Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Buaian Sang Naga
Kemenangan kami di Gua Berbisik terasa manis. Kami tidak hanya kembali dengan ransel yang penuh dengan kristal dan material berharga, tetapi juga dengan semangat yang membara. Bonus 200% EXP dan 100% drop rate adalah anugerah yang telah melambungkan kekuatan kami ke tingkat yang baru. Anya kini berada di Level 6, dan Ryo, yang lebih banyak mendapat EXP asistensi, berhasil mencapai Level 4.
Namun, fokusku bukanlah pada level kami. Saat kami kembali ke stasiun pemadam kebakaran yang kini terasa seperti rumah, seluruh perhatianku tercurah pada satu benda: telur seukuran bola sepak yang berdenyut lembut di tanganku. [Telur Berdenyut Penuh Potensi]. Sebuah piaraan kelas Epik dengan potensi Legendaris. Ini adalah aset yang bisa mengubah seluruh strategi masa depan kami.
Malam itu, sementara yang lain beristirahat dan memulihkan diri dari perburuan, aku duduk sendirian di kantor, menatap telur itu di bawah cahaya [Lentera Mana]. "Bagaimana cara menetaskanmu?" bisikku.
Aku memfokuskan [Mata Sang Penamat]-ku pada telur itu, kali ini tidak hanya untuk membaca deskripsinya, tetapi untuk membedahnya, untuk mencari informasi yang tersembunyi di dalam struktur datanya. Skill-ku yang telah berevolusi merespons. Di bawah deskripsi utama, sebuah tab baru yang sebelumnya tidak ada muncul: [Kondisi Penetasan].
Aku menahan napas saat membaca daftar persyaratan yang rumit itu. Ini bukan sekadar menunggu. Ini adalah sebuah resep alkimia.
[Resep Penetasan Optimal]
* Dasar Larutan: Larutan Mana jenuh yang dibuat dari [Kristal Mana Kemurnian Tinggi] yang dihancurkan.
* Katalisator: Sebuah [Batu Jantung] dari monster elemen tanah yang kuat, untuk memberikan panas magis yang stabil.
* Agen Pengikat: Darah segar dari monster tipe Naga, minimal [Darah Drake].
* Proses: Telur harus direndam dalam larutan yang telah dipanaskan selama minimal delapan jam kegelapan.
Ini adalah resep yang mustahil bagi pemain lain. Mereka bahkan tidak akan tahu cara melihatnya. Tapi bagiku, dengan [Ingatan Sempurna], daftar ini bukan lagi sebuah teka-teki, melainkan daftar belanja.
Keesokan paginya, aku mengumpulkan party-ku. "Rencana hari ini," kataku dengan tegas. "Kita akan berburu dua monster spesifik. Bonus Penemuan Pertama kita masih aktif selama beberapa jam. Kita harus bergerak cepat."
Target pertama kami adalah [Batu Jantung]. Aku tahu sebuah lokasi konstruksi yang terbengkalai di ujung distrik industri, sebuah tempat yang di dalam game menjadi sarang Golem Kerikil. Dan yang lebih penting, pemimpin mereka, [Golem Batuan Dasar - Level 11], memiliki peluang untuk menjatuhkan apa yang kami butuhkan.
Pertarungan itu adalah demonstrasi kekuatan kami yang baru. Elara merapalkan [Nyanyian Titan] padaku, membuat [Gada Tiang Lampu Ogre]-ku terasa seringan ranting. Anya, diberkati dengan [Lagu Kelincahan], menari di sekitar golem yang lambat itu, anak panah peraknya menghantam retakan-retakan di tubuh batunya, menciptakan celah untukku. Ryo, dengan zirahnya yang kokoh, dengan berani memancing perhatian golem-golem yang lebih kecil. Dengan satu serangan [Earthshaker] yang kuat, aku meretakkan kaki si golem utama, dan dengan pukulan kedua, aku menghancurkannya menjadi tumpukan kerikil. Dengan drop rate 100%, sebuah batu seukuran kepalan tangan yang berdenyut dengan energi hangat jatuh di antara puing-puing. [Batu Jantung]. Satu bahan selesai.
Target kedua jauh lebih berbahaya: [Darah Drake]. Naga sejati berada jauh di luar jangkauan kami, tetapi aku tahu ada kerabat mereka yang lebih rendah yang menghuni terowongan-terowongan selokan utama kota.
Kami memasuki selokan melalui sebuah lubang got. Bau busuk dan kelembapan langsung menyergap kami. Ini adalah dungeon yang sesungguhnya. Setelah beberapa saat mencari, kami menemukannya. Seekor [Drake Selokan - Level 12], kadal raksasa bersisik tebal dengan rahang penuh gigi tajam dan kemampuan untuk menyemburkan asam korosif.
Pertarungan ini menguji kami hingga batasnya. Sisiknya yang tebal menangkis sebagian besar anak panah Anya. Semburan asamnya memaksa kami untuk terus bergerak dan menguji zirah baru Ryo, yang mendesis saat bersentuhan dengan cairan itu.
"Aku akan menarik perhatiannya!" teriakku. "Elara, fokus sembuhkan Ryo! Anya, cari celah!"
Aku menjadi tameng, menahan gigitan dan cakaran Drake itu. Sementara itu, Elara menyanyikan [Himne Menenangkan], cahaya lembut menyembuhkan luka bakar asam minor di tubuh Ryo. Anya, mengikuti instruksiku, tidak lagi menembak sisik tebalnya, melainkan mengincar matanya, memaksanya untuk memalingkan muka.
