NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Wajah di Balik Kerudung Ungu

Denting lonceng malam bergema di puncak Menara Ember Langit, menandai pergantian hari kedua setelah pemecahan Kontrak Darah Rempah. Cahaya bintang menari di permukaan altar kristal, namun suasana dipenuhi ketegangan—ilim kabut tipis bergulung menandai sisa energi kegelapan yang belum usai.

Di sudut menara, dua sosok berjubah ungu dan emas berdiri mengawasi perpaduan cahaya dan bayangan. Sosok ungu, yang memegang Cawan Neraka terkristal, kini menatap jauh ke cakrawala: ia tahu perubahan besar sedang bermula.

Tanpa sepatah kata, sosok itu melepaskan kerudungnya memperlihatkan wajah terbakar oleh kilau keemasan, rambut perak panjang terurai, dan mata hitam pekat berpendar dingin. Aura Qi pahitnya memancar, membangkitkan ingatan ngeri pertempuran di Sangkar Metalik.

Di balik pilar, cahaya rempah ungu terserap, meninggalkan kesunyian. Di udara, bisikan lembut bergema:

“Sekarang, saatnya menghadirkan wajah di balik bayangan agar dunia rasa tahu siapa yang mengatur nasibnya.”

Keesokan harinya, Sekte Langit Suci tampak cerah namun ruangan rapat Dewan Ember sesak oleh kegelisahan. Kepala Sekte memimpin pertemuan di Balai Lima Rasa, dihadiri Penjaga Ember, Sesepuh Kashimira, dan Utusan Klan Rempah yang baru terbebas dari tuduhan.

“Kontrak terputus,” ia membuka, “namun kita masih diincar. Keberanian kalian membuka peluang, tapi juga mengekspos kelemahan.” Ia menoleh pada Penjaga Ember. “Ada laporan deteksi energi yang cocok dengan Qi pahit di gerbang bawah jejaknya berasal dari Istana Bayangan, lokasi rahasia di dunia fana.”

Xu’an bertanya, “Istana Bayangan? Aku belum pernah mendengar namanya.”

Sesepuh Kashimira mengambil gulungan peta. “Istana ini muncul di legenda kuno disebut ‘Benteng Warna Ungu’ markas rahasia makhluk neraka dan pengikut Xionglai. Mereka menggunakan portal gelap dari Pasar Terlarang ke dunia fana.” Ia menunjukkan titik peta di lembah terpencil, jauh dari Gunung Rasa Kayu.

Master Cang menimpali, “Mereka berencana mencuri kembali pecahan Cawan Neraka dan memadukannya dengan ritual gelap ‘Perjamuan Kegelapan’ untuk menebar Qi pahit ke seluruh rantai pasokan rempah.”

Lan’er menyipitkan mata. “Jika itu terjadi, semua hidangan dari sekecil bubur pasar hingga masakan istana akan tercemar, membuat jutaan orang takluk pada kegelapan.”

Kepala Sekte mengangkat tangan. “Maka misi berikutnya: menyusup ke Istana Bayangan, temukan wajah di balik kerudung ungu, dan hentikan ‘Perjamuan Kegelapan’ sebelum terlambat.”

Zhuo menambahkan, “Kita perlu membawa pecahan Cawan Neraka dan Pedang Dewa sebagai kunci membuka dan menutup portal gelap.”

Nian menatap semua rekan tim. “Kita siap. Namun ini misi berbahaya mereka sudah menyiapkan jebakan Qi pahit.”

Beberapa jam kemudian, di ruang Persiapan Ekspedisi, tim menyusun strategi:

Penyamaran Rasa: Xu’an dan Lan’er menyiapkan ramuan “Bayangan Rasa” sebuah cairan pekat yang mengacaukan indera makhluk gelap, membuat mereka terkesan tim Penjaga Ember sebagai pengikut Xionglai.

Peralatan Portal: Utusan Klan Rempah memegang gulungan peta gelap dan “Kunci Rempah Hitam” untuk membuka portal Istana Bayangan.

Senjata Khusus: Nian mengasah Pedang Dewa dengan taburan “Serbuk Kayu Sunyi” agar bilahnya mampu menebas Qi pahit tanpa tercemar. Zhuo menyiapkan bubuk asam stabil untuk menetralkan jebakan gas gelap.

