Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya muda Adipati Ling Yun
Tokk...
Suara ketukan pintu terdengar hingga beberapa kali. Gadis dengan gaun pengantin bangkit perlahan dengan hiasan kepala yang masih lengkap. "Masuk."
Dua pelayan wanita masuk dengan menundukkan kepala. "Nyonya muda, kami akan membantu anda berbenah."
"Baik," Xiao Xinyi bangkit dari tempat tidurnya. Dua pelayan wanita itu langsung mencabuti hiasan kepala yang sangat berat. Lapisan gaun pengantin di lepas satu-persatu menyisakan gaun bagian dalam. Lapisan kain merah tidak terlalu tebal. "Kalian bisa pergi. Aku akan melanjutkannya sendiri."
"Baik."
Sebelum dua pelayan pergi. Salah satu pelayan berhenti. "Nyonya muda, air hangat untuk mandi juga telah siap. Nyonya besar dan Nyonya utama telah menunggu di aula depan."
"Iya. Aku mengerti," saut Xiao Xinyi berusaha untuk tetap tenang. Dia melepaskan lapisan bagian dalam gaun pengantin. Berjalan menuju ke arah pintu ujung ruangan yang langsung menyatukan kamar mandi. Kepulan asap panas dari air yang ada di bak mandi membuat udara di dalam ruangan menjadi jauh lebih hangat. Dia mengarahkan rambut panjangnya kearah pundak bagian depan baru masuk ke dalam bak mandi untuk berendam. Gadis itu memejamkan keduanya matanya bersandar di pembatas bak mandi.
"Huh," mengela nafas dalam. Dia membuka kedua matanya menatap samar kearah langit-langit kamar mandi. Sekitar lima belas menit dia melamun dan tersadar kembali di saat ketukan pintu terdengar.
"Nyonya muda, apa anda sudah siap?"
Xiao Xinyi bangkit dari bak mandi mencari handuk untuk menyeka tubuhnya. Dia kembali ke kamar dengan handuk melilit tubuhnya. Gadis itu melangkah ke tempat gaun barunya telah di siapkan. Wadah perhiasan berjejer di atas rak khusus untuk meletakkan perhiasan. Ada begitu banyak perhiasan mahal memenuhi tempat itu. Dari gelang, kalung, cincin, anting-anting, tusuk konde. Semua memiliki kualitas nomor satu. Semua perhiasan itu berlapiskan giok, emas, bertaburkan permata langka bahkan mutiara merah juga ada di antaranya.
Kemewahan yang ada di depannya hanya dapat membuat senyuman tipis di wajahnya. Xiao Xinyi meraih gaun berwana hijau daun teh dengan campuran warna putih susu yang sangat mewah. Jahitan benang emas menembus setiap detail membentuk guguran daun jatuh ke ujung gaun. Gadis itu mengenakan tiga lapisan gaun bagian satu lebih tipis, bagian dua sedikit lebih tebal dan nyaman. Dan lapisan ketiga bagian luar terlihat lebih halus juga tegas. "Kalian bisa masuk untuk membantuku merapikan rambut."
Dua pelayan masuk ke dalam kamar, mereka menatap kagum ke arah gadis cantik di depan mereka. Saat masuk pertama kalinya mereka menundukkan kepala takut Nyonya muda memiliki suasana hati yang buruk karena Adipati tidak menemani selama malam pengantin. Sebagai pelayan mereka tentu harus dapat membaca suasana hati tuannya agar lebih dapat berhati-hati. Dan kini mereka mengangkat wajah karena tahu Nyonya muda tidak terlihat kesal atau marah.
"Kenapa hanya diam?" suara Nyonya muda mereka membuyarkan lamunan.
"Baik."
Kedua pelayan itu langsung menata rambut Nyonya muda Adipati Ling. Membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit hingga rambut di tata dengan sangat baik.
"Nyonya muda, silakan memilih perhiasan yang anda inginkan?" salah satu pelayan menunjukkan kumpulan tusuk konde di atas tempat kayu.
"Kalian saja yang memilihkan mana yang lebih baik," Xiao Xinyi menatap tidak peduli kearah cermin.
"Baik," dua pelayan itu bergegas mencari perhiasan yang pas untuk Nyonya muda mereka. Tusuk konde perak dengan manik yang jatuh tergantung di ujungnya sangat cocok dengan gaun yang di kenakan Nyonya muda.
Dua pelayan mundur dua langkah setelah semua beres.
Xiao Xinyi bangkit dari tempat duduknya. "Tunjukkan jalan. Nenek dan ibu sudah lama menunggu."
