Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 20
Dalam istana, baik itu kerajaan ataupun kekaisaran, banyak sekali intrik yang terjadi. Politik di dalamnya bahkan terasa lebih kejam. Banyak cara yang dilakukan untuk menggapai tujuannya. Termasuk apa yang sekarang dilakukan Marquis Rosen. Dia meminta anaknya tidur dengan seorang budak agar keluarganya bisa duduk di tahta.
"Dia cukup tampan, Ayah." Ucap jenna ketika melihat budak yang akan dijadikan tumbal dalam rencana mereka.
"Ya, karena aku memang mencari yang wajahnya mirip dengan Stefan. Dia cukup lumayan. Lakukan sebaiknya agar hasilnya segera di dapat."
Bagi Jenna hal seperti ini tentu bukan hal yang buruk. Dia bahkan sangat antusias. Tubuh budak yang sudah ada di kamarnya itu sangat bagus. Dia terlihat seperti seorang kesatria. Tapi itu tidak mungkin karena Marquis Rosen mendapatkan budak itu di pasar budak. Lihatlah cap yang ada di punggung bagian kanannya. Itu merupakan cap budak yang selamanya tidak akan bisa dihapuskan.
"Badan mu bagus sekali hmmm, bagaimana apa kau bisa membuat aku senang?"
Jenna menjatuhkan tubuh si budak. Ia lalu menginjak dada budak itu dengan kaki telanjanggnya.
"Mungkin karena saya sudah ditempa oleh pekerjaan berat sedari kecil sehingga tubuh saya begini. Soal menyenangkan Anda, silakan tunjukan caranya. Saya adalah orang yang cepat belajar."
Jenna tersenyum, dia suka dengan budak pemberian ayahnya ini. Tanpa ragu, wanita itu menanggalkan bajunya. Dia lalu meraih tangan si budak dan menuntutnya untuk menyentuh tubuhnya.
"Di sini, di sini dan di sini, aku suka jika itu di sentuh. Apalagi jika itu menggunakan mulut mu. Rasanya sungguh sangat nikmat."
"Sesuai perintah Anda, Lady."
Bagi seorang budak, bukan hal yang tabu lagi melayani apapun yang diperintahkan oleh pemiliknya. Bahkan yang namanya budak seks, itu sudah jadi hal yang wajar.
Jika si budak mendapatkan majikan yang baik, maka kehidupan nyaman akan jadi bayarannya. Tapi jika mendapatkan majikan yang kejam, maka siksaan tidak akan lepas darinya. Maka dari itu mereka akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk melakukan apapun yang diingkan majikannya.
"Apa begini sudah benar, Lady?"
"Aaah, ya itu sudah benar. Ughhh, kau sungguh pintar belajar ya? Tapi bagus, aku senang dengan kepintaran mu itu. Sekarang lakukan dengan cara yang benar. Kau tahu bukan?"
"Ya saya tahu."
Si budak segera melakukan hal yang harus dia lakukan. Jenna nampak senang. Dia bahkan merasa permainan budak itu lebih menyenangkan dari pada Stefan. Si budak mampu membuatnya tersentuh di bagian sensitifnya. Dan pria itu mampu membuat tubuh Jenna melayang nikmat. Lembut, sama sekali tidak kasar.
Setelah selesai satu kali permainan, Jenna tidak memperbolehkan budak itu keluar dari kamar. Total sampai 3 hari Jenna tidak keluar kamar dan menikmati hari-harinya bermain dengan budak tersebut.
"Apa semua ini sungguh tidak apa-apa suamiku?"
"Tentu tidak masalah. Setelah Jenna hamil, kita akan langsung menyingkirkan budak itu. Dia tidak diperlukan lagi, jadi buat apa dipelihara. Itu hanya akan jadi senjata makan tuan bagi kita."
Suami istri pasangan marquis dan marchioness itu ternyata sudah memiliki rencana hingga sejauh ini. Sebenarnya di kekaisaran Ravenloft, praktik perbudakan sudah dihapuskan. Namun di beberapa wilayah hal tersebut ternyata masih terjadi. Tentu saja semuanya merupakan kegiatan ilegal yang jika ketahuan maka ada hukuman yang menanti.
