NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Bab 4 – Jejak Sang Cassanova

Sharon berdiri di depan gedung pencakar langit yang menjulang megah di jantung kota Jakarta. Di puncaknya, terpampang logo perak mengkilap: LXR Holdings. Ia menatapnya lama, merasa dadanya sesak seperti menahan ledakan. Ini dia … tempat di mana pria itu bekerja. Tempat di mana semuanya bisa berubah.

Tangan Sharon mencengkeram map cokelat berisi hasil pemeriksaan kandungan dan print out hasil penelusurannya tentang Leonardo Xavier Reynaldi. Dalam amplop terpisah, ia menyimpan dua test pack dengan garis merah tegas. Bukti nyata dari malam penuh luka itu.

“Tenang, Sharon … ini bukan tentangmu. Ini tentang anakmu,” bisiknya pada diri sendiri sebelum melangkah masuk ke lobi perusahaan yang mewah dengan jantung berdebar kencang.

Lantai marmer putih mengilap, langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang mewah, dan petugas resepsionis yang berdiri dengan senyum formal. Ia langsung merasa seperti orang asing di dunia ini.

“Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” sapa resepsionis wanita dengan sopan.

Sharon menelan ludah. Kemudian ia menarik napas dalam. “Saya ingin bertemu Pak Leonardo Reynaldi. Ini ... penting," ucapnya terdengar gugup dan ragu.

Petugas itu mengerutkan kening. “Apakah Anda sudah membuat janji?”

“Belum. Tapi tolong sampaikan bahwa Sharon ingin bicara langsung dengannya. Katakan ini tentang hal pribadi dan ... sangat mendesak.”

Wanita itu tampak ragu, namun akhirnya menghubungi seseorang lewat telepon kantor. Suara lirih terdengar di ujung sana, diikuti gumaman pendek.

“Maaf, Nona Sharon. Tuan Leonardo Xavier Reynaldi tidak menerima tamu tanpa jadwal sebelumnya, apalagi urusan pribadi," ucap resepsionis itu tegas.

Sharon menghela napas. Ia maklum. Ia tak mungkin menyalahkan resepsionis itu apalagi memaksanya agar diberikan izin untuk bertemu dengan atasannya. Sharon tetap tersenyum sopan. Ia mengangguk pelan lalu mundur tanpa sepatah kata pun.

Namun, bukannya keluar, Sharon justru memilih duduk di salah satu sofa ruang tunggu. Ia tahu cara kerja dunia seperti ini. Kadang, perlu lebih dari sekadar niat untuk menembus tembok kekuasaan.

Dan Sharon punya satu hal yang tidak dimiliki orang lain: alasan untuk bertahan.

---

Tiga jam berlalu. Resepsionis sudah mulai melirik gelisah. Sharon tidak bergerak. Matanya fokus pada pintu lift exclusive khusus petinggi perusahaan di ujung lorong. Ia tahu cepat atau lambat, pria itu pasti akan keluar.

Dan benar saja.

Tepat pukul satu siang, pintu lift terbuka. Dari sana, keluar sosok pria tinggi dengan setelan abu-abu gelap yang pas di tubuh atletisnya. Rambutnya tertata rapi, rahangnya tegas, dan sorot matanya tajam dan dingin—tak ada yang berubah.

Leonardo Xavier Reynaldi.

Sharon berdiri. Degup jantungnya menggema seperti genderang perang. Ia melangkah cepat, menghampiri pria itu dengan tekad penuh.

“Leon!” panggilnya.

Langkah pria itu seketika terhenti. Sekilas matanya menunjukkan keterkejutan, tapi segera berubah menjadi dingin dan penuh penolakan.

“Sharon?” suaranya pelan, tapi tajam. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya tak suka.

Sharon berdiri di depannya, menatap mata itu langsung. “Kita perlu bicara. Ini penting.”

Leon menoleh ke asistennya. “Batalkan pertemuan jam satu. Aku akan kembali dalam setengah jam," ucapnya tegas pada asisten pribadinya.

Asistennya mengangguk cepat. Sharon bahkan belum sempat bernafas lega saat Leon menarik lengannya kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke ruang kantor pribadinya.

---

Begitu pintu tertutup, Leon berbalik dan menatapnya tajam.

“Aku sudah bilang jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Kau tidak tahu artinya?” sentak Leon dengan rahang mengeras.

Sharon mengangkat dagunya. “Kalau bukan karena alasan penting, aku tidak akan mungkin menginjakkan kaki di sini,” jawab Sharon tegas. Rasa gugupnya seketika menguap saat mendengar sentakan Leon barusan.

