SISTEM PERJALANAN WAKTU

Halo guys, jangan lupa like dan komen novel ini jika suka sebagai bentuk apresiasi karya author ya! Terimakasih 🥰🥰🥰

...****************...

Pagi yang cerah dengan sinar matahari pagi yang hangat memasuki celah-celah goa membuat Lily terbangun dari tidurnya.

"Aiss, lagi-lagi aku bangun kesiangan. Semenjak pisah, aku jadi makin sering kesiangan karena tidak perlu lagi menyiapkan sarapan dan pakaian. Aku benar-benar hidup santai, jika begini terus bisa-bisa aku jadi wanita pemalas." Gumam Lily segera masuk kedalam ruang dimensi dan mandi di rumah bak istana.

Setelah selesai, Lily mengeluarkan beberapa roti berbagai macam isian karena tidak sempat memasak.

Lily kemudian mencari William karena ingin membagikan rotinya sebelum berangkat untuk melihat rumah mereka.

"William kau dimana? Willi....iii.." Teriak Lily tak mendapatkan sahutan.

"Kemana lagi dia, apa ke sungai lagi. Ck, padahal pagi ini aku ingin cepat-cepat melihat rumah mereka. Jangan-jangan dia lupa apa yang aku sampaikan semalam." Pikir Lily menepuk jidatnya.

Saat sedang berkutat dengan pikirannya, William pun datang bersama dua orang wanita dan satu laki-laki.

"Lily lihatlah. Mereka adalah ibu dan adik-adikku." Teriak William saat memasuki goa dan mendapati Lily sedang melamun.

Lily yang tadinya sedang melamun terperanjat karena suara keras William. Lily pun menoleh dan melihat satu wanita yang sudah mulai keriput di wajahnya tapi rambutnya belum memiliki uban sama sekali.

Lalu melihat kesamping dan mendapati lelaki dan wanita muda yang hampir mirip.

"Kau darimana Willi? Dari tadi aku memanggilmu. Ohya bawa mereka duduk ke dekat meja." Ucap Lily lalu membagikan beberapa roti untuk mereka, Lily juga mengeluarkan air es beberapa botol yang setiap botolnya di campur dengan setetes air ajaib.

Tidak perlu heran dari mana air es itu berasal, tentu saja dari rumah di ruang dimensi Lily.

"Ibu rotinya enak sekali. Dulu kita pernah makan roti yang di bawa ayah dari suku lain tapi tidak seempuk dan seenak ini." Ucap wanita muda itu dengan senyum mengembang.

"Kau benar adik, walaupun dulu kita hanya makan roti sekali waktu ayah masih hidup, tapi aku masih ingat rasanya yang sangat pahit dan keras. Bahkan ayah menukar lima kati daging kering untuk dua potong roti keras itu." Jawab lelaki muda itu.

"Roti ini memang sangat enak, tapi kalian tetap harus bersyukur dengan apa yang pernah diberikan oleh ayah kalian. Di suku manapun, roti adalah makan yang sangat sulit di buat dan harganya terbilang mahal." Ucap Ibu mereka membuat mereka menundukkan kepalanya.

"Kalian makanlah sepuasnya, Lily sudah memberikan untuk kalian jadi harus di habiskan." Ucap William mencairkan suasana.

"Astaga aku hampir lupa, Lily perkenalkan wanita cantik ini adalah ibuku." Ucap William duduk di samping ibunya.

"Dan mereka adalah adik-adikku, yang perempuan namanya Luna dan laki-laki Lana." Lanjut William sambil memakan roti yang diberikan oleh Lily.

"Ah salam kenal Bibi dan adik-adik. Saya Lily teman William." Ucap Lily menundukkan sedikit kepalanya bentuk hormat pada yang lebih tua.

"Ibu, Lily adalah wanita yang tadi aku ceritakan." Ucap William.

"Ah ya ampun, jadi kamu adalah Dewi yang di katakan oleh William dan teman-temannya ya! Terimakasih karena sudah menolong William dan membuatkannya rumah. Kamu tidak hanya baik hati tapi juga sangat cantik, memang cocok jika di sebut Dewi." Ucap ibu itu lalu meminum airnya.

"Ini...Air ini kenapa sangat dingin dan sejuk. Rasanya juga manis" Lanjut ibu William meminum kembali airnya sampai habis. Perlahan kerutan diwajahnya menghilang satu persatu.