Tugas Master Cang: Membawa sup “Gourmet Celestial” dalam botol tertutup kedap—senjata rahasia untuk membongkar ilusi gelap.

Mereka berkumpul di bawah bayangan pohon rempah raksasa dekat tebing, di mana portal gelap ke Istana Bayangan tersembunyi. Utusan Klan Rempah melantunkan mantra singkat, menggerakkan gulungan aura ungu pekat menyelimuti. Portal terbuka perlahan, menampakkan lorong batu rapuh di balik kabut kehitaman.

Lan’er mengurut napas. “Semoga ramuan bekerja dengan baik.”

Nian menepuk bahu rekannya. “Kita sudah melewati banyak hal; aku percaya kita bisa.”

Dengan satu komando, mereka melangkah masuk memulai takdir baru di dunia fana yang penuh warna bayangan.

Begitu melewati portal, mereka tiba di lorong sempit berlapis batu basalt, permukaannya tertutup lumut hitam dan irisan rempah layu. Lampu rempah gelap tergantung di langit-langit, memancarkan sinar ungu samar yang memantul di dinding.

Udara penuh uap pahit, membuat napas tersendat. Zhuo memencet ujung maskernya, menaburkan bubuk asam stabil ke dalam cairan ramuan. “Ini akan menetralkan gas merusak,” gumamnya sambil menuangkan cairan ke dalam tabung semprot kecil.

Mereka menyusuri lorong, hati-hati menghindari jebakan: lubang jebakan berisi “Serbuk Bayangan” rempah halus yang memasuki tubuh sekaligus mengaburkan ingatan. Xu’an menggunakan formasi murni untuk menonaktifkan beberapa jebakan, sementara Lan’er memercikkan Bayangan Rasa pada dinding untuk menipu mata penjaga gelap.

Tiba-tiba, suara gong kecil bergema—penanda aktivasi kasta penjaga. Dari celah dinding, sosok kebalaar bercahaya ungu muncul berombongan: Pengawal Bayangan dengan panah rempah terbang, ujungnya berlumur Qi pahit.

Dengan reflek, Nian memutar Pedang Dewa, menangkis panah, lalu membalas dengan sapuan Qi kayu membentuk perisai daun berkilau. Zhuo menyemprotkan bubuk asam—uak! Uap asam membuat beberapa panah padam. Master Cang dan Xu’an bergerak cepat, memanipulasi lilin elemen untuk menembus bayangan, sementara Lan’er mengalirkan aliran air kelabu, menghalangi gerak musuh.

Setelah pertempuran kilat, mereka berdiri di lorong yang kini sunyi bekas pertempuran menghasilkan jejak bayangan pudar.

Xu’an menyeka keringat. “Mereka tidak biasa—Qi mereka bercampur pahit dan dingin.”

Nian meneguk air dari botol Gourmet Celestial. “Aku bisa merasakan ritme gelap itu. Semakin dalam kita, semakin kuat.”

Mereka mengikuti pintu berlapis rune ungu hingga tiba di aula utama Istana Bayangan ruangan luas dengan langit-langit tinggi, pilar pilar batangan rempah hitam menopang kubah berlapis cermin pecah. Di tengah, terhampar Meja Perjamuan Kegelapan : hidangan rempah cairan ungu, mangkuk kristal rempah tajam, dan Cawan Neraka terkristal di atas altar kecil.

Di sekeliling meja, kursi batu terukir simbol kayu, api, logam tanda lima penjuru. Namun semua kursi terisi oleh sosok berjubah ungu serupa: pengikut setia Xionglai, mereka memanggil diri Dewa Rasa Terlarang.

Salah satu dari mereka berdiri wajah terbakar semburat perak dingin, mirip sosok di balik kerudung ungu yang Jajang sutisna lihat di Menara. Suaranya bergema: “Selamat datang, Penjaga Ember. Kami menunggumu. Saatnya ‘Perjamuan Kegelapan’ dimulai.”

Nian melangkah maju, Pedang Dewa menyala jingga: “Aku mencabut kalian niat! Perjamuan ini tak akan terjadi!”

Pemimpin Dewa Rasa Terlarang mengangkat tangan, dan Dewa Bayangan lain menyalakan mangkuk rempah aroma manis namun menyesatkan memenuhi ruangan. Setiap hirupan udara menimbulkan sensasi haus darah dan kebencian.

