NovelToon NovelToon
BAHAGIA?

BAHAGIA?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nemonia

berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Raska terdiam mendengar apa yang Shintia katakan. Apa ia tak salah dengar? Atau, apakah ia tengah bermimpi sekarang? Tapi tidak, ini adalah kenyataan terbukti dari Shintia yang menggoyangkan tangannya di depan wajahnya.

"Kau baik-baik saja?"

Raska tersadar dari ketidakpercayaan. "Ah, ya. Aku... baik-baik saja," jawabnya dengan suara bergetar.

Raut kelegaan tampak di wajah Shintia disertai senyuman tipis nan hangat seakan dirinya begitu bersyukur mendengarnya.

"Kai serius kan, Shin?" tanya Raska memastikan.

Shintia mengangguk lemah. la setengah menunduk tak berani menatap Raska. "Tapi... jika tawaranmu sudah tidak berlaku. Aku-"

"Tentu saja masih. Bagaimana mungkin tidak?"

"Tapi... sebelumnya aku ingin memberitahumu bahwa aku melakukannya bukan karena menerimamu. Hatiku mungkin sudah mati untuknya, tapi untuk berpaling dan singgah padamu, aku belum bisa. Aku melakukan ini semata karena hanya kau yang bisa melindungiku. Jika ini menyakitimu, kau boleh membenciku bahkan berhenti menemuiku," jelas Shintia tak ingin ada kesalahpahaman nantinya. Rasanya dirinya sudah lelah terus mendapat teror dari orang yang mencari Yoga. Sementara dirinya bahkan tidak tahu di mana keberadaan Yoga.

"Tidak apa-apa. Karena bagiku, yang terpenting adalah keselamatanmu," sahut Raska di mana sorot matanya tampak begitu teduh hingga membuat Shintia melebarkan mata karena cukup terkejut.

Raska bangkit dari duduknya dan berlutut di hadapan Shintia. Digenggamnya tangan Shintia di atas kedua lututnya dan mengatakan, "Terima kasih. Terima kasih. Apapun alasanmu, kuanggap kau telah memberi kesempatan untukku."

Shintia tak dapat mengalihkan pandangan dari Raska. Dirinya seolah bisa ikut merasakan bagaimana perasaan Raska sekarang melihat sikap yang ditunjukkan.

***

Baru satu minggu setelah kesediaan Shintia menerima pernikahan, Raska bergerak cepat dengan tidak mengulur waktu. Pernikahan sederhana pun dilaksanakan di mana hanya dihadiri kedua belah pihak dan penghulu seperti keinginan Shintia. la beralasan terlalu berlebihan jika membuat pesta mengingat usia mereka yang tak lagi muda dan belum lama ditinggal pergi Satya.

"Wah ... Bunda cantik sekali!" puji Olivia yang takjub melihat Shintia setelah selesai dirias. Hanya riasan sederhana, natural namun bisa menutupi sedikit keriput di bawah mata. Ah, bahkan sebenarnya nyaris tak ada keriput di sana. la benar-benar terlihat lebih muda dari usianya.

Shintia memakai kebaya brukat warna putih dengan bawahan rok bentuk duyung berwarna coklat tua motif batik. Rambutnya disanggul rendah dengan hiasan bunga di atas sanggulnya.

Shintia hanya melempar senyum tipis. Saat ini ia dan Olivia masih berada di kamar Olivia. Pernikahan sederhana tersebut diadakan di rumah Raska meski awalnya Shintia menginginkan dilaksanakan di rumahnya.

"Kalau begitu ayo, Bunda," ajak Olivia. Tangannya terulur dan segera mendapat sambutan dari Shintia. Dengan hati-hati Olivia pun melangkah bersama Shintia ke luar menyusul Raska yang telah menunggu.

Raska tak berkedip saat melihat Shintia keluar dari kamar dan berjalan ke arahnya. la seperti melihat Shntia saat masih muda. Kepuasan serta kemenangan tampak samar di wajah. Dan sebentar lagi kepuasan sesungguhnya pasti akan ia raih.

"Sssst, Ayah, jangan sampai kecantikan bunda membuat ayah grogi, loh," ucap Olivia menggoda dengan mengedipkan sebelah mata. la pun memberikan tangan Shintia yang sebelumnya dalam tautan tangannya pada sang ayah.

Shintia setengah menunduk tak berani menatap Raska dengan semburat kemerahan di wajah. Entah karena malu, grogi, atau blush on yang dipakai terlalu berlebih, namun semburat kemerahan itu tampak jelas membuat Raska serasa ingin segera menyentuhnya.