Leon menyipitkan mata. “Apa kau kehabisan uang? Minta lebih? Maaf, aku bukan donaturmu," ucapnya sinis sambil mengangkat sebelah bibirnya.

Tanpa aba-aba, tamparan Sharon mendarat keras di pipi Leon membuat laki-laki itu membelalakkan matanya. Ia tak menyangka kalau Sharon menamparnya. Seumur hidup, ia tidak pernah mendapatkan tamparan seperti ini.

Suara tamparan itu bergema dalam ruangan luas itu. Seketika ruangan pun menjadi sunyi. Hanya helaan nafas yang terdengar.

“Aku datang bukan untuk uangmu, berengsek!” Suara Sharon bergetar karena emosi. “Kau pikir semua wanita bisa kau beli?!” imbuhnya dengan suara meninggi.

Leon memegangi pipinya, tapi tak melawan. Ia hanya menatap Sharon dengan ekspresi kelam.

“Lalu untuk apa kau datang?” tanyanya dingin.

Sharon merogoh tasnya dan melemparkan dua test pack ke meja kaca. Mereka berputar sebentar sebelum berhenti, menunjukkan dua garis merah yang mencolok.

Leon menatap benda itu tanpa ekspresi. Matanya bergerak ke arah amplop. Ia membukanya—hasil USG. Nama Sharon tercetak jelas.

Keheningan menggantung selama beberapa detik.

Sharon menatap pria itu dengan tatapan yang tak bisa dibaca. “Aku hamil. Dan anak ini milikmu.”

Leon tertawa pelan, sinis. “Kau yakin? Apa aku harus percaya begitu saja?” ucapnya meremehkan.

“Aku tidak butuh kau percaya. Tapi aku butuh kau tahu,” kata Sharon tegas.

Leon berjalan ke arah jendela, menatap pemandangan kota dari lantai 50. Punggungnya tampak tegang.

“Kau datang untuk apa? Meminta tanggung jawab? Menuntut pernikahan?” ucap Leon sinis.

“Aku datang karena anak ini pantas tau siapa ayahnya. Dan kau pantas tau bahwa ada kehidupan yang terbentuk karena perbuatanmu malam itu," ucap Sharon menggebu. Ia benar-benar kesal mendengar nada bicara Leon.

Leon diam lama. Lalu berbalik, suaranya terdengar pelan, tapi tajam.

“Kalau aku bilang aku tidak peduli? Kalau aku bilang aku tak mau punya anak terlebih itu darimu, apa yang ingin kau lakukan? Kau tau, bukan kau seorang wanita yang pernah mendatangiku dengan kebohongan tentang kehamilannya," sinis Leon.

Sharon tersenyum miris. Ia memungut test pack dan hasil USG, lalu menatap pria itu untuk terakhir kalinya. Sebenarnya ia bisa menebak Apa jawaban dari laki-laki Cassanova tersebut.

“Aku tidak akan mengemis. Yang penting, aku sudah memberitahumu. Urusan kau mau peduli atau tidak, mau bertanggung jawab atau tidak, aku tidak peduli. Terserah. Aku memberitahumu karena aku tidak ingin suatu hari nanti kau menuntutku karena tidak memberitahu tentang keberadaan anak ini. Terima kasih atas waktunya. Aku permisi," ucap Sharon tegas.

Ia melangkah menuju pintu, sebelum Leon berkata pelan, hampir tak terdengar.

“Tunggu."

Sharon berhenti, namun tidak menoleh.

“Kau yakin itu anakku?”

Sharon menoleh, matanya tajam. “Kalau kau ragu, kita bisa tes DNA setelah lahir. Tapi karena kau menganggapku perempuan murahan dan kau pun tak menginginkan anak ini, kau tak perlu menunggu. Aku akan membesarkan anak ini sendiri," ucap Sharon tanpa keraguan sama sekali.

Setelah itu, Sharon keluar, meninggalkan ruangan dan pria yang tampak terguncang untuk pertama kalinya.

---

Di luar kantor, Sharon menarik napas panjang. Kakinya lemas, tapi hatinya lebih ringan. Setidaknya, satu langkah besar telah ia ambil.

Di dalam ruangan, Leon duduk di balik mejanya, menatap hasil USG itu dalam diam. Jemarinya meremas kertas itu, tapi matanya tak lepas dari gambar kecil di tengahnya—makhluk mungil tak berdosa yang kini mengikatnya pada seorang wanita yang tak pernah ia duga.

