Naresha, sedikit menggeser tubuh ke kanan untuk mencari posisi paling nyaman.

Setelah merasa sedikit lebih baik, Naresha pelan-pelan mulai kembali membuka mata, lalu keluar dari dalam bathtub untuk mengambil sebuah handuk kimono berwarna putih yang tergantung di samping kanan wastafel.

Gadis berparas cantik itu mengembuskan napas panjang beberapa kali sesudah mengenakan handuk, lantas menatap pantulan wajahnya yang masih terlihat lelah dan sedikit tersisa emosi di dalam kaca cermin berukuran besar.

“Gue nggak akan pernah mau nurut sama lu, Kaizen! Gue pastiin lu nyesel karena udah bikin gue sesusah ini!” gumam Naresha, merubah tatapan menjadi sangat tajam dan tanpa sadar mengepalkan kedua tangan sempurna di sisi wastafel.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama, lantaran beberapa detik kemudian dirinya mulai menghirup napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan-lahan, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar mandi.

Begitu keluar dari dalam kamar mandi, Naresha bergegas mengambil piyama tidur panjang berwarna hitam miliknya dari dalam lemari pakaian, lantas mengenakannya sebelum melangkahkan kaki menuju meja riasnya.

Naresha duduk di kursi meja riasnya, mengambil botol toner dan cream malam yang sudah menjadi rutinitasnya sebelum tidur. Ia menggerakkan jari-jemarinya yang ramping nan lentik lebih cepat dari biasanya—seolah ingin segera menyelesaikan semuanya sebelum Kaizen masuk ke dalam ruangan kamar mereka.

Di sela mengoleskan cream di wajah, mata Naresha tidak pernah lepas dari pantulan dirinya di dalam kaca cermin. Sorot matanya yang begitu indah seolah sedang memberitahu bahwa ia saat ini tengah memikirkan cara untuk membalas dendam atas semua perlakuan buruk Kaizen.

Decakan pelan terdengar keluar dari dalam bibir mungil milik Naresha, ketika dirinya masih belum juga menemukan cara untuk membalas semua perlakuan Kaizen kepada dirinya hingga rutinitas malamnya selesai dilaksanakan.

Gadis berparas cantik itu menaruh cream malam di atas meja rias dengan cukup kasar, seolah sedang meluapkan semua emosi yang telah menguasai seluruh tubuhnya saat ini.

“Sialan! Kenapa disaat kayak gini otakku nggak bisa dipakai dengan baik? Kenapa semua ide-ide cemerlang yang biasa muncul mendadak nggak mau datang? Kenapa, Naresha? Kenapa?” batin Naresha, tanpa sadar mulai mengepalkan kedua tangan sempurna, tetapi itu tidak berlangsung lama, lantaran beberapa detik kemudian dirinya mulai mengukir senyuman tipis penuh akan arti—saat sebuah ide cukup cemerlang mulai masuk ke dalam kepalanya, “Itu kayaknya bisa dipakai … toh, kata dia satu-satunya kamar yang ada isinya cuma ini.”

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha segera bangun dari atas tempat duduknya, lantas sesegera mungkin melangkahkan kaki menuju pintu masuk kamar untuk mengunci semua akses masuk—mengambil kunci manual serta merubah password smart lock.

“Dengan begini … setidaknya bisa bikin dia berpikir dua kali lagi kalau mau main-main sama aku,” batin Naresha, menatap kunci pintu masuk kamar yang sedang dirinya pegang dengan merekahkan senyuman penuh kemenangan.

Setelah memastikan semuanya berjalan dengan lancar, Naresha berbalik badan, melangkahkan kaki menuju tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhnya di sana—tanpa menghilangkan senyuman kemenangan di wajah cantiknya.

“Sekarang, aku bisa bobo cantik tanpa perlu mikirin hal-hal nggak penting lagi … bye, bye, Kaizen … nikmatin penderitaan lu ini,” gumam Naresha, sebelum mulai masuk ke dalam alam mimpi yang begitu sangat indah pada malam hari ini.

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!