NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:868
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Rumah Duka

Rumah penuh ramai dengan balutan duka. Syifa duduk termenung di antara ramainya orang-orang yang datang untuk melayat. Pikirannya kosong dengan tatapan ke kamar Anna yang kini akan kosong dan tak berpenghuni.

Kevin tengah tertidur ditemani kakek dan neneknya. Kepergian Anna, tentu Kevin memahaminya. Namun ia masih sering menanyakan mengapa Anna meninggalkannya sendirian di sini. Putra menyambut kedatangan para tamu dengan ramah, walau mata sembabnya tak bisa berbohong bahwa ia begitu terluka. Lelaki yang duduk di kursi roda itu mengalihkan pandangannya ke arah sang istri yang masih belum bicara sejak semalam.

Putra tahu Syifa juga masih butuh waktu. Bahkan ia belum tahu bagaimana Anna bisa terjatuh ke kolam renang saat wanita itu juga di rumah. Putra tak akan menyalahkan Syifa, ia percaya bahwa apa yang menimpanya adalah musibah. Tapi untuk menerima bahwa putrinya telah pergi, Putra rasa ia akan membutuhkan waktu yang lama.

"Syifa, makan dulu yuk. Sejak semalam kamu belum makan." Amy, ibu dari Syifa mengajaknya dengan lembut. Setelah mendengar kabar perihal cucunya, ia dan suaminya langsung datang ke sini walau Amy juga tengah sakit.

"Nanti, Bu. Syifa belum lapar, Anna juga pasti nggak akan kelaparan di sana kan?" Syifa menjawab dengan lirih, menggores luka lebih dalam saat Amy mendengarnya.

Mendapati anaknya yang keras kepala, Amy pun menatap Putra berharap lelaki itu bisa membuat Syifa luluh. Menggerakkan kursi rodanya, lelaki itu menghampiri Syifa yang duduk bersama Amy dan beberapa tetangga. Mengenggam jemarinya dengan erat, dan berusaha menatap sepasang iris hitam itu.

"Syifa, makan ya? Anna akan sedih kalau kamu sakit," ucap Putra berusaha membujuk. Tangannya terus mengusap punggung tangan Syifa dengan lembut. "Mas, Anna meninggal gara-gara aku kan?” wanita itu menegakkan tubuhnya. Menatap putus asa pada sang suami yang masih belum memberinya jawaban.

"Kamu bilang apa sih, Syifa? Semua ini sudah menjadi takdir, kamu juga nggak akan menyangka kalau Anna akan jatuh kan? Udah cukup, jangan salahin diri kamu sendiri," sahut Bu Laras ikut menasihati. Ia paham bagaimana perasaan Syifa, dan betapa menyedihkannya tangisan wanita itu sejak semalam.

"Bu Laras betul, Syifa. Anak kita pasti akan tenang di surga sana. Udah ya? Jangan siksa diri kamu seperti ini.  Masih ada Kevin yang harus kita temani. Jangan berlarut pada duka, karena semua pasti ada batasnya," ucap Putra. Tangannya bergerak mengusap kepala Syifa yang berbalut kerudung hitam. Tanpa sadar, wanita itu kembali menitikkan air mata.

Putra menahan gejolak aneh pada perutnya sejak tadi pagi, ia sudah muntah beberapa kali di toilet karena memang kondisinya yang belum stabil. Bahkan ia bisa keluar dari rumah sakit hanya untuk menemani pemakaman Anna saja, dan harus kembali ke sana setelahnya.

"Kamu juga istirahat, Putra. Tubuh kamu masih belum pulih, biar Ibu yang menemani para tamu di sini," suruh sang mertua. Putra mengangguk kecil dan menurut saja karena memang ia sudah merasa lelah.

Syifa beranjak untuk mendorong kursi roda Putra ke dalam rumah. Meninggalkan para tamu yang masih ikut berkabung di tenda depan rumahnya. Bagaimanapun ia tak boleh egois, masih ada Putra yang membutuhkan bantuannya untuk sembuh. Dan masih ada Kevin yang harus ia rawat meski telah kehilangan Anna.

