⚠️ Mohon di baca dulu deskripsinya 🙏🏻
Genre : Action, Fantasy, Mystery, Supernatural, Horror-Thriller, Psychological, Adventure
⚠️ Jangan Bom Like!
Sinopsis :
Seina, seorang putri Count yang terlahir dengan tubuh lemah dikucilkan setelah kematian ibunya.
Karena dia tidak dapat menahan penghinaan demi penghinaan yang datang padanya, dia memutuskan untuk pindah ke pelosok desa.
Bersama Millie dan Rin sebagai keluarga barunya, dia akan mendapati dirinya dalam penemuan tentang kebenaran di balik kematian ibunya.
Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kartu
“Gambarlah sebuah kartu, maka aku akan memberimu kotak perunggu ini. Mungkin itu bisa membantumu mengungkap rahasia tersembunyi dari mimpi itu.”
“Ap—”
Aku terkejut, tanpa sadar kewaspadaanku langsung meningkat.
Namun aku juga tertarik dengan apa yang dikatakan wanita itu.
Melihat ke bawah ke kartu yang diberikan wanita itu, aku hanya bisa mengerutkan alis.
“Oracle?”
Ada dua kartu di tangan wanita itu. Salah satunya adalah kartu berwarna merah gelap yang bergambar belati yang menggores telapak tangan dengan sebuah cawan di bawahnya, sementara kartu lainnya memiliki warna ungu dengan gambar bintang yang bersinar sembari mengintai dari langit di luar planet ini.
"Dark Magic" dan "The Star", keduanya menyerupai salah satu dari delapan kartu Oracle utama yang dibuat oleh Raja Hera untuk ramalan.
Wanita itu menunduk malu-malu dan menawarkan senyuman yang mencela diri sendiri.
“Maafkan aku, aku pasti mengambil yang salah,” menggumamkan kalimat tersebut, wanita itu buru-buru memasukkan dua kartu Oracle ke dalam dompetnya dan mengeluarkan enam kartu lainnya tanpa menunjukkan gambarnya.
“Ini juga kartu Oracle, namun menyebut mereka sebagai "Prima Arcana" akan lebih baik. Pilihlah satu, ini gratis. Aku tidak akan memungut biaya untukmu. Bukankah kamu juga ingin mengetahui rahasia dibalik mimpi itu?”
Apa yang dia bicarakan? Aku tidak mengerti kenapa dia bisa mengetahui semua ini, tapi wanita ini jelas mencurigakan.
Aku memaksakan senyum dan berbicara.
“Kakak perempuanku pernah berkata bahwa hal-hal yang gratis sering kali harus di bayar dengan harga yang mahal.”
“... Itu mungkin benar,” kata wanita itu setelah berpikir sejenak.
Dia meletakkan kartu Prima Arcana dengan sentuhan halus, berhati-hati agar tidak merusak gelas Kirsch yang ada di sampingnya.
“Tapi... selama kamu tidak membayar, apa pun yang terjadi, bagaimana mungkin aku, orang asing berharap untuk membuatmu membayar di desa Reum?”
Benar... mungkin itu patut di coba. Tidak mudah bagiku untuk menemukan petunjuk tentang mimpi itu. Aku harus mencobanya, tapi bagaimana dengan masalah kutukan Penyihir yang dirumorkan itu? Mungkin aku harus meminta bantuan Millie?
Pikiranku berpacu dengan ide-ide yang saling bertentangan, dan tidak bisa memutuskan apa yang harus aku dilakukan.
Wanita itu sepertinya tidak mempermasalahkan keraguanku ini.
Setelah waktu yang cukup lama, aku akhirnya mengambil keputusan. Perlahan, aku mencondongkan tubuh ke depan dan mengulurkan tangan kananku dengan hati-hati, mengambil satu kartu dari tengah.
“The Universe.”
Mata wanita lesu itu tertuju pada kartu itu.
Itu adalah kartu berwarna hitam yang memiliki gambar semua elemen dari kartu lainnya.
“Apa artinya?” aku bertanya.
Bibir wanita itu melengkung, membentuk senyuman yang menawan.
“Aku akan mengartikannya untukmu. Kartu itu melambangkan krisis, tantangan, konfrontasi, keberanian, dan lain-lain. Tapi beberapa filsuf mengatakan bawa “The Universe” juga melambangkan awal sekaligus akhir. Namun, yang terpenting adalah kartu dan kotak perunggu ini sekarang menjadi milikmu. Jika saatnya tiba, kamu akan menemukan arti yang sebenarnya.”
“Kamu memberikannya padaku?”
Kebingunganku semakin bertambah seiring berlalunya waktu.
Mungkinkah kartu ini benar-benar terkutuk? Dan apa isi kotak perunggu ini?
Wanita itu mengabaikan pertanyaanku dan mulai menyimpan sisa kartunya, meninggalkan sebuah kotak perunggu kecil di meja.
