4 Tes pek dengan harga berbeda, jenis berbeda, dan kualitas berbeda pula berjajar rapi diatas meja dengan tanda yang menunjukkan hasil yang sama.
Joana shock sampai tidak bisa berkata apa apa. Dirinya positif hamil sementara Joana sendiri baru saja putus dari pacarnya.
Sebagai remaja yang bahkan belum tamat sekolah, Joana tidak tau harus bagaimana. Di tambah lagi dengan status nya sebagai publik figur. Apa kata publik nanti jika tau bahwa Joana hamil di luar nikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Waktu terus berjalan. Hari demi hari Joana lalui dengan perasaan tidak tenang. Joana juga merasa dirinya tidak bisa lagi sebebas dulu. Joana tidak bisa keluar dan menikmati harinya seperti teman temannya yang lain. Karena kemanapun Joana pergi pasti akan ada wartawan yang menyerbunya. Apa lagi sekarang perutnya juga mulai terlihat sedikit membuncit.
Marah, Joana tentu sangat marah. Tapi Joana tidak tau harus marah pada siapa. Sedang saat melakukan hubungan dengan Dante itu atas dasar suka sama suka. Tidak ada sedikitpun unsur paksaan.
Yang membuat Joana semakin setres adalah Joana tau Dante terus berusaha menemuinya hanya saja tidak pernah berhasil karena selalu di halangi oleh papahnya.
Joana merasa lemah dan tidak berdaya sekarang. Joana tau Thomas melakukan itu demi kebaikan nya. Namun tetap saja mengatakan sesuatu yang tidak benar pada Dante tentang janin yang berada di rahim Joana tidak bisa Joana terima.
“Hay...”
Joana menoleh. Entah sejak kapan Daniel sudah ada di sampingnya.
“Kamu bisa enggak kalau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu? Nggak sopan banget sih.” Kesal Joana. Daniel memang selalu membuatnya kesal. Meski kadang juga membuat Joana nyaman karena perhatian tulusnya.
“Oow... Jangan marah marah Bu.. Aku sudah mengetuk pintu kamar kamu berkali kali tapi nggak ada sahutan. Aku bahkan menelepon kamu tapi tidak ada jawaban. Ternyata kamu malah sedang melamun. Pantas saja tidak dengar.” Ujar Daniel membela diri.
Joana berdecak. Tidak perduli dengan apapun yang Daniel katakan, menurut Joana apa yang Daniel lakukan dengan nyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar nya tetap lah salah.
“Ah ya Jo... Aku bawain sesuatu buat kamu.”
Joana memutar jengah kedua bola matanya. Dia sudah terlanjur malas sehingga enggan untuk menatap Daniel yang berada disampingnya.
“Ini aku beli khusus buat kamu loh.. Sebagai calon ayah dan suami yang baik aku tuh selalu mencari informasi apa saja terkait ibu hamil. Dan katanya rujak adalah makanan favorit ibu ibu hamil. Apa lagi dengan mangga mengkelnya yang super renyah ini..”
Mendengar kata mangga mengkel, Joana pun langsung berubah pikiran. Kedua matanya berbinar menatap bungkusan rusak yang di tunjukkan oleh Daniel.
“Mau nggak? Kalau enggak biar aku kasih si mbok saja deh.”
“Eh eh enggak enggak. Nggak bisa begitu dong. Kamu beli itu buat aku, jadi sampai sini ya harus buat aku dong..” Joana mengambil dengan cepat sebungkus rujak yang di tunjukkan Daniel. Joana kemudian melangkah menuju kursi panjang yang ada di balkon dan duduk disana. Dengan sangat antusias Joana membuka bungkusan rujak tersebut.
Dan benar saja, seporsi rujak itu penuh dengan berbagai macam buah segar dimana buah mangga mengkelnya yang paling banyak.
Melihat mangga mengkel itu Joana pun tidak tahan. Dia membumbuhi berbagai macam buah itu dengan sambal yang sudah tersedia lalu melahapnya dengan semangat.
“Ya ampun.. Ini enak banget.” Batin Joana senang.
Daniel yang melihat itu tertawa geli. Joana memang lucu. Meski suka marah marah padanya, namun Joana selalu menghargai apa yang Daniel berikan.
Daniel melangkah mendekat dan duduk disamping Joana. Dia terus memperhatikan Joana yang begitu lahap memakan rujak yang dia bawa.
