Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Tara dan Adrian terus bekerja mengikuti petunjuk dari pesan misterius yang muncul di tablet. Dengan setiap petunjuk yang mereka temukan, rasa cemas mereka semakin meningkat, tapi juga memberikan secercah harapan. Ada sesuatu yang aneh tentang semua ini. Sebuah perasaan bahwa mereka mungkin saja sedang dipermainkan, atau justru sedang diarahkan ke sesuatu yang lebih besar.
“Petunjuk ini makin aneh,” gumam Adrian sambil memperhatikan layar tablet. “Tapi sepertinya nggak ada pilihan lain selain kita ikuti.”
Tara mengangguk setuju, namun hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran. “Kita harus tetap waspada. Gue rasa kita sedang diuji. Entah oleh Sebastian atau orang lain, tapi yang jelas ini bisa jadi jebakan.”
Petunjuk-petunjuk yang ada membawa mereka pada serangkaian file rahasia yang terhubung dengan jaringan yang tampaknya dikendalikan oleh organisasi Sebastian. File-file tersebut mengungkap banyak informasi sensitif tentang operasi yang mereka jalankan, termasuk beberapa nama dan lokasi yang tampaknya sangat penting.
Adrian menyipitkan matanya saat melihat satu nama di dalam file. “Lo lihat ini? Nama ini sering muncul di banyak file yang kita akses. Sepertinya dia punya peran penting dalam organisasi ini.”
Tara melihat nama yang dimaksud. “Richard Van Der Zee. Nama yang cukup keren, tapi siapa dia? Kenapa dia begitu penting?”
Adrian menggeleng pelan. “Nggak tau, tapi sepertinya kita harus cari tahu lebih banyak tentang dia. Mungkin dia adalah kunci untuk membuka semua ini.”
Tara menatap layar tablet, merasa bahwa mereka mungkin saja telah menemukan sesuatu yang bisa mengubah permainan. Tapi ada sesuatu yang mengganggunya. Sebuah perasaan bahwa mereka sedang diarahkan ke suatu tempat, dan itu bukan tempat yang baik.
“Mungkin kita harus pelan-pelan dulu,” kata Tara akhirnya. “Gue rasa kita udah dapat banyak informasi, tapi gue takut kita malah jadi lebih terjebak kalau terus maju tanpa rencana yang jelas.”
Adrian merenung sejenak sebelum akhirnya setuju. “Lo benar. Kita nggak bisa gegabah. Kita harus pastikan kalau setiap langkah yang kita ambil bener-bener aman.”
Dengan keputusan itu, mereka memutuskan untuk menyimpan informasi yang mereka temukan untuk sementara waktu dan fokus pada bagaimana cara keluar dari tempat tersebut. Namun, mereka juga sadar bahwa Sebastian pasti sedang memantau setiap gerakan mereka, dan mereka harus sangat hati-hati dalam mengambil tindakan selanjutnya.
Keesokan harinya, Sebastian kembali menemui mereka. Kali ini, wajahnya menunjukkan ekspresi yang lebih serius dan dingin. “Sudah waktunya. Kalian sudah cukup waktu untuk bekerja. Sekarang tunjukkan apa yang sudah kalian temukan.”
Tara dan Adrian saling berpandangan. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dalam menyampaikan informasi ini. Jika mereka memberikan terlalu banyak, Sebastian mungkin akan memanfaatkan mereka lebih jauh. Tapi jika mereka memberikan terlalu sedikit, nyawa mereka bisa jadi taruhannya.
“Kita berhasil menemukan beberapa informasi yang mungkin lo butuhin,” kata Tara dengan hati-hati. “Tapi ada satu hal yang aneh. Kita nemuin banyak file yang menyebutkan nama ‘Richard Van Der Zee’. Siapa dia?”
Sebastian tampak terkejut mendengar nama itu disebut, namun dia segera menguasai dirinya kembali. “Itu bukan urusan kalian. Fokus saja pada tugas yang saya berikan.”
Adrian menatap Sebastian dengan tatapan tajam. “Kalau dia bukan urusan kita, kenapa namanya terus muncul di semua file penting? Lo jelas-jelas menyembunyikan sesuatu.”
Sebastian mendekat, menatap Adrian dengan mata yang penuh ancaman. “Kalian tidak berada dalam posisi untuk mengajukan pertanyaan. Kalian di sini untuk bekerja sama, bukan untuk mencari tahu lebih dari yang perlu kalian ketahui.”
Suasana ruangan menjadi sangat tegang. Tara bisa merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Dia tahu bahwa mereka telah menyentuh sesuatu yang sangat sensitif, sesuatu yang mungkin bisa mengancam nyawa mereka.
Namun, sebelum situasi semakin memburuk, Cassandra masuk ke dalam ruangan dengan ekspresi panik di wajahnya. “Kita ada masalah besar,” katanya, suaranya sedikit gemetar.
Sebastian segera beralih perhatian kepadanya. “Apa yang terjadi?”
“Kode yang mereka pecahkan—itu bukan hanya akses ke jaringan kita. Tampaknya ada pihak ketiga yang ikut campur. Seseorang telah memanipulasi sistem kita dan memanfaatkan mereka untuk mendapatkan akses ke informasi penting lainnya,” jawab Cassandra dengan nada putus asa.
Tara dan Adrian merasa jantung mereka semakin berdebar kencang. Jika apa yang dikatakan Cassandra benar, maka mereka mungkin telah dijadikan umpan dalam permainan yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.
“Siapa yang terlibat?!” Sebastian membentak, suaranya dipenuhi kemarahan.
Cassandra tampak gugup, mencoba mencari jawaban yang tepat. “Kami masih menyelidikinya, tapi tampaknya ini bukan dari luar. Ada indikasi bahwa ini adalah kerjaan orang dalam.”
Wajah Sebastian berubah menjadi gelap. “Kalian tinggal di sini,” katanya kepada Tara dan Adrian sebelum berbalik menuju Cassandra. “Kita akan bicarakan ini lebih lanjut.”
Setelah mereka berdua keluar dari ruangan, Tara dan Adrian duduk dalam keheningan. Mereka tahu bahwa situasi ini semakin tidak terkendali, dan mereka harus bertindak cepat sebelum semuanya semakin memburuk.
“Lo ngerti kan, Tar?” bisik Adrian. “Kita mungkin udah masuk ke dalam konflik internal mereka. Kalau kita nggak hati-hati, kita bisa jadi korban pertarungan mereka.”
Tara mengangguk, memahami betul apa yang sedang terjadi. “Kita harus segera keluar dari sini sebelum keadaan makin kacau. Mungkin kita bisa manfaatin situasi ini untuk kabur.”
Dengan pikiran yang penuh dengan rencana, mereka mulai mencari cara untuk melarikan diri. Mereka tahu bahwa waktu mereka semakin sedikit, dan bahwa setiap detik yang berlalu bisa menjadi penentu hidup dan mati.
Tara dan Adrian akhirnya memutuskan untuk memanfaatkan ketegangan antara Sebastian dan Cassandra untuk mencari celah. Mereka terus memantau situasi, mencoba memahami dinamika yang sedang terjadi di antara para anggota organisasi tersebut.
Namun, mereka juga sadar bahwa langkah mereka berikutnya harus sangat hati-hati. Mereka berada di tengah-tengah permainan yang sangat berbahaya, dan satu kesalahan saja bisa mengakhiri hidup mereka. Tapi, seperti biasa, mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Mereka akan terus berjuang, mencari jalan keluar dari situasi ini, apapun yang terjadi.