NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 - Strategi Balas Dendam

Setelah mendapatkan perawatan pertama, Nadine dan Bu Minah segera mendapat perawatan intensif karena sifatnya kritis dan telah memasuki ruang ICU, untuk selanjutnya diberikan penanganan khusus, guna membuang racun dalam tubuh masing-masing.

Akhirnya keadaan sedikit mereda dan cukup terkendali, dokter Hans bersandar ke pojok ruangan untuk sejenak menenangkan diri. Sambil menunggu Nadine benar-benar dalam kondisi tidak kritis lagi.

Kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran tentang banyak kemungkinan, bahwa suami Nadine sengaja mengirimkan kue tersebut. Bahkan sangat nekat hingga ke rumah sakit, tempat orang-orang seharusnya 'sembuh'.

"Bagaimana mungkin si bodoh itu tega memberikan racun pada istrinya sendiri, HAH?!" teriaknya dengan suara penuh keras dan penuh luka. Protes itu didengar oleh semua perawat dan tim medis yang sedang fokus bekerja di ruang ICU.

Beberapa tim medis dan perawat coba membujuk agar dokter Hans bersikap tenang dan tidak berteriak di ruang ICU itu.

Namun, dokter Hans sudah dimakan oleh amarah yang membara. Berlandaskan rasa cintanya yang begitu besar, dan takut kehilangan Nadine.

------

Setelah menunggu cukup lama, seorang perawat mendekatinya, “Dokter Hans, penanganan dan operasi membuang racun pada kedua pasien telah selesai. Selanjutnya, apa yang harus kami lakukan dengan sisa kuenya?" tanya perawat itu sambil menunjukkan sisa kue yang disinyalir mengandung racun.

Hans menoleh dengan wajah lesu dan nampak frustrasi, "Sus, bagaimana keadaan pasien yang bernama Nadine?" tanya dokter muda itu sebelum menjawab lebih lanjut.

Hans lebih khawatir dengan kondisi Nadine. Untuk sekarang, itulah prioritas utamanya.

"Pasien tersebut sudah dalam kondisi normal dan sedang istirahat, dok." kata perawat itu, menenangkan perasaan gundah dokter Hans.

"Baguslah." ucap Hans dengan menghela napas, lega.

Kemudian, melihat sisa kue, matanya kembali meruncing,

"Tolong sisa kue yang mengandung racun tersebut diselidiki dan dianalisis, jangan dibuang. Karena akan kujadikan barang bukti berharga. Satu hal lagi, tolong masukkan kue cokelat itu ke dalam plastik. Ini akan menjadi bukti paling berharga dan hubungi polisi untuk segera datang ke rumah sakit ini!" perintahnya dengan lengkap dan jelas.

"Baik, Dok."

"Dan tolong, jangan biarkan siapa pun, masuk ke ruangan ICU ini, selain saya dan tim medis yang merawat Nadine." pinta Hans kepada salah satu perawat yang sangat ia percayai selama ini.

"Tentu saja, baik dok."

Setelah menunggu beberapa jam, di dalam ruang ICU itu, Bu Minah sudah mulai siuman lebih dulu dibandingkan Nadine.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Di mana saya?” tanyanya pelan serta kebingungan.

Seorang perawat dengan lembut dan pelan, menjelaskan bahwa ia beserta Nadine diduga mengalami keracunan makanan. Sumbernya tak lain adalah dari kue cokelat pemberian suami Nadine.

"Ah, benar! Ku-kue… kue itu membuat saya..." gumam Bu Minah sambil mengingat hal terakhir sebelum dirinya roboh ke lantai kamar rawat inap Nadine sebelumnya.

“Iya, Bu… setelah diverifikasi oleh tim laboratorium, di dalam kue tersebut mengandung racun. Untunglah yang ibu dan Bu Nadine makan, masih bagian dengan kandungan racun sangat sedikit. Tim kami sedang berupaya menyelidikinya lebih lanjut."

"Tolong selamatkan nyonya Nadine..." katanya, memohon dengan mata berlinang. Bu Minah lebih khawatir kepada majikannya, ketimbang diri sendiri.

"Tenang saja, Bu. Kami sudah melakukan yang terbaik. Ibu Nadine pun sudah kami selamatkan. Sekarang beliau sedang istirahat." ucapan perawat itu menenangkan hati Bu Minah.

------

Sementara itu, Hans segera kembali dan duduk di ruangannya, memandangi berkas-berkas medis milik Nadine. Telepon di mejanya berdering, ia mengangkat dengan sigap.

