Novel ini merupakan karya pertama dari author. Harap dimaklumi jika ada beberapa chapter yang harus di "Revisi"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mas teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Menyusuri sepanjang koridor sekolah, Luciel berjalan dengan santai. ia menghela nafas ringan, tak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat.
Pelajaran kali ini sungguh membosankan! Pikirnya.
Luciel tidak seperti siswa pada umumnya, ia lebih tertutup dalam masalah pergaulan. Menurutnya fokus utama ia bersekolah adalah untuk belajar, bukan mencari teman. Dengan prinsip yang seperti itu tak banyak orang yang ingin berteman dengannya.
Berbeda di kediaman Clan yang mungkin Luciel sedikit lebih hangat, tetapi di sekolah menengah, ia justru terlihat lebih dingin. Apa lagi sifatnya yang acuh tak acuh menambah kesan buruk terhadapnya.
Tetapi bukan berarti Luciel tidak populer, hanya saja dengan segala sifatnya yang ia miliki, banyak orang merasa kecewa, terlebih lagi khususnya bagi siswi perempuan.
Bagi siswi perempuan ketika mereka melihat Luciel, mereka seolah-olah melihat seorang pangeran tampan. Pada awal tahun pertama ia bersekolah, para siswi yang mengidolakannya sangat banyak, bahkan karena sebab ini ia sampai dijauhi oleh siswa laki-laki karena mereka merasa iri.
Bagaimana tidak, jika seandainya siswi perempuan yang menaksir kepadanya di suruh untuk berbaris maka dapat dipastikan bahwa panjang dari barisan tersebut bisa sampai ratusan meter. Akan banyak siswi perempuan yang berbaris hanya untuknya.
Meski begitu, dengan sikap dingin dan acuh tak acuh yang ia selalu pancarkan lama kelamaan mereka mundur dengan rasa kecewa. Dan karena hal ini, itu membuat Luciel dijauhi oleh siswa lainnya.
*****
Tak terasa ia sudah berjalan cukup jauh, entah kenapa Luciel kali ini memilih berjalan kaki ketimbang naik bus listrik. Kemungkinan ia memilih untuk naik bus listrik di tempat tunggu kedatangan bus berikutnya.
Kakinya melangkah dengan mantap. Terkadang ia melirik ke kanan dan ke kiri, seolah-olah mengamati lingkungan sekitarnya.
Ia seolah tak pernah merasa bosan ketika melakukan hal ini, sesekali ekspresi acuh tak acuh yang tergambar dalam wajahnya berfluktuasi.
Ketika sedang mengamati, banyak hal yang ia temukan. Ada beberapa orang yang sedang berbicara sambil membeli suatu barang, ada yang fokus dan terburu-buru, ada juga yang berjalan dengan pandangannya fokus kepada telepon canggih yang mereka pegang.
Namun, hal yang paling membuat Luciel senang adalah ketika ada seseorang yang bahkan rela membuang waktunya untuk membantu orang lain, meskipun hal itu sekecil apapun.
Seiring berjalannya waktu, berkembangnya Ras Manusia dan pesatnya teknologi, banyak dari mereka yang acuh tak acuh terhadap orang disekitarnya. Orang-orang pada saat itu lebih memilih fokus terhadap apa yang mereka lakukan dari pada melirik kesamping.
Ntah pada akhirnya itu di dekat mereka atau tidak. Namun hal ini sangat wajar bila di dikaitkan dalam studi sosial yang mengatakan semakin maju suatu peradaban dan teknologi, terkadang individualisme dalam peradaban tersebut juga akan sangat tinggi.
Individualisme inilah yang menjadi cikal bakal dari sifat atau sikap seseorang ketika dihadapkan dengan faktor-faktor sosial, seperti komunikasi antar personal yang memburuk dan lainnya.
*****
Luciel sedikit mengerutkan keningnya, ia merasa telah mendengar sesuatu yang aneh. Pendengarannya yang tajam dapat mendeteksi suara yang kecil hingga beberapa ratus meter jauhnya. Meski ia belum mencapai Ranah Human tahap awal, tetapi dengan kerja keras dan latihan bersama ayahnya semua indera yang ia miliki sangat sensitif, instingnya pun juga tajam.
Pada awalnya, ia merasa telah salah mendengar. Namun, semakin jauh langkah kakinya suara tersebut semakin jelas. Suara aneh yang ia dengar cukup bising, jika ia tidak salah suara tersebut berasal dari gadis kecil yang merintih kesakitan, dan juga suara tawa dari beberapa anak laki-laki.
Merasa tidak senang, Luciel berjalan cukup cepat. ia memeriksa sekelilingnya dengan hati-hati, setelah itu ia menemukan sumber dari suara tersebut.
