NovelToon NovelToon
Jevan Dan Para Perempuan

Jevan Dan Para Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / Showbiz / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.

Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.

Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Karen Yang Tak Jadi Kecewa

"Ya, aku yakin kau dengar ucapanku barusan"

"Jadi Jevan adalah... "

"Iya, dia adalah pria panggilan, sebut saja begitu"

Karen menutup mulutnya karena terkejut. Ia tahu ada yang berbeda dengan Jevan sejak pertama ia bertemu dengan Jevan, tapi ia memang memutuskan untuk mengabaikannya. Jevan mendengar keributan di luar kamar yang telah ia booking bersama kliennya. Setelah keluar dari kamar, Jevan terkejut mendapati Karen yang ada di sana sedang berdebat dengan Nino.

"Ka... Karen?"

"Iya, Jevan. Aku Karen. Terima kasih karna masih mengingatku. Aku kebetulan melihatmu di mall tadi dan memutuskan untuk mengikutimu kesini, tapi pria ini menghalangiku dan memberitahu aku tentang pekerjaanmu. Sekarang aku jadi tahu kenapa kau belum menghubungi aku. Jadi berapa yang harus ku bayar agar aku bisa bersenang-senang denganmu, Jevan?"

"Ayo ikut denganku, Karen. Nanti aku jelaskan"

"Tunggu dulu, kau pikir kau bisa pergi begitu saja, Jevan? Tentu saja tidak bisa! Kembali ke dalam atau kutendang bokongmu!"

"Tenang saja, Nino. Aku akan bayar ganti ruginya nanti!"

"Jevan, aku bilang kembali kesini sekarang juga!"

Jevan tak menyahut karena ia sudah berjalan cukup jauh menuju lift sambil memegangi lengan Karen. Wanita yang tadi bersama Jevan lalu muncul sambil memegangi pintu dan memanggil Nino.

"Lady, aku sungguh minta maaf atas perbuatan Jevan"

"Tidak apa. Tadi Jevan juga sudah bilang padaku soal ganti rugi. Tapi masalahnya aku sedang dalam kondisi siap. Kau mengerti maksudku kan?" Ucap wanita bernama Lady tersebut sambil memasang senyum genit di wajahnya.

"Iya, aku mengerti maksudmu"

Usia Lady sepertinya hanya terpaut beberapa tahun dengan Nino.

"Jevan sudah memberitahu aku kalau ia akan membayar ganti rugi. Tapi, aku takkan meminta itu kecuali kau mau menggantikan Jevan untukku"

"Aku?"

"Ya, kamu Nino. Aku janji takkan mengeluh asalkan kau bisa mengimbangi permainanku"

Nino menelan ludahnya. Ia tak pernah melakukan ini sebelumnya, tapi bagian lain dari dirinya merasa tertantang untuk melakukannya.

"Baiklah. Ayo"

Jawaban singkat dari Nino sudah cukup membuat Lady merasa senang. Ia lalu menggandeng lengan Nino sebelum masuk ke dalam kamar.

***

Jevan dan Karen sudah berada di taksi menuju hotel tempat Karen menginap. Ekspresi di wajah Karen masih terlihat kesal karena ia baru saja mengetahui pekerjaan Jevan.

"Beritahu aku, berapa aku harus membayarmu agar aku bisa bersenang-senang denganmu, Jevan?"

"Tidak ada, Karen. Aku menggodamu karna aku memang menyukaimu, bukan karena pekerjaanku"

"Maaf, tapi aku sulit mempercayai itu, Jevan"

"Aku tahu, Karen. Tapi aku akan membuktikan padamu kalau aku mendekatimu atas keinginanku sendiri. Aku juga manusia, Karen. Sama sepertimu. Tapi aku memang tak mempunyai kebebasan yang sama seperti orang lain" Ucap Jevan sambil menghela nafas.

"Oh, Jevan... "

"Jangan mengasihani aku, Karen. Lebih baik kita bersenang-senang tanpa memikirkan pekerjaan kita masing-masing. Setidaknya untuk malam ini"

"Baiklah, Jevan. Aku setuju"

Karen mulai tersenyum dan Jevan membalasnya dengan memberikan kecupan ringan di bibir Karen. Tak lama kemudian, mereka tiba di hotel tempat Karen menginap.

***

Keesokan harinya di pagi hari, Karen masih tidur dengan senyum di wajahnya. Jevan puas memandangi wajahnya. Ia mungkin akan sulit untuk punya pacar, tapi ia akan menikmati beberapa hubungan singkat seperti ini.

Jevan sengaja mematikan ponselnya semalam, tapi kini ia mulai menyalakan kembali ponselnya. Jevan pikir Nino mungkin saat ini sedang mencarinya kemana-mana. Tetapi ketika ia melihat pesan di ponselnya, ia mengerutkan keningnya karena ia tak menemukan satupun pesan dari Nino. Ini benar-benar tak seperti biasanya. Tapi Jevan malah bergidik ngeri karena ia takut setelah pulang nanti Nino akan menyambutnya di rumah dengan tatapannya yang seram.

