NovelToon NovelToon
Jejak Kelabu

Jejak Kelabu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lili

Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Flashback 6 Tahun Yang Lalu: Mematikan Rasa

...•...

...•...

...•...

...~Selamat Membaca~...

...°°...

Esok paginya di sebuah ruangan kampus. Menunggu dosen mata kuliah hari ini dan meninggu kedua sahabatnya datang Liona sudah duduk dengan membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan kampus juga sudah mencarikan tempat duduk untuk kedua sahabatnya itu.

Buku yang sudah dipinjamnya 2 hari yang lalu. Buku yang sempat dibacanya. Buku sesuai dengan mata kuliah hari ini. Membaca buku untuk menambah referensinya serta menyembunyikanrasa sakitnya dengan hal-hal yang lebih positif.

Tempat duduk yang dibentuk dengan huruf "U". Entah sengaja atau tidak Lionel duduk berhadapan denganku. Disampingnya ada Aura dan beberapa teman nongkrong Aura dan Lionel. Mengabaikan pandangan Lionel yang terasa aneh sejak tadi melihat Liona. Liona menfokuskan bacaan yang menurutnya lebih penting dari pada dia.

Tadi malam Liona menyakinkan dirinya sendiri. Berbicara lewat cermin dengan pantulan kacanya memberikan pemberitahuan bahwa dia harus mematikan rasa kepada Lionel. Perasaan itu harus segera dihapuskan karena menganggu Liona. Liona berusaha lebih menfokuskan kuliahnya dibanding masalah perasaan ini.

Liona sebenarnya kurang enak badan karena pulang kuliah dengan hujan-hujanan. Meskipun begitu dia tetap memaksa masuk kuliah walaupun sebenarnya tadi ibunya menyarankan agar Liona izin saja tapi Liona tidak mau karena sayang jika tidak masuk.

Menyakinkan ibunya bahwa dia baik-baik dan memberitahu bahwa dia sudah minum obat dan sarapan walaupun dia tidak berselera tapi Liona memaksa agar Ibunya tidak khawatir terhadapnya.

Ditengah kegiatanku membaca. Eka dan Farika duduk menghampiriku dan mengambil tempat duduk di kanan dan kiriku.

"Liona.... kok kemarin nggak hubungin kita, kemarin kita khawatir lho, Sampai di kos aku inginnya mau nyusul kamu tapi karena hujan deras aku mengurungkan niat buat nyusul kamu." Ujar Farika

"Maaf, kemarin ternyata baterai hpku habis dan lupa tidak mengecharge nya." jawab Liona

"Liona kamu sakit, pucat banget wajahmu badannmu juga panas." Eka yang pertama menyadari keadaanku.

"Eh iya nih, pucat banget kamu, ya ampun panas banget, matamu juga kelihatan sembab. Kamu habis nangis ya?" kata Farika sambil meletakkan tanganya keningku.

"Nggak ah, sembab ini karena pulangku kehujanan bukan karena nangis ini tadi badanku panas karena tadi kena panas matahari." jawab Liona sedikit berbohong karena tidak ingin temannya terlalu khawatir terhadapnya.

Padahal sebelum berangkat tadi Liona sudah mengoleskan perona bibir dan wajahnya agar tidak terlihat pucat. Memang sejak bangun tidur dia merasa panas dibadannya. Apalagi mata yang terasa bengkak karena semalaman menangis.

Kalau tidak masuk kuliah dia nanti hanya istirahat di rumah dan akan teringat kembali kejadian apa yang dilihatnya kemarin sore itu.

Syukurnya hari ini jadwal kuliahnya dimulai agak siang. Di rumah memiliki waktu untuk mengompres matanya untuk mengurangi sembab di mata.

"Liona kamu jangan sok kuat tahu, ada kita, kamu nggak nganggep kami sahabat apa...." kata Farika

"Iya Liona, pulang aja di kosan aku dan Farika ya, nanti kamu bisa istirahat di sana gimana?" kata Eka

"kalian itu sahabat aku. ah nggak sakit aku cuma kurang enak badan aja karena kemarin pulang hujan-hujanan, makasih banyak lho perhatiannya. Nanti sekiranya aku beneran nggak enak badan tawaran kalian aku ambil ya...." kataku sambil mencoba tersenyum.

"Beneran, awas kalau nggak terus nahan-nahan sakitnya aku nggak mau temenan sama kamu lagi." kata Eka mengancam walupun kutahu dia hanya bercanda. Itu sebagai wujud khawatirkan Liona.

