Dendam Salah Arah

Di tempat yang berbeda dan situasi yang berbeda.

Beberapa saat ketika mobil Vanesa menghantam pembatas jalan.

Brakkk

"Arghhhh"

Suara teriakan Vanesa melengking di balik ponselnya.

"Vanesa vanesa, Ada apa, Heiii jawab aku, Vanesa"

Teriak Lili yang merasa sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.

Rasa panik luar biasa seketika menerjang gadis itu, Berbagai pikiran buruk masuk ke dalam otaknya.

Apakah Vanesa tertangkap oleh Arldan?

Jika itu terjadi maka dia hanya bisa berharap jika kakak sepupunya tiba di waktu yang tepat sebelum Arldan melakukan apapun pada sahabatnya.

"Arghhhhh"

Gadis itu membanting ponselnya, Lantas ketika menyadari keadaan Lili langsung duduk kembali di atas kursinya. Dia berulang kali mengatur nafasnya untuk menetralisir perasaannya yang bisa meledak kapan saja.

Untungnya mereka memilih tempat yang tertutup, Sehingga tidak ada yang dapat melihat mereka di dalam ruangan tersebut.

Pria yang ada di hadapan Lili hanya bisa menatap gadis itu dengan dahi berkerut, Dia pikir apakah sesuatu yang buruk terjadi pada sahabat gadis itu, Mengingat gadis itu sempat berbicara dengan seseorang bahkan menelfon seseorang lainnya untuk meminta pertolongan demi seseorang yang dia sebut sahabat tadi.

Tapi dia pikir itu bukan urusannya, Memilih tidak ambil peduli dengan setiap gerakan dan apa yang di lakukan gadis itu.

"Uncle, Pergilah kita akan berbicara di lain waktu"

Dan tiba tiba gadis itu membuka mulutnya, Berbicara ke arahnya.

Tangan Lili bergerak meraih tasnya kemudian mencari sesuatu di dalam sana.

"Whatt?"

Tanya pria itu yang merasa aneh dengan reaksi gadis itu. Bahkan sejak tadi matanya terus tertuju lada setiap pergerakan Lili.

Lili tidak menjawab dia tampak mengeluarkan sebotol obat yang kemudian langsung memasukkannya ke dalam mulutnya tanpa pikir kedua kali.

"Uncle pergilah"

Ucap Lili kembali yang kemudian berdiri dari posisinya, Meraih tasnya dan hendak pergi dari sana.

"Heiii kita belum menyelesaikan urusan kita"

Sahut Pria tersebut yang menahan tangan Lili yang hendak pergi begitu saja.

"Uncle Arthur, Saat ini kondisiku sedang tidak baik, Kita bisa mengatur waktunya di lain hari"

Jelas Lili yang berusaha menahan kesadarannya, Sebab efek dari obat yang dia minum baru saja benar benar memiliki dosis yang kuat sehingga mampu bekerja dengan cepat.

"Bukankah ini sangat merugikan untukku? Kau yang bertekad bertemu hari ini dengan tiba tiba, Membuatku harus meninggalkan rapat dan beberapa pertemuan penting dengan kolega bisnisku, Lalu kau berniat membatalkannya begitu saja?"

Ucap pria yang di sebut Arthur itu dengan panjang lebar.

Dia jelas tidak terima bagaimana gadis muda di hadapannya membatalkan pertemuan mereka secara sepihak.

Bagaimanapun gadis itu yang menentukan bahkan memaksa pertemuan mereka hari ini, Lantas kenapa gadis itu membatalkannya tanpa berfikir kerugian apa yang dia dapatkan hari ini.

"Uncle, Aku benar benar harus pergi"

Ucap Lili yang menekan pelipisnya yang mulai berdenyut.

"Kita bisa membicarakannya lain waktu, Aku berharap uncle bisa mengerti aku"

Lanjut gadis itu yang menatap Arthur dengan tatapannya yang mulai sayu.

Arthur yang mendengar perkataan gadis di hadapannya lantas mengangkat ujung alisnya.

"Mengerti dirimu? Bukankah itu sangat lucu?"

Tanya Arthur yang menatap gadis di hadapannya dengan tajam.

"Ketika aku mengatakan jika aku memiliki jadwal yang sangat padat hari ini dan meminta agar menunda pertemuan kita apa kau mengerti itu? Tidak bukan"

Jelas pria tersebut yang menatap Lili dengan kesal.