🪐✨️🌙

Sementara itu, Lin duduk sendirian di belakang rumah Putra, tepat di pinggir kolam renang tempat Anna jatuh kemarin. Perempuan itu masih belum menyangka bahwa Anna sudah pergi, jauh sekali. Padahal belum ada beberapa hari ia pergi untuk bekerja, namun kabar duka itu datang tiba-tiba.

Ada setitik penyesalan dalam diri Lin, mengapa ia meninggalkan Anna bersama Syifa kala itu. Jika saja ia tak mementingkan pekerjaannya, ia yakin ia masih bisa memeluk Anna hari ini.

Menyeka air matanya yang menetes, Lin mengukir senyum begitu melihat Kevin tengah berlari ke arahnya bersama Wisnu, sang kakek. "Tante Lin!" panggil Kevin sembari melambaikan tangannya. Lin juga ikut menyapa, menerima pelukan Kevin dengan erat seolah tak akan pernah melepaskan anak itu.

"Kamu sama Tante dulu ya, kakek mau keluar untuk menjamu tamu," pamit Wisnu kepada sang cucu. Mendapat persetujuan, pria paruh baya itu meninggalkan area belakang walau dengan langkah yang sudah tergopoh-gopoh. Tak lupa, ia juga menyapa Lin. Walau hubungan Syifa dengan Lin tak begitu bagus, namun Wisnu maupun Amy juga sama-sama menyayangi Lin seperti anak kandungnya sendiri

"Kamu habis dari mana aja? Tante nyariin tau," tanya Lin dengan bibir mencebik. Kemudian mengangkat Kevin untuk duduk di pangkuannya.

Kevin tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapi walau ia banyak memakan coklat. "Kevin habis tidur siang sama Kakek. Soalnya Kevin dari tadi juga cari Tante Lin, tapi nggak ada dimana-mana," cetus anak lelaki itu.

Lin tertawa kecil, seharian ini dia memang mengurung diri dan memilih tak menemui siapapun. Tubuhnya juga terasa lelah karena ia pulang pagi-pagi sekali dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam perjalanan.

"Kevin, kamu masih sedih ya ditinggal Kak Anna?” Lin kini bertanya, memusatkan perhatiannya pada Kevin yang masih nampak berpikir.

"Kevin sedih dong. Tapi kata kakek, Kak Anna bakal lebih bahagia kalau udah di surga. Jadi, Kevin sedikit lega, Tante. Kevin senang kak Anna udah nggak ngerasain sakit lagi," ungkap anak itu tanpa sirat kesedihan sedikitpun.

Lin terdiam sebentar, mengusap rambut Kevin sembari menahan air matanya. "Kevin kemarin lihat kak Anna lagi ngapain sebelum tahu kak Anna tenggelam?"

Lin berusaha mengorek informasi dari Kevin, sebab ia rasa kematian Anna sangat mengganjal. Ia mendapat informasi dari Bu Laras, bahwa Kevin ada di sana saat Anna ditemukan tenggelam di kolam renang.

"Bunda yang dorong kak Anna ke air."

Lin membeku, mulutnya kelu untuk sekedar berbicara. Ucapan Kevin benar-benar membuatnya terkejut. Apakah anak itu hanya asal membual saja? Tapi katanya, anak kecil itu mempunyai memori yang kuat dan tidak akan berbohong.

"Kevin nggak salah lihat?" tanya Lin memastikan. Ia takut pernyataan yang dibuat Kevin akan menjadi boomerang bagi keluarga mereka. Lin belum yakin jika belum menemukan adanya bukti. Tapi jika memang benar kejadiannya sama seperti yang Kevin katakan. Syifa benar-benar sudah gila.

"Kevin tanya ke Bunda, kenapa Bunda dorong Kak Anna ke kolam. Tapi Bunda malah marah, terus bilang kalau dia mau dorong Kevin juga," sambung Kevin dengan menundukkan wajah.

Lin mengedarkan pandangannya ke sekeliling kolam renang, guna menemukan kamera CCTV yang barangkali dipasang di sana. "Kevin, kamu jangan bohong ya sama Tante."

Ia masih setengah percaya pada Kevin. Ada CCTV di sudut kolam, dan Syifa mana mungkin melakukan hal itu pada anaknya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!