Dia kemudian mengambil gelasnya dan menghabiskan sisa Kirsch dalam sekali teguk.
Dengan langkah anggun, dia berjalan menuju pintu sisi lain Elisa Pane yang menuju ke arah penginapan Mr. Baram.
Jelas sekali bahwa dia tinggal di sana.
Aku merasakan dorongan untuk mengikutinya, tapi ada sesuatu yang menahanku. Pikiranku benar-benar kacau.
Apakah ini benar-benar kartu biasa? Dia memberikannya padaku. Bukankah itu berarti dia tidak akan bisa menggunakan dek itu lagi? Juga, apa isi kotak perunggu ini? Bolehkah aku menunjukkannya pada orang lan? Yah, Millie mungkin bisa menjelaskan hal ini...
Saat itu, Ven dan Rin mendekatiku. Aku buru-buru menyimpan kartu dan kotak perunggu kecil itu.
“Ada apa, Seina?”
“Tidak banyak. Orang asing itu cukup cantik, bukan?”
Aku berkata sambil melirik keduanya.
“Menurutku kakakmu, Millie, jauh lebih cantik.”
Ven kemudian merendahkan suaranya.
“Seina, kakekku sudah lama meninggal. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?”
Aku, yang sedang terburu-buru untuk pergi, merenung sejenak sebelum menjawab.
“Pertama, kita bisa melacak seorang tetua seusia kakekmu yang masih aktif. Alternatifnya, kita bisa pergi ke katedral dan memeriksa pendaftarannya. Eh, tapi itu sesuatu yang perlu dipertimbangkan di lain waktu.”
Aku teringat masalah Rin baru-baru ini dengan sang pendeta, "Mr. Bernard", dan memutuskan lebih baik menghindari katedral, kecuali jika benar-benar diperlukan.
Sebagai satu-satunya katedral di Reum, katedral ini mempunyai kekuasaan yang signifikan, bahkan bertindak sebagai entitas pemerintah. Ini mencatat semua peristiwa penting, termasuk kematian, dan pernikahan.
Sebelum Ven sempat bertanya lebih jauh, Rin menyela, “Mari kita berpencar dan lihat siapa yang cocok. Kita akan menanyakannya besok.”
“Sepakat.”
Aku dan Ven langsung setuju.
*
Di lantai dua penginapan Mr. Baram.
Wanita asing dengan rambut putih keperakan yang panjang itu tersenyum cerah. Dia memainkan tangan kanannya dan lima kartu yang tersisa menampakkan gambar-gambar mereka.
Semua kartu itu berwarna hitam dan memiliki gambar elemen dari setiap kartu lainnya.
Semua kartu itu adalah The Universe.
“Aku akhirnya menemukan pemilik warisan kuno,” gumamnya, matanya yang dalam menatap ke kejauhan yang tak terhingga.
*
Di gedung dua lantai semi-bawah tanah, Millie mendengarkan ceritaku dengan penuh perhatian.
Tatapan tajamnya tertuju pada kartu “The Universe” di tangannya.
“Ini kartu biasa... Aku tidak mendeteksi adanya niat jahat atau sihir.”
“Millie, apa pendapatmu tentang niat orang asing itu? Bagaimana dia tahu tentang mimpiku?”
Aku bertanya, merasakan kecemasan aneh dalam diriku.
Millie menggelengkan kepalanya.
“Sekarang dia telah menunjukkan tangannya kepada kita, kita hanya bisa menunggu dan melihat. Aku akan terus mengawasinya selama beberapa hari ke depan. Oh... dan ambillah kartu ini. Ini mungkin menyebabkan perubahan. Tapi jangan takut, aku akan mengawasinya.”
“Baiklah.”
Aku mencoba yang terbaik untuk tetap tenang.
...
...
Di tengah malam, aku membuka kotak perunggu kecil itu. Namun aku segera dibuat terkejut. Apa yang ada di dalam kotak itu hanya sebuah roda gigi kecil, jarum arloji, dan sebuah pesan singkat,
‘Selipkan kartu itu dan tidurlah.’
Dengan cekatan, aku menyelipkan kartu The Universe ke dalam pakaian yang menutupi bagian belakang kursi, lalu menyelinap ke bawah selimut dan menutup mataku.
Tak lama kemudian, kabut tebal dengan warna kemerahan sekali lagi muncul menyelimuti pandanganku.
Tanpa peringatan, aku tersentak bangun dalam lamunanku. Aku merasakan pikiranku yang jernih, itu adalah kejernihan yang baru aku temukan.
Namun, dunia mimpi yang terbungkus kabut kemerahan suram yang sama masih tetap ada.
arep ngaku dosa po...???
tapi kudu lanjut kie...
gimana gimana
serius/Scare//Scare/ baru aja lepas dari maut loh dia /Gosh//Toasted/
emngnya nggk takut apa/Shame/