"Apa dimulai sekarang saja?"

Suara pria yang bertugas sebagai penghulu yang menikahkan keduanya terdengar. Terlalu memusat perhatian pada Shintia, Raska seolah lupa jika beberapa orang yang bertugas sudah ada di sana dan berharap ijab segera dilaksanakan. Ada empat orang. Si penghulu, wali hakim karena Shintia sudah tidak memiliki keluarga satupun dan dua orang saksi yang tidak Shintia kenal.

Raska menuntun Shintia duduk di sebelahnya berhadapan dengan pak penghulu yang terlihat masih sangat muda. Sementara dua orang saksi duduk di sisi kiri dan wali duduk di sisi kanan. Olivia sendiri berdiri di belakang penghulu dengan sebuah kamera di tangan untuk mengabadikan.

"Semuanya sudah siap?" Anggukan dari semua orang di sana kecuali Shintia membuat penghulu tersebut mengulurkan tangan. "Silakan jabat tangan saya," titahnya.

Seorang pria berjalan memasuki kediaman Raska melewati pintu utama yang terbuka lebar seakan sengaja menyambut seseorang datang. Ini seperti dejavu baginya, memasuki kediaman seseorang untuk menyambut kematian. Menyambut kematian? Ya, seperti itulah dalam benak saat rencana ini telah terlaksana. Karena jika bukan dirinya, pasti ada kematian lain di depan mata.

Tap ... tap

Derap langkah kaki Yoga yang tegas terdengar memenuhi rumah besar Raska membuat kesemuanya menoleh ke arahnya.

Seringai tampak jelas di wajah Raska saat melihat tamu yang telah ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Raska melepas jabat tangannya, bangun berdiri menyambut Yoga dengan senyuman ramah. Ini adalah kali pertama mereka bertatap muka secara langsung dan dalam jarak begitu dekat.

"Akhirnya kau datang juga," sambut Raska. Kemudian ia menoleh pada Shintia yang saat ini menatap Yoga dengan mata melebar dan tubuh seolah kaku. Raska kembali menatap Yoga dan mengatakan, "Apa kau akan kembali menjadi pahlawan?" Di mana senyum mengejeknya terlihat samar.

Sementara itu penghulu serta tiga orang lain terlihat memasukkan tangan ke dalam jas masing-masing seperti hendak mengambil sesuatu. Namun, saat tangan Raska terangkat ke udara, ketiganya menghentikan gerak tangannya.

Rupanya keempat pria tersebut merupakan bagian dari rencana Raska. Penghulu serta ketiganya adalah anak buahnya yang sengaja ia siapkan.

"A- apa maksud semua ini?" gumam Shintia dimana wajahnya kini tampak pucat. la menatap punggung Raska dengan degup jantung tak dapat dikendalikan. Jujur saja dirinya amat takut karena kondisi seperti ini mengingatkannya pada kejadian di masa lalu.

Olivia merangkul Shintia dan menariknya menepi mengambil jarak dari para lelaki. "Tenang saja, Bunda. Semua akan baik-baik saja," ucapnya disertai senyuman hingga matanya menyipit.

Raska setengah berjinjit kala berlagak menengok ke belakang Yoga. "Kau hanya sendiri? Di mana anakmu?"

Mendengar itu Shintia begitu terkejut. "Ba- bagaimana bisa...." gumamnya tanpa suara.

Di saat itu datanglah beberapa orang yang memasuki kediaman Raska. Tian, Bams, Fajri, serta Rozi, berjalan tenang seakan tak takut menghadapi kematian. Mereka sadar bisa saja ini adalah hari terakhir mereka bernafas. Namun, tak ada keraguan, tak ada ketakutan. Semua itu karena dan demi Yoga.

Tap!

Langkah keempatnya terhenti tepat di belakang Yoga. Tatapan mereka mengarah pada empat anak buah Raska seakan tegah mencari lawan masing-masing.

Raska terdengar mencebik kala menggeleng ringan. Tawa kecilnya pun samar terdengar. Tentu saja ia sudah memprediksi ini akan terjadi. Namun, ini lah yang justru ia inginkan. Dan rasanya sudah sangat tidak sabar melewati pertarungannya dengan Yoga secara terang-terangan tepat di depan mata Shintia. Karena akan ia buat Shintia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat dirinya menghabisi Yoga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!