ANGST, MELODRAMA, ROMANCE
Davino El-Prasetyo memutuskan bahwa dia tidak akan mencari yang namanya 'cinta sejati'. Bahkan, dia menginginkan pernikahan palsu. Pada suatu malam yang menentukan, Nadia Dyah Pitaloka, yang mengenalnya sejak masa kuliah mereka, mengaku pada Davino bahwa dia ingin ikut serta dalam perjodohan yang tidak bergairah itu.
Masalahnya adalah... dia sudah lama naksir pria itu!
Bisakah dia meyakinkannya untuk jatuh cinta padanya...?
Atau akankah pria itu mengetahui niatnya yang tersembunyi...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afterday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Transfer Uang
Kata-kata manis itu mengalir begitu saja dari mulut Davino. Raut wajahnya begitu tenang dan nyaman. Senyum di bibirnya tidak menunjukkan jejak sinisme seperti biasanya. Seolah-olah dia sedang melihat seseorang yang benar-benar dicintainya. Kehangatan tatapan itu membuat jantung Nadia berdebar.
Davino mengulurkan tangan untuk meraih pergelangan tangan Nadia sekali lagi. Setiap kali kulit Davino menyentuh kulitnya, perasaan yang tak terlukiskan itu kembali muncul di tubuh Nadia. Dia melupakan semua yang ada di sekelilingnya—bahkan perjalanan waktu—saat Davino menatapnya. Tapi itu hanya berlangsung sesaat…. Davino melepaskan tangan Nadia dan menghapus ekspresi hangat dari wajahnya.
“Lihat?” kata Davino. “Aku bisa menjadi aktor yang sangat meyakinkan.”
Nadia kembali ke dunia nyata. Tempat yang disentuh tangannya mendingin secepat saat dia memanas.
Itu adalah akting yang sesungguhnya…. Penampilan Davino cukup kuat untuk menipu Nadia bahkan ketika dia tahu apa yang Davino lakukan.
“Jangan khawatirkan aku, Nadia. Aku bahkan lebih putus asa agar ini berhasil daripada kamu.” Davino melanjutkan dengan tenang. Kepalanya sedikit miring sejenak, lalu dia berbicara lagi. “Bibiku masih memiliki banyak orang di perusahaan. Kita harus tetap beraksi di dalam dan di luar kantor. Jika kamu menikah denganku, kamu tidak akan bisa menjalani kehidupan lajang yang bebas seperti sebelumnya. Dan aku tidak yakin bagaimana keadaan setelah kita bercerai.” Tatapannya menajam ke arah Nadia. “Apakah kamu masih ingin menikah denganku? Apakah kamu yakin tidak akan menyesal?”
“Ya,” jawab Nadia dengan mantap.
“Dan kamu tidak keberatan jika aku menjadi pasanganmu?”
“Aku menyukaimu,” kata Nadia tanpa ragu-ragu.
Setelah mendengar alasannya, Nadia semakin ingin berada di sisinya. Keputusan Nadia mungkin terdengar bodoh dan juga berisiko seperti melompat dari tebing yang tinggi, tapi dia ingin bersamanya. Dia tidak ingin Davino melakukannya sendirian.
“Aku tidak akan menyesal.” Suaranya penuh dengan kepastian. Mendengar kata-katanya, api di mata Davino semakin membara.
...* * *...
Malam itu, Nadia kembali ke apartemennya, berbaring di tempat tidurnya, dan menarik napas dalam-dalam. Semuanya terjadi begitu cepat. Ini benar-benar yang terbaik, bukan? Semua kekuatan yang dia tunjukkan di depan Davino melebur menjadi genangan-genangan kecemasan saat dia sendirian.
Apakah dia benar-benar bisa melakukannya? Dia sangat takut untuk menunjukkan semua perasaannya. Apakah dia benar-benar bisa bersikap seperti kekasih Davino? Dan apakah dia bisa membuatnya benar-benar bahagia, bukan hanya untuk pertunjukan? Nadia khawatir tentang semua itu.
“Tidak, kamu bisa melakukannya,” katanya dengan suara lantang.
Bzzzt. Pada saat itu, ponselnya bergetar. Nadia bergegas memeriksanya, mengira itu mungkin dari Davino. Namun, pesan itu bukan dari calon suaminya.
[Bank Merdeka] 4/11 20:38 1003-442-****** Transfer 500.000.000
Nadia hanya menatap layar ponselnya. Terlalu banyak angka nol untuk dipahami.