Liona menjawab dengan menganggukkan kepalanya pelan.

Dosen yang ditunggu pun datang. Kegiatan pembelajarannya dimulai. Liona mulai menfokuskan pikirannya terhadap materi kuliah hari ini.

Akhirnya waktu istirahat tiba. Dia dan kedua sahabatnya keluar ruangan bersama. Karena masih ramai dan pasti akan berdesak-desakan keluar. Kami memutus untuk menunggu. Selepas agak renggang kami mulai berjalan keluar.

Menuju lift kami berniat turun dengan lift. Terdapat 2 lift di gedung ini. Liftnya bersisian. Yang juga memakai hanya di kelas kami. Mungkin kelas lain juga masih ada jam mata kuliah. Jadi kami tidak terlalu menunggu lama.

Waktu kami menunggu lift ada Lionel, Aura, dan teman-temannya berjalan mendekati lift. Aku tidak begitu dekat dengan mereka meskipun mereka teman sekelas. Hanya dengan Eka dan Farika aku nyaman berbincang dan berkomunikasi. Bukan karena benci kepada mereka karena Liona termasuk orang yang pendiam.

Menunggu lift terbuka dilantai kami. Terdengar Eka dan Farika mengobrol, mengobrol biasa dengan teman yang lain. Liona tidak ikut nimbrung. Tiba-tiba denyutan di kepala mulai terasa. Badanya terasa dingin dengan bulir-bulir keringat mulai membasahi wajah Liona.

Mengambil tisu yang ada di saku ranselnya dan mengelap wajahnya untuk menghilangkan bulir keringat di wajah.

"Lionel tunggu, jangan cepet-cepet gitu jalannya." suara manja Aura yang sengaja dikeraskan mengitrupsiku. Mungkin agar semua tahu bahwa Lionel adalah kekasihnya.

Toh terserah juga sebenarnya, mau sekalian diumumkan lewat mikrophone Liona mencoba tidak peduli. Aku ingin lift segera terbuka dan aku ingin segera duduk atau ke kosan Eka dan Farika.

"Apaansih." suara benada ketus yang dikeluarkan Lionel yang membuatku tertegun, syok karena baru pertama kali aku tahu Lionel bisa mengeluarkan nada ketus seperti itu. Aku menoleh kepadanya dan tidak sengaja menaikkan salah satu alisku. Lionel melirikku sebagai balasan tatapanku.

kemarin padahal mesra-mesraan sekarang marah-marah batin Liona.

Ting, suar lift terbuka. Ternyata kedua lift terbuka yang 1 kosong dan sebagian lagi sudah terisi. Lift yang kosong diisi dengan Aura dan teman-teman dekatnya mungkin Lionel memasuki lift yang sama dengan Laura toh mereka pasangan kekasih juga.

Liona lebih memilih lift yang satunya yang sudah berisi sebagian meskipun itu diisi dengan kumpulan mahasiswa laki-laki. Sebenernya tidak nyaman tapi lebih tidak nyaman lagi jika aku satu lift dengan mereka. Ingin aku turun dengan tangga tapi karena badanku tidak memungkinkan aku melakukan itu terpaksa akhirnya. Lift ini mungkin diisi 4 sampai 5 orang masih cukup. Liona masuk diikuti dengan Farika dan Eka.

Ketika pintu lift akan tertutup. Lift terbuka kembali, pikir Liona apa karena kepenuhan soalnya kalau liftnya terlalu penuh atau mengangkut terlalu berat maka akan terbuka sendiri.

Ternyata ada yang menekan tombol dari luar. Lionelah tersangkanya, Liona pikir Lionel masuk di lift satunya. Dia segera masuk dan liftpun menutup pintu kembali. Terasa lift bergerak turun.

Liona, Farika dan Eka berada di bagian belakang lift dengan Liona berasa dipojok belakang. Dengan mengucap maaf dan permisi kepada pengguna lift yang lain Lionel menghampiri kami di belakang dan berdiri depanku dan Farika.

"Loh, Lionel aku kira kamu tadi naik lift satunya bareng Rion, Willi, Aura dan teman-teman." kata Eka

Aku lebih memilih menunduk memperhatikan sepatuku yang lebih menarik untuk diperhatikan daripada orang yang berasa di depanku dan Farika ini.

"Ingin sama kalian aja, boleh nggak." kata Lionel mencuri pandang ke arah Liona sambil tersenyum jahil ke pada Farika dan Eka.