Praktik perbudakan dilarang karena sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Mereka para bangsawan menganggap budak adalah sesuatu yang hina. Mereka diperlakukan sangat buruk dan kematian merekapun juga dianggap hal yang biasa.
Padahal mereka juga manusia yang memiliki hak sama terhadap kehidupan. Tapi seolah budak tidak memiliki itu.
Jenna yang tengah asik bermain-main budaknya karena berambisi menduduki tahta ratu Vasilica, berbanding terbalik dengan sang mantan ratu. Saat ini Esme malah tengah menikmati harinya. Dia sangat santai, berkebun dengan para pekerja yang saat ini sedang menanam sayuran. Mereka bahkan sampai tidak percaya. Bagaimanapun juga Esme adalah mantan ratu, rasanya segan sekali berada di sisinya.
"Oh ya Tuhan, aku mohon kalian bersikap biasa saja kepadaku. Saat ini aku ini hanya seorang janda, putri count dan juga anak tuan tanah."
"Iya memang benar demikian, tapi rasanya Anda masih seroang Ratu. Dalam ingatan kami seperti itu Yang Mulia, ah maksud kami Lady."
Hahahaha
Esme tertawa, sikap mereka ini adalah hal yang wajar dan memang tidak serta merta harus diubah. Tapi setidaknya semua itu lambat laun pasti akan berubah. Jika mereka melihatnya terus menerus sebagi petani, rasa canggung dan sungkan itu pun akan memudar.
"Ya sudah lakukan sesuka kalian. Hanya saja ingat ya, jangan memanggilku Yang Mulia ataupun Baginda karena aku sekarang bukan siapa-siapa."
"Baik Lady."
Esme kemudian melanjutkan pekerjaannya. Sudah dua hari ini Paul tidak datang, ia yakin sekarang temannya itu sedang melakukan apa yang ingin dilakukan yakni membentuk serikat dagang. Rasanya Esme sudah tidak sabar melakukan perdagangan. Terlebih jika itu ke negara-negara lain.
"Rasanya pasti luar biasa bisa mengunjungi tempat-tempat baru," gumam Esme lirih. Selama ini dia hanya terkunci di Vasilica saja. Jadi dunia luar, sama sekali belum pernah dilihatnya.
"Kalau begitu, haruskan aku membuat surat penawaran?"
Esme bangkit dan segera kembali ke mansion. Dia melepas apron yang melingkar di pinggangnya dan menuju ke ruang kerja milik sanga ayah.
Count Elber sudah memberi izin kepada putrinya itu untuk menggunakan ruangannya dengan bebas. Dia tahu Esme tidak akan bisa diam saja, maka dari itu akses ke ruang kerja begitu terbuka lebar.
Sreet
Beberapa kertas dikeluarkan, dia membuat surat penawaran kepada para pedagang besar.Tentunya semua itu merupakan kenalannya saat masih menjadi ratu. Hanya saja tiba-tiba dia berhenti.
"Mereka kira-kira mau menerima ku tidak ya?Sekarang aku kan sudah bukan ratu lagi. Ah tunggu, jangan langsung memberi penawaran, melainkan menanyakan kabar saja dulu."
Ide yang cemerlang. Esme langsung bisa membelokkan rencananya waktu itu juga. Kecerdasan yang dimilikinya memang bukan hanya kabar burung semata. Maka dari itu dirinya disegani oleh banyak orang dan bagi sebagian orang dia menjadi seorang ancaman.
"Esme ... Esme ... ."
Esme mengerutkan alisnya ketika mendengar suara teriakan yang memanggil namanya. Dia memicingkan telinganya, dan tidak salah bahwa suara itu milik Paul. Tidak biasanya Paul berteriak demikian.
Blaak!
"Ada apa, suara mu bahkan terdengar dari beberapa meter jauhnya."
"Surat, aku mendapatkan surat penawaran dari kekaisaran Ravenloft."
Apa?
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/