"Ya! dokter Hans di sini."

"Dok, menurut hasil lab awal, menunjukkan adanya jejak arsenik dalam kue cokelat yang di kirim ke ruangan 207. Dan setelah kami cocokkan, terdapat kandungan arsenik yang sama dengan racun yang kami peroleh dari dua pasien di ruang ICU barusan." ucap salah satu tim medis melalui panggilan telepon.

"Jadi, memang sumber masalahnya dari kue cokelat kiriman itu, ya?" tanya lagi dokter Hans, memastikan untuk terakhir kali.

"Benar sekali, dok."

"Baiklah. Tolong jaga barang bukti hingga pihak kepolisian datang. Terima kasih atas kerja keras kalian." ucap dokter Hans. Meskipun kondisi hatinya sedang kesal, ia masih berterima kasih kepada tim medis atas upaya maksimal , karena telah menolong Nadine dan mengamankan barang bukti.

"Baik, terima kasih kembali, dok. Kami akan coba koordinasi dengan pihak keamanan dan juga mengabarkan kepada petinggi rumah sakit."

"Terima kasih… pastikan pasien bernama Nadine tetap aman dan sehat." katanya tajam dengan menitip pesan pada tim medis.

Mendengar kabar bahwa memang kue cokelat kiriman Arka adalah sumber utama yang menyebabkan Nadine keracunan. Hans menyiapkan strategi jitu untuk memberikan pelajaran kepada Arka. Strategi tersebut sekaligus untuk mengambil hati Nadine dari Arka.

Sekali dayung, dua tiga pulau akan terlampaui, jika strategi ini sukses dijalankan, Nadine akan menjadi milikku sepenuhnya! pikir Hans dengan tenang dan senyum jahat.

------

Beberapa jam berlalu, Hans terlalu sibuk dengan pekerjaannya menangani pasien lain, sambil menunggu Nadine siuman. Para polisi juga memberi kabar masih membuat laporan dan sedang mengirim beberapa anggota, dalam perjalanan menuju rumah sakit tersebut.

Tak berapa lama, akhirnya Hans mendapat kabar dari perawat yang menjaga Nadine, bahwa kondisi pujaan hatinya mulai stabil. Nadine perlahan tersadar. Langsung saja, wajah milik dokter muda itu sumringah dan berseri, tatkala mendengar Nadine telah siuman.

Hans lalu menitipkan pasien lain pada dokter terdekat, yang juga menjadi kepercayaannya. Ia bergegas menuju ruang ICU, tempat Nadine terkapar lemah dan tak berdaya.

Hans kembali masuk ke ruang tersebut, mendapati Nadine masih terbaring lemah.

Tak lama setelah Hans duduk di sisi ranjang menunggu Nadine benar-benar tersadar, sang pujaan hatinya yang masih terkapar lemah, menatapnya dan bertanya,

"Hans... ka-kamu… kenapa ke sini? Pasienmu yang lain gimana?" kata Nadine pelan dan hampir tak terdengar jika telinga Hans tidak didekatkan kepada bibir wanita cantik itu.

"Lho, kamu masih ingat kan... apa yang berulang kali kubilang? Semenjak kedatanganmu, akulah doktermu di sini! Dan aku janji akan selalu jagain kamu, Nad. Apapun yang terjadi... apapun konsekuensinya!" jawab Hans dengan mantap.

"Maaf… kalo aku usir kamu tadi," bisik Nadine. Ucapannya terdengar sangat tulus, berbeda 180 derajat dari beberapa jam sebelumnya, membentak dan mengusir Hans.

"Nggak apa-apa, aku ngerti kok. Kamu hanya ingin selalu merasakan dicintai oleh Arka... sama seorang orang yang harusnya menjaga kamu. Tapi, dia malah meracunimu dengan kejamnya!"

Nadine menatap Hans, "Tapi ternyata… yang benar-benar peduli padaku... justru kamu, Hans." ucap Nadine seolah kali ini membela orang lain, bukan suaminya.

Hans menjaga rasa berbunga yang kini bermekaran di taman hatinya. Ia harus tetap terlihat tenang dan cool, terlebih di depan Nadine. Para perawat lain menemani Bu Minah yang sudah siuman, dan sedang asyik berbincang.

Hans mulai memberanikan diri menggenggam tangan Nadine.

Dan untuk sesaat, keduanya hanya diam. Kondisi hening tersebut begitu penuh dengan kecanggungan masing-masing.

Bersambung....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!