"Ya nggak boleh lah, kami itu kumpulan cewek-cewek, kalau kamu ngerubah dirimu jadi cewek baru boleh." Jawab Farika

"Lah kok gitu, harus ada 1 cowok biar ada yang jaga kalian." kata Lionel kembali.

"Idih, kami bisa jaga diri kamu sendiri ya..." jawab Farika

"Kalau mau gabung sama kamu bayar 100 ribu." kata Eka. Aku menoleh kepada Eka. Menatapnya seolah bertanya apa maksudnya. Walaupun Liona tahu itu bercanda. Dia seolah mengerti dan menjawab dengan menghendikkan bahunya.

"Oke deal kalau gitu, kata-kata nggak boleh ditarik lagi lho ya." kata Lionel

Yang awalnya Liona menoleh kepada Eka aku segera berganti kepada Lionel. Aku mendongakkan kepalaku kearahnya karena Lionel lebih tinggi kepadaku aku dan Lionel membalas tatapanku dengan menunduk.

"Bolehkan Liona." kata Lionel sambil tersenyum kepadaku

Sebelum sempat di jawab tidak mau oleh Liona. Gerakan aneh dengan suara berdebum di lift dan lampu lift tiba-tiba padam. Kami di dalam sangat syok. Eka dan Farika berteriak ketakutan. Erika dan Farika saling berpelukan. Gerakkan aneh yang timbul dari lift berakibat Kami saling bersenggolan.

Mereka yang berada di lift mencoba membuka paksa pintu lift. Mendobrak-dobrak pintu lift sambil berteriak dan menekan semua tombol di lift. Yang lainnya menyalakan Hp untuk menghubungi pihak luar mencari pertolongan.

Meskipun lampu padam ada sinar dari hp yang bisa Liona lihat. Liona merasakan kedua tangan yang mengurung badannya, Liona memejamkan matanya dengan badan bergetar, dia merasa takut, tidak tahu siapa itu. Karena panik tanpa sengaja Liona meremas baju bagian pinggang yang dipakai di depanku untuk mengurangi kepanikannya. Liona seperti kesulitan bernapas. Nafasnya keluar tersegal-segal. Orang yang didepannya seperti mengetahui itu

"Bernapas Liona, nggak papa remas bajuku, Jangan takut Liona ada aku."

Suara lirih Lionel yang menenangkan yang hampir terdengar bisikan yang terasa dekat di telingaku. Tanpa menjawab Liona dengan gerakan refleks melepaskan tangannya dari bajunya karena gerakan cepat tadi pusing kembali menyerangnya.

Suara berdebum dengan lift turun yang tersedat membuat kami yang berada di dalam lift bergoyang.

Pusing suara lirihan Liona yang terdengar oleh Lionel. Dengan sigap Lionel memeluk Liona. Liona memberontak mendorong tubuh Lionel agar menjauh dari dirinya. Mungkin karena tenaganya yang lemah atau tenaga Lionel yang kuat dorongan Liona tidak berefek apa-apa kepadanya. Memberanikan diri Liona berbicara kepada Lionel.

"Lepasin aku," bisiknya tajam kepada Lionel

"Nggak akan." jawab Lionel tegas

Karena badannya sangat lemas dan pusing yang menderanya mengurungkan niat itu. Liona merasakan ada sebuah pelukan yang membukus dirinya. Mendekap kepala dengan kepalanya bertumpu dikepalanya dan pinggangnya dipeluk.

"Karena kamu" Liona tidak membuka suara hanya dia jawab Liona dari hati.

"Liona sebenarnya aku itu waktu awal kita ketemu....."

"Hari ini kamu nampak berbeda Na, apa karena kamu sakit. Wajah kamu pucat hari ini. Kemarin aku lihat kamu hujan-hujanan. Kenapa kamu hujan-hujanan kemarin hem?"

"Karena kamu" Liona tidak membuka suara hanya dia jawab Liona dari hati.

"Liona sebenarnya aku itu waktu awal kita ketemu....."

"Lepasin aku Lionel" aku tidak mau mendengar apa yang dikatakan Lionel. Lionel tidak menjawabnya.

Kedua sahabat Liona dan mahasiswa lain yang terjebak dilift tidak menyadari apa yang dilakukan Lionel terhadap Liona karena fokus bagaimana cara mereka akan keluar.

"Jangan sentuh aku."