Sumber suara itu berasal dari gang sempit di antara dua gedung pencakar langit, dengan di tutupi bayang-bayang gedung yang memberikan kesan samar disekitarnya.
Gang ini cukup sempit, hanya sekitar dua meter lebarnya. Dilihat dari dekat banyak sampah kotor yang berserakan dan dindingnya pun banyak coretan-coretan yang tidak jelas.
Memasuki gang sempit tersebut Luciel berjalan dengan sikapnya yang acuh tak acuh. ia terlihat memikirkan apa yang harus dilakukan, apakah ia harus menolongnya atau tidak.
Setelah beberapa saat ia kemudian melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Di depannya, ia melihat beberapa anak laki-laki yang seumuran dengannya, jumlahnya tiga orang. Terlihat mereka sedang merundung seorang anak perempuan. Dilihat dari baju yang mereka pakai, mereka semua juga berasal dari sekolah menengah ibu kota Xypherion.
"Hahaha, gadis kecil, Half-Elf sepertimu tidak pantas belajar di sekolah menengah Ibu Kota Xypherion!" Kata salah seorang dari anak laki-laki tersebut dengan nada mengejek, setelah itu ia meludah kesamping.
"Ras kami, Ras Manusia lebih mulia daripada kalian! Bagaimana Ras Elf sepertimu berada di tempat ini? Apa lagi dengan ras berdarah campuran sepertimu!" Tambahnya.
"Benar kakak! Bagaimana ras campuran sepertimu berada disini? Bukankah Planet Xypherion itu dihuni oleh Ras Manusia? Ras rendahan sepertimu tidak layak berada di tempat ini, atau mungkin di planet ini!" Kata seorang anak lainnya yang berada di belakang anak yang pertama.
Anak-anak laki-laki itu dengan kata-katanya yang kasar seolah-olah merendahkan anak perempuan itu. Mereka merasa Ras Manusia lebih mulia daripada ras lainnya sehingga mereka memperlakukan gadis Half-Elf itu dengan cara yang keterlaluan.
Sedangkan gadis Half-Elf itu terlihat tak berdaya, tubuhnya yang gemetar merasa ketakutan.
Menyaksikan hal ini, Luciel dapat menduga apa yang terjadi pada gadis tersebut. Memang, terkadang perbedaan bisa menjadi suatu pertentangan bagi sebagian orang. Apa lagi, ini menyangkut perbedaan ras.
Meskipun demikian, Federasi Manusia dengan tegas menyatakan bahwa ras-ras lain yang dilindungi oleh Ras Manusia mendapat kebebasan dan pengakuan sebagai warga Federasi. Jadi, jika dikaitkan dengan Ras Manusia, ras yang dilindungi memiliki kedudukan yang sama.
Federasi juga menekankan bahwa semua ras yang tersisa saat ini merupakan sebuah keluarga, mereka juga mengakui bahwa tanpa perjuangan mereka yang bersama-sama mengusir Ras Iblis Sisik Ungu, Federasi tidak akan pernah menjadi Federasi saat ini.
Hanya saja sampai saat ini ras yang dilindungi oleh manusia tidak memiliki posisi yang strategis di dalam Federasi, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan didalamnya.
Untungnya dalam aturan yang ditetapkan oleh Federasi Manusia, Ras Elf, Ras peri, dan Ras Dwarf memliki kebebasan untuk mengatur diri mereka sendiri dengan catatan tidak merugikan Ras Manusia dan ras lainnya.
Tetapi perbedaan kali ini hanya permainan anak-anak semata, mereka tidak lebih hanya anak-anak yang belum melihat luasnya semesta.
Kedamaian antar ras tidak perlu dipertanyakan lagi, bahkan dalam beberapa hal semua ras yang berbeda dalam Federasi Manusia melakukan interaksi, kerjasama dan saling membantu dengan baik.
Katakanlah Ras Dwarf, ras ini merupakan ras yang sangat berpengetahuan dengan semua jenis logam. Disamping itu, ras ini juga sangat ahli dalam menempa senjata, peralatan, bahkan pesawat antar bintang.
Sebagai salah satu ras dengan keahlian khusus ini, Ras Manusia dan ras lainnya memberikan keistimewaan kepada Ras Dwarf bahwa mereka diberikan hak khusus untuk pengembangan teknologi antar bintang yang di miliki oleh Federasi Manusia.
Tidak hanya itu, bahkan petinggi Federasi Manusia mengakui dengan mutlak bahwa di Galaksi Bima Sakti tidak ada ras manapun yang sebanding dengan Ras Dwarf dalam hal mengenali jenis logam, menempa senjata, peralatan, dan pesawat antar bintang.