Ada beberapa kali miss call di ponselnya, tapi itu semua adalah panggilan dari ibunya. Jevan menepuk keningnya. Ia lupa memberitahu ibunya kalau ia menginap bersama Karen. Karena setau ibunya, Jevan akan pulang ke rumah. Tak ingin membuat ibunya merasa lebih khawatir lagi, Jevan lalu memutuskan untuk menelepon ibunya. Biasanya ibunya tidak akan mengangkat karena ia baru tidur di dini hari dan baru bangun di siang hari. Tetapi telepon Jevan di angkat pada deringan kedua.

"Jevan, kamu dimana? Mommy begitu khawatir. Nino juga tak terlihat sejak semalam"

"Nino?"

"Iya, apakah dia sedang bersama kamu?"

"Semalam iya, tapi sekarang tidak, mommy"

"Maksudnya gimana, Jev?"

Jevan lalu menjelaskan apa yang telah terjadi semalam. Setelah ia dan Karen meninggalkan Nino, Jevan memang tak tahu lagi kemana Nino pergi.

"Aneh, ini tak pernah terjadi sebelumnya. Tak biasanya ia tak seceroboh ini. Apa mungkin karena mommy semalam sedang tidak bertugas ya jadi ia tak muncul untuk mengawal dan mengawasi salah satu dari kami?"

"Mungkin juga. Atau mungkin ia sedang ada keperluan dengan orang lain. Tapi sepertinya kalau nanti aku pulang ia akan membunuhku" Jevan meringis ngeri ketika mengucapkan kata-kata itu.

'Ya, ini kan salahmu juga karena tak menuruti Nino dan lebih memilih pramugari itu daripada Nino"

"Mommy, aku tau aku salah. Tapi sesekali aku ingin memilih wanita yang ingin aku kencani"

"Biar mommy tebak, klien kamu pasti umurnya lebih tua ya?"

"Bukan hanya itu, dia juga banyak menuntut"

Jevan tersentak ketika ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya. Atau lebih tepatnya seseorang. Ia memang sedang menelepon mommy-nya sambil duduk di tempat tidur di sebelah Karen. Sepertinya Karen sudah bangun dan sedang sibuk meraba-raba tubuhnya.

"Eh mommy, sudah dulu ya. Nanti kita bicara lagi kalau aku sudah di rumah"

"Baiklah, hati-hati Jevan. Kamu tau kan maksud mommy?"

"Yes, mommy. Bye... I love you... "

"I love you too, son"

Jevan kemudian menyibakkan selimut untuk memergoki Karen.

"Anak kesayangan mommy ya ternyata?"

"Ya, begitulah. Karena aku anak satu-satunya dan kami tinggal berdua jadi kami dekat satu sama lain"

"Jevan, aku memang belum tanya umurmu tapi sepertinya kamu masih muda ya?"

"Iya, dan sepertinya kamu lebih tua dariku ya?"

"Memangnya keliatan ya? Belum ada kerutan kan di wajahku?"

Jevan tertawa melihat wajah cemas Karen, tetapi kemudian ia terdiam.

"Jangan khawatir, belum terlihat kerutan kok di wajahmu. Tapi aku yakin kamu masih akan terlihat cantik walaupun ketika tua nanti akan muncul kerutan di wajahmu"

"Ah, kamu bisa aja. Tadi kamu ketawa trus diam. Apa ada yang kamu pikirkan?"

"Ada, banyak. Aku memang masih muda, tapi kadang aku merasa sudah tua"

Karen kemudian memeluk Jevan.

"Apapun yang telah kamu lalui di masa lalu, aku harap bisa menghiburmu dengan pelukan dariku, Jevan"

"Thanks, Karen. Kamu baik sekali"

"Aku tak sebaik itu, Jevan. Kamu juga sepertinya tau kalau aku sudah tak vir*in lagi"

"Iya, aku tahu. Itu tak masalah bagiku. Sama kan aku juga begitu"

"Duniaku sebenarnya juga tak seindah yang orang lain pikirkan"

"Aku tahu, Karen. Sekarang giliranku untuk menghibur kamu dengan memelukmu"

Mereka terdiam cukup lama, setelah itu mereka saling membersihkan diri lalu keluar dari hotel untuk mencari tempat dimana mereka bisa sarapan bersama.

***

Karen ikut mengantarkan Jevan sampai di rumah susun tempat Jevan dan ibunya tinggal. Sebelum masuk, Jevan kembali memeluk Karen.

"Terima kasih, Jevan. Walau kita tak bisa menjalin hubungan serius, tapi aku takkan melupakanmu"

"Aku juga, Karen. Jaga dirimu baik-baik ya"

"Kamu juga ya. Bye... "

"Bye... "

Sebelum masuk ke dalam rumah, Jevan sudah merasakan sesuatu. Ternyata ia benar. Nino berdiri tak jauh dari pintu rumah Jevan. Ia terlihat santai dengan bersandar di dinding. Ekspresinya sulit untuk di artikan. Kemudian ia mengucapkan sesuatu.

"Aku anggap kita kali ini impas, Jevan. Kau tak perlu ganti rugi soal semalam"

Jevan mengerutkan keningnya tanda ia tak mengerti maksud ucapan Nino.

1
Ryan Hidayat
who???
Out on Corner: jawabannya ada di bab yang aku post hari ini ya 🙏
total 1 replies
anggita
klo lagi gugup... kadang juga bisa gagap😁
Out on Corner: /Grin/
total 1 replies
anggita
like👍+☝☝iklan.
anggita
🔥❤Louisa.. 😘Jevan... Jennie😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!