“Apa…” gumamnya. Delapan angka nol… 500 juta rupiah? Tentu saja, dia tahu siapa yang mengirimnya—Davino.
Bahkan 250 juta rupiah yang aku minta saja sudah mengejutkan, tapi 500 juta rupiah? Dua kali lipat dari yang diberitahukan. Nadia pikir pasti ada kesalahan, jadi dia meneleponnya.
Ini adalah pertama kalinya dia menelepon Davino. Dia memiliki nomor teleponnya, tetapi dia hanya pernah mengiriminya pesan singkat yang berhubungan dengan klub. Nadia tidak memiliki keberanian untuk meneleponnya.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk ragu. Davino telah mengiriminya 500 juta rupiah. Setiap kali telepon berdering, Nadia semakin cemas. Bibirnya terasa kering. Telepon tidak berdering lama sebelum suara seorang pria menjawab.
“Oh, Nadia.”
Panggilan telepon pertama mereka. Davino menjawab bukan dengan Halo. Suaranya terdengar begitu manis sehingga, untuk sesaat, Nadia melupakan jumlah uang yang luar biasa yang baru saja masuk ke akun rekening banknya. Saat dia mengumpulkan akal sehatnya, dia mendengar pria itu berbisik kepada seseorang di seberang telepon.
“Aku akan segera kembali, Bibi Firda. Aku hanya akan menerima telepon ini sebentar.”
Mendengar suaranya, Nadia langsung mengerti situasinya. Davino sedang berada di rumah sakit dengan bibinya yang tengah terbaring sakit di sampingnya. Itulah mengapa suaranya terdengar begitu penuh kasih saat menjawab.
Davino menerima telepon dari wanita yang akan dinikahinya, wanita yang dia pura-pura cintai. Babak pertama dari drama itu sudah dimulai. Nadia mendengar langkah kakinya, dan kemudian Davino berbicara lagi.
“Maaf,” kata Davino. “Aku sedang keluar untuk mengurus sesuatu.”
Kehangatan dalam suara Davino sudah menghilang. Terkejut, Nadia lupa alasan mengapa dia menelepon. Bibirnya terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar.
“Nadia, apa kamu di sana?”
“Ya, senior,” jawab Nadia cepat.
“Ada apa?”
Mendengar suaranya yang keras dan seperti seorang pebisnis, Nadia menarik nafas panjang sebelum berbicara. “Aku melihat kamu sudah mentransfer uangnya ke rekeningku.”
“Oh, baguslaj.”
“Aku memintamu untuk mengirimkannya setelah pernikahan.”
“Kamu membutuhkannya sekarang, dan aku punya uangnya. Apakah ada alasan mengapa harus menunggu sampai pernikahan?”
Apakah dia mencoba untuk bersikap perhatian? Apakah dia khawatir Nadia akan mengalami kesulitan tanpa uang itu? Mereka memiliki perjanjian yang ketat, tetapi yang mereka lakukan hari ini hanyalah membicarakannya. Bagaimana jika Nadia tidak menindaklanjuti kontrak itu? Bagaimana Davino bisa mengirim begitu banyak uang, begitu saja…?
“Kenapa kamu sudah mengirimkan uangnya? Bagaimana jika aku mengambil uang itu dan menghilang?” tanya Nadia.
“Kamu?” jawab Davino sambil tertawa pelan. Nadia bisa mendengar hembusan udara dan tawa yang tidak asing lagi. “Nadia, ayolah…. Kamu? Melarikan diri membawa uangku? Itu pasti lucu.”
“Itu tidak lucu, senior,” kata Nadia dengan suara masam.
“Aku lebih pandai membaca pikiran orang daripada itu,” kata Davino. “Saat ini, kamu sedang memeriksa karena uang itu mengejutkanmu, kan? Itu sangat mirip denganmu. Jika kamu ingin menghilang, kamu pasti sudah menghilang.”
Yah, dia benar tentang hal itu. “Tapi… tetap saja.” Nadia merasa tidak enak. “aku hanya butuh 250 juta rupiah. Kenapa….”
“Aku tidak tahu detailnya,” kata Davino, melanjutkan, “tapi aku membayangkan sangat mahal bagi seorang wanita untuk mempersiapkan pernikahan.”
Nadia pikir dirinya mendengar Davino mendesah pelan. Dia tidak tahu apakah Davino kesal atau prihatin.
^^^To be continued…^^^
Bisa jadi Davino juga tidak menyadari bahwa ada cinta di depannya karena pemikirannya sendiri
Nadia berani memulai lebih dulu
sama² menjalani cinta dalam diam maybe