Sayangnya Lili tidak memperhatikan dengan jelas ekspresi pria itu, Dia hanya berusaha membuka matanya lebar lebar agar tidak terjatuh di tempat ini.

"Baiklah aku meminta maaf, Aku akan mengganti kerugian uncle hari ini"

Sahut Lili yang benar benar tidak ingin berdebat.

"Segampang itu? Kamu mungkin memiliki urusan penting di luar sana, Tapi aku juga memilikinya dan harus membatalkannya demi pertemuan ini"

Arthur benar benar tidak membiarkan gadis muda itu pergi, Meski dia sebenarnya tau jika gadis itu memiliki urusan yang cukup penting di luar sana mengingat dia melihat dan menyaksikan gadis itu yang tampak panik ketika berbicara dengan seseorang di balik ponselnya tadi.

Brukkkk

Namun siapa sangka jika tubuh gadis itu terjatuh di lantai, Membuatnya panik dan segera memeriksa keadaan Lili.

"Lili, Heyyyy"

Arthur menepuk pipi Lili dengan pelan, Berharap jika gadis itu akan membuka matanya.

Sialnya tidak ada pergerakan apapun yang membuatnya cukup panik. Tentu saja dia panik, Gadis itu pergi dengannya dan pingsan ketika melakukan pertemuan dengannya, Bisa saja dia di jadikan tersangka dari kondisi buruk gadis itu oleh keluarga Lili atau bahkan keluarganya yang jelas jelas begitu menyukai Lili.

Karna tidak ada pilihan lain, Hingga pada akhirnya Arthur memilih menggendong tubuh gadis itu, Sialnya saat ini Lili menggunakan rok yang cukup pendek dan ketika dia menggendongnya rok tersebut cukup tersikap ke atas

Ohh shittt

Arthur mengumpat dalam hatinya ketika melihat paha mulus itu tepat berada di depan matanya bahkan menyentuhnya.

"Arthur sentuh lah, Bukankah dia tidak akan mengetahuinya"

"Tidak, Arthur, Itu tidak sopan dan akan melukai harga diri gadis itu"

"Tidak ada yang mengetahuinya, Itu tidak masalah"

"Itu benar benar tidak mencerminkan lelaki sejati"

Shittt, Bisa kah kalian

Umpat Arthur dalam hatinya ketika merasa seolah malaikat dan iblis sedang berdebat di dalam kepalanya.

Pria itu lantas kembali meletakkan tubuh Lili, Membuka jas miliknya dan menutup paha gadis tersebut dengan cepat.

****************

Di sisi lainnya

Ketika melihat Vanesa jatuh di bawah sana, Pria itu yang adalah Lucas ikut terjun ke bawah tanpa ragu.

Byurrrr

Di atas sana, Philip yang menyaksikan semuanya nyaris mati berdiri melihat tuannya terjun ke bawah yang jelas jelas begitu berbahaya.

Lantas dia kemudian memerintahkan anggotanya turun ke bawah untuk memastikan keadaan tuannya dan gadis tersebut.

Sedangkan di dalam air Vanesa sudah pasrah, Dia pikir mungkin ini adalah hari terakhir dalam hidupnya.

Namun dalam keputusasaan saat matanya mulai terpejam, Dia merasa seseorang menarik tangannya, Menuntunnya ke atas secara perlahan.

Sayangnya tubuhnya benar benar lemah, Hingga perlahan matanya mulai terpejam tanpa bisa melihat siapa orang yang menyelamatkannya.

Lucas membawa tubuh Vanesa ke pinggir danau, Kemudian mengangkat tubuh wanita itu ke atas.

Samar samar telinganya mendengar suara dari anggotanya yang seolah mencari keberadaannya.

"Philip"

Teriak pria itu dengan lantang.

"Philip aku di sini"

Teriak pria itu kembali membuat orang orangnya segera menyadari keberadaannya.

Philip menghampiri tuannya dengan tergesa-gesa, Pria itu akhirnya bisa bernafas lega ketika melihat tuannya baik baik saja saat ini, Namun saat matanya melirik ke arah wanita di samping Lucas dia pikir kondisi wanita itu tidak baik baik saja.

"Helikopter anda tidak lama lagi akan tiba"

Sahut Philip ke arah Lucas