“Aku janji Na.. Aku akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan anak kamu.. tidak perduli meski anak itu adalah anak Dante.” Daniel terus memperhatikan Joana. Daniel sedikitpun tidak memandang rendah pada Joana meski Joana sudah hamil dengan Dante.
Saat sedang asik menatap Joana, tiba tiba ponsel Daniel berdering. Daniel berdecak merasa terganggu namun tetap meraih ponsel yang berada di saku celana jins panjangnya. Daniel kemudian mengangkat telepon yang ternyata dari salah satu orang kepercayaannya.
“Ada apa?” Tanya Daniel begitu mengangkat telepon tersebut.
“Maaf mengganggu waktunya tuan. Ada hal yang harus anda selesaikan siang ini juga.”
“Apa?” Daniel mengangkat sebelah alisnya penasaran.
Joana yang sejak tadi asik dengan rujaknya menoleh dan menatap pada Daniel.
“Ini tentang kontrak kerja dengan pihak Joana.”
Daniel menatap Joana yang ternyata juga sedang menatapnya. Daniel kemudian menghela napas pelan berusaha untuk tenang. Daniel sudah bisa menebak apa yang akan di selesaikan. Terlebih setelah jujurnya Joana tentang kehamilan nya ada beberapa perusahaan yang keberatan dengan kontrak kerja yang melibatkan Joana sebagai modelnya.
“Semua sudah hadir. Tinggal tuan saja yang belum.” Tambah si penelepon.
“Oke, saya kesana sekarang juga.” Kata Daniel tegas.
Daniel menutup sambungan telepon setelah itu. Dia tersenyum pada Joana yang masih menatapnya.
“Apa ini tentang kontrak kerja sama kita?” Tanya Joana serius.
Daniel terdiam sesaat. Daniel sudah tau apa yang akan terjadi sebenarnya.
“Kamu nggak perlu merasa tidak enak hati. Manager aku juga sudah memberitahu tentang ini. Seharusnya juga aku hadir sekarang. Tapi kamu tau sendiri kan aku nggak bisa bebas keluar rumah sekarang.” Joana berkata dengan wajah lesu. Joana sebenarnya masih sedikit tidak rela jika harus kehilangan karier yang selama ini dia bangun dengan susah payah.
“Kamu nggak perlu khawatir. Aku jamin semuanya akan baik baik saja. Tapi ada baiknya kalau selama beberapa bulan ke depan kamu nggak usah mikirin kerjaan dulu. Toh nanti setelah lahiran kamu bisa lanjut lagi kan?”
“Apa masih bisa? Apa aku masih pantas?” Suara Joana terdengar sangat lirih. Joana tidak yakin dirinya masih di terima menjadi publik figur setelah apa yang dia lakukan.
“Idih, kok jadi mellow sih?”
Tidak mau Joana sedih, Daniel pun mencubit gemas hidung mancung Joana. Dia sengaja melakukan hal demikian untuk mengalihkan pemikiran sedih Joana.
Joana meringis lalu berdecak sebal.
“Sakit tau !” Kesalnya dengan bibir mengerucut.
“Hahaha.. Ya sudah aku pergi yah... Abisin rujaknya.”
Daniel bangkit dari duduknya. Namun saat hendak berlalu tiba tiba Joana menahan dengan mencekal pergelangan tangan Daniel.
Daniel menoleh dan menatap Joana yang menatapnya serius.
“Maaf...” Kata Joana dengan suara bergetar.
Daniel menghela napas lalu kembali duduk. Tidak tega melihat Joana yang sudah berkaca-kaca, Daniel pun merengkuh Joana ke dalam pelukannya. Dan saat itu juga tangis Joana pecah.
“Sudah... Semuanya akan baik baik saja. Yang penting kamu harus yakin. Kamu nggak sendiri kok. Ada aku, ada om Thomas papah kamu, ada di mbok juga.”
Joana semakin sesenggukan mendengar nya. Joana tidak pernah mengira semuanya akan hancur karena kebodohannya sendiri. Karirnya bahkan sampai sekolahnya.
“Aku yang akan menjamin semuanya Joana. Kamu nggak akan kehilangan apapun.” Tambah Daniel untuk menenangkan Joana.
Joana menggeleng. Andai waktu bisa di putar kembali, Joana tidak akan mau melakukan hal negatif yang berakibat fatal dengan Dante.
TBC