Saat Drake itu berbalik untuk menerjang Anya, ia memperlihatkan perutnya yang lebih lunak selama sesaat. Aku memanfaatkan celah itu, meluncur di bawah tubuhnya yang besar dan menghantamkan gadaku ke atas dengan [Earthshaker]. Raungan kesakitan bergema di terowongan saat ia terangkat sedikit dari tanah, tertegun.
"SEKARANG!"
Seluruh party menyerang serempak. Kami menghujaninya dengan semua yang kami punya hingga akhirnya ia runtuh. Aku dengan hati-hati mengumpulkan darahnya yang berwarna gelap dan kental ke dalam sebuah botol. Bahan terakhir telah didapatkan.
Kami kembali ke stasiun pemadam kebakaran, lelah tetapi penuh kemenangan. Bonus 24 jam kami telah berakhir, tetapi kami telah memanfaatkannya dengan maksimal.
Tanpa istirahat, kami langsung memulai ritual penetasan. Di bawah arahan Ryo, kami menggunakan [Tungku Mana Darurat]. Ia dengan hati-hati menghancurkan kristal-kristal paling murni yang kami dapatkan menjadi bubuk bercahaya. Kami mencampurkannya ke dalam sebuah baskom logam besar berisi air, menciptakan larutan yang berdenyut dengan cahaya biru.
Aku mengambil [Batu Jantung] yang masih hangat dan memanaskannya di tungku hingga bersinar merah, lalu Ryo menjatuhkannya ke dalam baskom. Larutan itu mendidih seketika, uap mana yang pekat memenuhi ruangan.
Terakhir, aku menuangkan [Darah Drake] ke dalamnya. Cairan biru itu mendesis keras dan warnanya berubah menjadi merah delima yang dalam dan berkilauan.
"Sudah siap," kata Ryo.
Dengan tangan yang mantap, aku mengambil telur piaraan itu dan dengan lembut menenggelamkannya ke dalam buaian crimson yang hangat itu. Telur itu langsung merespons. Denyutnya menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan ia mulai menyerap larutan ajaib itu dengan rakus.
"Sekarang, kita tunggu," kataku.
Kami meninggalkan telur itu di dalam kantor yang terkunci dan memutuskan untuk beristirahat. Aku mengambil giliran jaga pertama, terlalu bersemangat untuk tidur. Aku duduk di kursi di garasi utama, mengamati pintu kantor, benakku dipenuhi antisipasi. Akhirnya, kelelahan menang, dan aku tertidur di kursi.
Aku terbangun bukan karena suara, melainkan karena sebuah perasaan. Perasaan sedang diamati.
Aku membuka mataku perlahan. Hal pertama yang kulihat adalah sepasang mata emas besar yang menatapku dengan rasa ingin tahu yang murni.
Jantungku melompat ke tenggorokan. Duduk bersila di lantai, hanya beberapa meter dariku, adalah seorang gadis kecil. Ia mungkin terlihat berusia sepuluh tahun, dengan rambut perak panjang yang jatuh seperti air terjun ke lantai beton. Ia mengenakan gaun putih sederhana yang tampak asing dan halus.
Insting pertamaku adalah meraih senjataku, tetapi kemudian aku memperhatikan detailnya. Dari pelipisnya, tumbuh sepasang tanduk hitam kecil yang melengkung dengan elegan. Dan dari punggungnya, terlipat dengan rapi, adalah sepasang sayap naga kecil bersisik hitam yang berkilauan.
Telur itu.
Aku mengaktifkan [Mata Sang Penamat], hampir tidak berani bernapas.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Nama: (Belum Diberi Nama) - Piaraan Anda
Ras: Naga Nebula (Wujud Manusia)
Kelas: Epik
Level: 1
Pemilik: Kenji ('K')
HP: 700/700 MP: 1200/1200
Skill Pasif: [Perubahan Wujud Drakonik] - Dapat dengan bebas beralih antara wujud naga kecil dan wujud manusia. Wujud manusia digunakan untuk interaksi sosial dan konservasi mana.
Skill Aktif (Kelas Epik):
* [Napas Nebula]: Menghembuskan kerucut energi kosmik yang merobek zirah dan memberikan kerusakan berkelanjutan.
* [Jatuhan Bintang]: Memanggil satu meteor kuat ke target yang ditentukan.
* [Sumur Gravitasi]: Menciptakan bola gravitasi pekat yang menarik dan memperlambat musuh di sekitarnya.
Skill Unik (Kelas Legendaris): [Ikatan] - Terhubung secara inheren dengan skill [Ikatan Piaraan] milik tuannya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Aku benar-benar tercengang. Bukan seekor binatang buas, bukan naga bersisik yang ganas, melainkan seorang gadis kecil. Wujud manusia. Dan skill-nya... tiga skill sihir AoE kelas Epik sejak Level 1. HP dan MP-nya bahkan melampaui milikku. Potensinya... menakutkan.
Gadis itu memiringkan kepalanya, rambut peraknya berdesir. Mata emasnya berkedip perlahan, seolah-olah baru pertama kali melihat dunia. Ia membuka mulutnya, dan sebuah suara yang terdengar seperti lonceng kristal yang berdenting mengisi keheningan garasi.
Itu adalah kata pertamanya.
"...Tuan?"