Mereka yang melihat itu terkejut begitu juga dengan Lily. Lily pikir air itu hanya untuk menyembuhkan ternyata bisa seperti ini juga.

"I..iibu, kau terlihat jauh lebih muda." Ucap William di angguki dua saudaranya/i.

Ibu William hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya mengira mereka hanya sedang menghiburnya karena dirinya sering mengeluh dengan kerutannya.

Lily yang mengerti mengeluarkan cermin dan menyodorkannya di atas meja kearah ibu William.

Awalnya ibu William tidak tau itu benda apa, tapi setelah di ajari oleh Lily diapun paham dan menitikkan air mata haru saat melihat wajahnya dengan jelas dalam cermin itu tanpa ada satupun kerutan.

"Lily, William. Kami sudah datang dan mengajak keluarga kami." Teriak Fugu mengagetkan mereka semua.

"Jika begitu kita berangkat sekarang." Ucap Lily membuat keluarga mereka melihatnya dan terpana akan kecantikannya.

"Jaga mata kalian, dia adalah Lily Dewi penolong kami. Ayo kita berangkat" Ujar Fugu mengejar Lily dan William.

Mereka semua berjalan menuju hutan yang lebih dalam tempat mereka membangun rumah.

Saat melewati pagar tembok yang cukup tinggi yang mengelilingi rumah mereka, mereka berseru senang saat tahu jika pagar tembok itu tidak akan bisa dilewati binatang buas bahkan suku lain tidak akan bisa menerobos masuk karena sistem keamanan yang cukup tinggi yang dipasang oleh Loly.

Dino adalah yang orang pertama kali berseru saat melihat rumah mereka di ikuti yang lainnya.

"Wahh, indah sekali. Bahkan tempat tinggal kepala suku tidak sebanding dengan rumah kita." Ucap Dino sambil melompat-lompat.

"Kau benar, lihatlah bahkan rumah ini sangat keras dan tidak mudah roboh. Kita tidak akan takut lagi jika menghadapi musim hujan." Ucap Fugu saat mengingat tempat tinggalnya di suku barbar selalu roboh karena hujan deras dan angin kencang. Kini mereka bisa dengan tenang melewati musim hujan.

"Kakak, lihat kita punya banyak bunga yang indah." Seru Luna mengelilingi bunga-bunga itu.

"Bagaimana jika kita masuk kedalam?" Ajak Lily di angguki oleh mereka semua.

Saat mereka masuk di ruang tamu, mereka terpana dengan isi rumah yang belum pernah mereka lihat.

Dulu mereka hanya duduk di tanah atau batu tapi sekarang mereka punya sofa yang empuk dan meja yang cantik.

Lalu mereka masuk ke kamar pertama, Luna mencoba berbaring di atas kasur itu dengan mata berbinar. "Ibu cobalah, tempat tidur ini sangat empuk. Belakang ibu tidak akan kesakitan lagi saat malam hari."Ucap Luna membuat mereka penasaran dan maju satu persatu untuk mencobanya.

Mereka juga melihat lemari yang belum pernah mereka lihat karena mereka hanya memiliki baju dari kulit hewan paling banyak tiga karena hewan buas sangat sulit di buru. Mereka juga menyimpan baju baju mereka di atas batu yang cukup besar.

"Lemari ini untuk menyimpan pakaian, aku sudah menyiapkan beberapa pakaian didalamnya." Ucap Lily menjelaskan.

Lalu mereka menuju kamar dua dan tiga, isinya pun sama persis. Memiliki satu springbed nomor dua dengan sebuah lemari, meja rias dan di lengkapi dengan kamar mandi dalam. Jadi mereka tidak perlu repot-repot keluar untuk mandi.

"Jika kalian ingin mandi, kalian hanya perlu memutarnya kearah kanan agar airnya keluar dan mengisi bak ini hingga penuh. Jika sudah penuh putar kearah kiri agar airnya tidak keluar lagi. Dan ini shampo untuk mencuci rambut kalian agar wangi dan lembut, lalu sabun untuk badan, setelah selesai gunakan handuk ini agar air di tubuh kalian mengering sebelum menggunakan pakaian. Apa kalian sudah mengerti?" Tanya Lily setelah menjelaskan semua yang ada dalam rumah ini.

Merekapun mengangguk dan Luna adalah yang pertama mencoba untuk mandi dan mengenakan pakaian barunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...