Bersambung...

1
Yeni Fitriani
dirga kritis keracunan dirawat di rs beberapa hari tpnkow ibhnya dirga gak ada kabarnya
She Jutex MImi
ku pikir dulu bpk reynaldy korban ternyata oh ternyata...
Ely Wilda Rusaily
semangat, wish u lucky
Irma Lianawaty
apa ternyata Nadine anaknya yg dibilang meninggal?
Yeni Fitriani
dimana mana pelakor itu memang iblis
Yeni Fitriani
ah males bgt klO ternyata nadiene adalah adik kandung leon yg diambil curang oleh ayahnya dr ibu mey
Yeni Fitriani
ya udahlah klo emang Sharon msh aja sok menjadi org yg paling tersakiti dan tdk mau memaklumi apa yg dulu terjadi pd lion ya sdh biarkan sj sharon menikah dgn dion tp ambil anak2nya viera dan viero biarlah sharon memiliki anak sendiri dgn dion biar sharon puas.
Yeni Fitriani
dimana mana memang pelakor dan turunannya itu menjijikan.....walupun ibunya dion lebih dulu jd pacar ayahnya lion tp tatap dia adalah pelakor karna merusak pernikahan ibu lion dan ayahnya....ibu lion wlopun bukan pacar dr ayahny dion yp ibu liln adalh istri pertama yg sah dimata agama dan negara dan direstui seliruh keluarga besar ayah lion.
Yeni Fitriani
sebenarnya sharon gak bisa terlalu menyalahkan lion toh dimasa lalu mereka bukan pasangan kekasih mereka hanya adalah dua org asing yg kebetulan malam itu ONS dan wajar klo lion awalnya meragukan anak yg sharon kandung toh stelah 2 bulan sharon menemuinya bisa sj kan klo misal bukan cewek baik2 dlm kurun wkt 2 bulan itu si cewek tidur sm cowok lain lg...jd penolakan lion pd wkt itu cukup utk dimaklumi.
Yeni Fitriani
sebaik apapun dion dia tetaplah anak pelakor dan penghianat pernikahan yg didlm otak dion tersimpn akl licik yg hanya ingin memanfaatkan sharon dan ank2nya utk balas dendam pd lion....pdhal Lion yg sesungguhnya tdklah sejahat yg dipikirkan dion.....apapun yg menimpa dion yg tdk diakui sbg keturunan dr keluarga konglomerat dr pihak ayahnya itu adalah bentuk hukuman dr keegoisan ayah dan ibunya.

seyogyanya seseorang itu klo sdh menikah sah jgn lg main gila sm pacar yg katanya td sangat dia cintai.....sekalipun di menikah karna perjodohan maka jalanilah penukahan itu dgn serius dan baik.
Pcy retno
Hohoho ternyata ini kerjaan mya alda si ani² no simpanan yesss
Yeni Fitriani
kelihatan kan didunia nyata maupun dipernovelan perebut suami org akan sellu merasa dirinya yg paling benar.....aldo ibunya dion menyebut melania ibunya leon sbg wanita licik pdhl alda sendiripun adalah wanita licik.
Yeni Fitriani
dipertanyakan dr mana asalnya gen nadin.....apa dr keegoisan cinta ayah dan ibunya yg tdk munterpisah meskipun ayahnya sdh punya istri yg sah.....wkwkk
Yeni Fitriani
ayahnya Lion ayahnya dion jg ibunya lion dan ibunya dion adalah bentuk nyata dr keegoisan cinta buta.....dan Lion adalah satu2nya korban dr mereka itu.

klo dion mah gak jd korban dia hidup bergelimang bahagia dan berkecukupan harta.
Mellyn Khosta Lhonga
semngt
Pcy retno
Aaahhh puas bgt aku di part ini....aku padamu leon👏👏👏
Noerdien Nanon
seperti ny cerita ny sangat menarik
Noerdien Nanon
masih nyimak
Yeni Fitriani
pling miris sm nasib leon....lahir dr hasil perjodohn yg dipaksakan yg kemudian ditinggal pergi ayahnya utk istri yg ayahnya cintai lalu dirawat oleh ibunya yg tdk benar2 menyayanginya ibunya adalah org yg penuh ambisi dan obsesi ibunya tdk perduli dgn kebahagiaan leon ibunya hanya menjadikan leon sprti boneka yg dia setir bahkan ibunya tega memberi leon obat yg membuat leon sakit gk sembuh2....
Yeni Fitriani
syuka dgn ketegasan leon thdp metha.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!