"Tahan sebentar Liona kita pasti segera keluar, Maaf Liona aku hanya ingin membantumu, nanti kamu boleh marah dan pukul aku." Suara lembut Lionel menyambut lalu mencoba memegang tangan Liona dengan hati-hati menuntun untuk mengarahkan ke dadanya dan pelukannya terasa makin erat. Posisi tak pernah berani Lionel bayangkan kini ia lakukan. Meskipun Liona bergerak-gerak ingin melepaskan

"Ada Aku Liona, ada aku." Bisik Lionel

Suara detak jantungnya sungguh memburu seperti detak jantungku mungkin dia juga sama paniknya dengan Kami yang terjebak.

"Farika dan Eka, kalian tenang ya, ini pasti pertolongan segera datang." kata Lionel menenangkan kedua sahabatku.

Karena pusing dan lemasnya tanpa sadar Liona bersandar kepada Lionel. Lionel merasakan itu dia merasa bahagia tersenyum sendiri ternyata musibah ini membawa dia bisa dengan dekat dengan Liona.

"Gimana merasa lebih baik." katanya berbisik kepadaku

"Iya." Jawab Liona lirik mengganggukan kepalanya.

Lionel tersenyum melihat tingkah laku Liona. Karena terbawa suasana mengecup pucuk kepala Liona. Mengelus rambut mencoba memberikan ketenangan kepada Liona dan sambil memeluk Liona dengan sayang.

"aku mohon lepaskan aku Lionel" bisik Liona memohon

"Nggak sekarang, nanti Liona."bisik Lionel

"Jangan kayak gini, kamu punya kekasih Lionel."bisik Liona

"Aku nggak punya."

"Bohong."

"Demi Tuhan Liona aku nggak punya."

"Kamu dan Aura pasangan kekasih kan...."

"Kamu hanya teman."

"Teman, Sejak kapan namanya teman saling berciuman." kata Liona sinis

"Kapan aku berciuman deng...." Lionel mengehentikan ucapannya

"Yang berlari waktu sore itu kamu Na?"

"Kalau iya," jawabku sambil tersenyum sinis menutupi rasa sakitku ketika memori dalam ingatanku kembali berputar.

"Liona kamu salah paham, Aku nggak berciuman sama Laura aku...."

Suara Lionel aku potong...

"Tapi aku lihat dengan kedua mataku sendiri kalian berpelukan."

"Kalau berpelukan memang jujur benar tapi Aura ya...."

"Berarti benarkan...."

"Dengerin penjelasanku dulu Na"

"Buat apa dengerin penjelasanmu hah, Toh kita nggak punya hubungan apa-apa, terserah kamu mau pacaran sama siapa terserah." Entah dari kekuatan mana Liona bisa memiliki keberanian berbicara dengannya.

"Liona sebenarnya aku jatuh ci...."

Syukur ada suara dari luar, meminta kami yang di dalam untuk tenang dan mencari bantuan.

Akhirnya kurang lebih 1 jam akhirnya pintu lift bisa terbuka. Cahaya dari luar langsung masuk dari sini. Lionel tidak meneruskan perkataannya tadi.

Terpaksa Lionel melepaskan pelukannya. Dengan posisi masih berhadapan mereka saling berpandangan seperti berkomunikasi lewat mata. Liona yang memutuskan tatapan. Sebelum akhirnya Lionel membalikkan badannya.

Suara heboh dari luar lift menyambut orang yang terjebak di lift. Liona segera mendekati kedua sahabatnya. Dan meminta izin kepada kedua sahabatnya untuk istirahat di tempatnya. Mereka setuju sebelumnya membeli makan akhirnya mereka di kos. Mempersilahkan untuk Liona istirahat.

Semoga dengan tidurnya ini bisa melupakan kejadian tadi.

1
Lili
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.

I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.


Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.


Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
Lili
💪💪💪
Lili
semangat
Lili
semangat terus jangan malas-malasan
Lili
ayo terus berkarya
Lili
tetap berkarya
Lili
tetap fighting
Lili
jangan menyerah
Lili
semangat 💪💪💪
Lili
semangat ya 😇
Lili
👍💜💙💚♥️💛
Lili
semangat jangan pantang menyerah
Lili
💛💪
Lili
terus berkarya ya
Lili
💪💪💪💪
Lili
semangat jangan menyerah
Lili
jangan malas-malasan
Lili
harus benar-benar kuat
Lili
semangat ya
Lili
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!