Master Cang segera menenggelamkan ramuan Gourmet Celestial di air suci, melepaskan uap surgawi. Langit-langit rempah menahan getaran, menghambat tenaga gelap. Lan’er memercikkan Bayangan Rasa di setiap sudut, membingungkan indera musuh.

Namun Pemimpin Dewa melengkungkan bibir: “Gurumu membuang kontrak demi cahaya. Tapi cahaya akan membusuk tanpa hitam!” Ia menaburkan butiran Qi pahit di piring getaran kegelapan merambat.

Nian mengangkat Pedang Dewa, menggabungkan Qi kayu, api, dan logam menebas udara, memotong garis Qi pahit. Serpih cahaya jingga meremukkan jejak hitam di udara, membuat mangkuk rempah retak.

Dewa Bayangan bersorak dan menyerbu. Perang rasa pun meletus: sup asam pedas, uap kayu membakar bayangan, ledakan api mini membelah kegelapan. Dengan kerja tim, Penjaga Ember menundukkan Dewa Rasa satu per satu, memecah mangkuk rempah dan menetralkan cairannya.

Tiba-tiba, Pemimpin Dewa Rasa Terlarang membuka kerudung dan wajahnya mengerikan : bukan manusia, melainkan wujud bayangan Xionglai yang terdistorsi, dengan mata ganda berwarna ungu. Suaranya menggema:

“Ini aku ilkuksi abadi. Hancurkan sup terakhir, dan hatimu akan terisi gelap!”

Di detik pengecut, Nian berdiri tegak, menggenggam Pedang Dewa dan Cawan Neraka. “Xionglai! Wajahmu sudah kami ketahui tapi hingga kau hancur, kegelapan takkan bisa tinggal!”

Ilusi Xionglai tertawa pecah: “Kau percaya pada alatmu? Pedang dan cawan hanyalah perantara!” Ia menyalurkan Qi pahit ke ruang, menciptakan gelombang yang mengancam melumat hati.

Lan’er dan Zhuo berlari, memeluk Cawan Neraka dengan ritual: ladangkan butir Qi kayu dan asam, menciptakan aura pelindung. Xu’an menyalakan formasi cahaya murni, menahan gelombang. Master Cang menaruh tangan di atas sup Gourmet Celestial ledakan aroma surgawi memancar ke udara.

Nian melompat tinggi, menebas jarak antara dirinya dan ilusi Xionglai. Tubuhnya memancarkan cahaya jingga kuat, memecah bayangan ungu. Pedang Dewa menembus inti ilusi pecahan Qi pahit meledak, lalu meredup.

Ilusi itu meronta, lalu pecah menjadi embun ungu yang terserap kembali ke Cawan Neraka memperbarui kristalnya menjadi kilauan merah keemasan.

Keheningan turun. Dewa Bayangan hilang, kursi-kursi batu kosong, dan panggung gelap sirna. Di atas altar, Cawan Neraka kini berdiri megah, glow keemasan menempel; Pedang Dewa berkilau murni.

Namun dari balik bayangan pilar, sosok asli Xionglai muncul dengan senyum pahit. “Kalian kuat… lebih kuat dari yang kukira. Namun,” ia mengacungkan setengah pecahan Kitab Ember Rasa yang ia rahasiakan, “kekuatan sejati adalah pilihan antara cahaya dan gelap yang kau buat—dan aku sudah memilih keduanya.”

Sebelum Nian sempat bereaksi, Xionglai menaburkan serpihan bayangan membuka portal gelap kecil ke dimensi lain. Ia melompat masuk, meninggalkan tim Penjaga Ember terperangah.

Lan’er mendekat, menggenggam tangan Nian. “Dia… dia kabur?”

Master Cang menunduk, suara parau: “Tapi kita sudah punya apa yang kita butuhkan: wajahnya terungkap, rencana Perjamuan dibatalkan. Sekarang,” ia menepuk pundak Nian, “misi terakhir: mengejar Xionglai ke dimensi kegelapan dan menutup portal selamanya.”

Di lorong batu yang mulai menutup, bisikan Xionglai bergema:

“Aku akan menunggumu di ujung kegelapan… Penjaga Ember.”

Xionglai melarikan diri ke dimensi kegelapan, memicu babak perburuan terakhir dan konfrontasi abadi antara cahaya dan gelap di luar nalar dunia rasa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!