"Baik," dua pelayan itu berjalan lebih dulu menjadi pemandu jalan.
Dari kamar menuju ke aula depan membutuhkan waktu sekitar lima menit. Saat masuk ke dalam ruangan terlihat wanita tua dengan gaun berwana coklat tanah duduk santai menikmati tehnya. Di sampingnya ada wanita usia hampir lima puluh tahunan duduk tenang.
Xiao Xinyi berjalan masuk ke dalam aula depan. "Nenek, ibu. Maaf sudah membuat kalian menunggu," gadis itu menyatukan tangannya sedikit menurunkan tubuhnya untuk beberapa detik sebagai penghormatan atau salam.
Nyonya besar Ling dan Nyonya utama bangkit menatap menantu baru yang datang ke kediaman Ling. Nyonya besar tidak pernah menyangka jika cucu menantunya akan sangat cantik juga anggun. Begitu juga Nyonya utama Ling yang langsung mendekat kearah menantunya. "Kamu Xiao Xinyi?"
"Benar," sedikit menundukkan kepalanya beberapa saat.
Nyonya utama melihat kearah ibunya. "Ibu," dia tersenyum puas.
"Ajak cucu menantu ku lebih dekat," Nyonya besar duduk kembali menatap dengan kehangatan. Dia meraih tangan cucu menantunya saat gadis itu sudah ada di dekatnya. "Cantik. Sangat cantik," menggenggam lembut tangan gadis kecil di depannya. "Mulai sekarang kamu akan menjadi bagian dari keluarga Ling," menarik gelang giok warisan keluarga yang telah ia kenakan puluhan tahun. "Saat ibu mu baru datang. Nenek juga memberikan gelang yang sama. Gelang ini telah di turunkan secara turun temurun selama beberapa generasi. Dan hanya ada sepasang."
Xiao Xinyi tidak menyangka dia akan di perlakukan dengan baik di keluarga Ling. Meskipun suaminya tidak memperdulikannya.
Nyonya besar Ling memakaikan gelang di tangan kiri cucu menantunya. "Nenek tahu kamu sudah menderita. Kami juga tidak dapat menebusnya. Hanya saja berharap kamu dapat bertahan dengan sifat suami mu yang kaku itu."
Gadis itu hanya tersenyum tipis memberikan tanggapan.
Nyonya utama Ling mengeluarkan kalung permata langka berwana merah delima di lehernya. Tanpa persetujuan dari menantunya dia langsung mengenakan pada leher Xiao Xinyi. "Xinyi, jangan sungkan jika kamu butuh sesuatu. Ibu akan selalu menyiapkan semua yang kamu inginkan. Ayah mu pagi tadi sudah lebih dulu berangkat ke istana karena ada panggilan darurat. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menemui menantunya. Ibu mewakili ayah mu untuk meminta maaf."
Xiao Xinyi meraih tangan ibu mertuanya. "Ibu tidak perlu meminta maaf. Menantu ini tidak merasa keberatan."
Dari arah pintu masuk Adipati Ling Yun datang dengan mengenakan brokat hitam berjahitkan benang emas membentuk kumpulan awan. Dia melirik kearah gadis muda di samping neneknya. Dia istri yang baru ia nikahi kemarin dan ia tinggalkan semalam. "Nenek, ibu."
Nyonya besar Ling menatap marah kearah cucunya. "Berlutut."
Adipati Ling Yun berlutut sesuai perintah neneknya.
Xiao Xinyi justru terkejut, dia bangkit ikut berlutut di depan Nyonya besar Ling.
Semua mata menatapnya.
"Xinyi, kenapa kamu ikut berlutut?" Nyonya besar Ling bangkit membantu cucu menantunya bangun.
"Nenek. Xinyi istri dari Adipati. Jika suami ku berlutut sebagai istri tentu harus mengikutinya," jawaban dari gadis itu membuat Nyonya besar Ling dan Nyonya utama Ling semakin merasa bersalah terhadap cucu menantu mereka.
Nyonya besar Ling menatap kearah Adipati Ling Yun. "Yichen, jika bukan karena istri mu. Aku sudah menghukum mu dengan tegas. Cepat bangun, aku tidak ingin cucu menantu ku ikut berlutut karena mu."
Adipati Ling Yun bangkit dari lantai menatap dingin kearah istrinya.
Xiao Xinyi bangun dari lantai duduk kembali bersama Nyonya besar Ling. Gadis itu menatap kearah suaminya tanpa ada perasaan kesal atau takut.