NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:55.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Semakin Dekat

Malam semakin larut, langit gelap berhiaskan bintang-bintang yang bersinar redup. Nathan dan Vivian duduk di taman rumah sakit, di bawah pohon yang rindang. Suara gemericik air mancur dan angin malam yang sepoi-sepoi menambah kedamaian suasana.

Keheningan mengisi kebersamaan mereka, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Nathan menatap lurus ke depan, wajahnya menunjukkan keletihan namun tetap tegar. Sementara itu, Vivian sesekali melirik Nathan, dan wajah tampan itu tidak menunjukkan emosi sama sekali.

"Apa kau kedinginan?" tanya Nathan memecah keheningan, matanya menatap Vivian yang hanya memakai dress tipis lengan panjang.

Vivian menggeleng pelan sambil mengusap lengannya yang terbungkus kain tipis dress-nya. "Tidak begitu," jawabnya, suaranya hampir berbisik.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Nathan melepaskan jasnya lalu menyampirkannya pada bahu Vivian. Kemeja hitam tanpa lengan yang dikenakannya terlihat kontras dengan kulitnya yang pucat setelah jasnya terlepas.

"Terima kasih," ucap Vivian pelan, sedikit terkejut namun merasa hangat.

Nathan hanya mengangguk singkat, kembali duduk dan menatap lurus ke depan. Keheningan kembali menyelimuti mereka, namun kali ini terasa lebih hangat dan nyaman. Mereka duduk berdua di taman itu, menikmati malam yang semakin larut, dengan keheningan yang tidak lagi canggung.

Nathan kembali memecah keheningan. "Jika kau lelah, sebaiknya istirahat saja. Di kamar inap ayahmu ada tempat tidur lebih, bisa kau gunakan untuk tidur," katanya, nada suaranya tetap datar namun ada sedikit perhatian yang tersirat.

Vivian menggeleng pelan. "Aku tidak mengantuk," balasnya, berusaha menahan senyum. Meski lelah, pikirannya masih terlalu gelisah untuk tidur.

Nathan menghela napas, menatap langit malam yang bertabur bintang. "Baiklah, tapi jangan memaksakan diri. Apa kau lapar?" tanyanya kemudian, tanpa mengalihkan pandangannya.

Vivian menganggukkan kepala dengan malu-malu. "Sedikit," jawabnya lirih, tidak ingin merepotkan Nathan.

Nathan mengangguk, lalu bangkit dari duduknya. "Aku akan cari sesuatu untuk dimakan. Kau tunggu di sini," katanya, tidak memberi ruang untuk penolakan.

Vivian tertegun sejenak, lalu mengikuti Nathan dengan pandangannya. "Terima kasih, Nathan," ucapnya dengan suara pelan namun penuh kejujuran.

Nathan tidak menoleh, hanya mengangkat tangan sebagai tanda ia mendengar. Langkahnya tenang menuju arah kantin rumah sakit. Sementara itu, Vivian duduk kembali, hatinya sedikit menghangat, ternyata pria itu tidaklah seburuk yang ia pikirkan.

Keheningan taman rumah sakit terasa lebih hangat, dan meski hanya sesaat, ada kenyamanan yang dia rasakan bersama Nathan. Malam yang larut itu menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka yang perlahan membunuh jarak di antara mereka.

Nathan kembali dengan beberapa potong roti dan dua gelas kopi. Tanpa basa-basi, dia menyerahkan roti dan kopi kepada Vivian. "Makanlah ini untuk mengganjal perutmu yang lapar," perintahnya dengan suara dingin, namun ada sedikit perhatian yang tersirat di balik nada tegasnya.

Vivian menerima roti dan kopi itu dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Nathan," ucapnya pelan, sambil membuka bungkus roti.

Nathan duduk kembali di sampingnya, menatap langit malam yang masih bertabur bintang. "Kau tidak perlu berterima kasih," jawabnya datar, memandangi kopinya yang mengepulkan asap tipis. "Aku hanya tidak ingin ada masalah tambahan. Jika kau sampai jatuh sakit, siapa yang akan menjaga ayahmu."

Vivian menggigit roti dan menyesap kopi, merasakan kehangatan yang menyebar di tubuhnya. "Ya, kau benar," kata Vivian dengan suara lembut, matanya beralih ke Nathan yang duduk di sampingnya.

Nathan menatap Vivian sejenak, lalu kembali melihat ke depan. "Baiklah," ucapnya singkat.

Mereka kembali larut dalam keheningan, namun kali ini ada perasaan nyaman yang mengalir di antara mereka. Keduanya duduk di taman rumah sakit, menikmati roti dan kopi, mengisi keheningan malam dengan kebersamaan yang tak terucap. Meski Nathan tetap bersikap dingin, Vivian merasakan sedikit kehangatan dari perhatian kecil yang diberikan oleh pria itu.

***

Pagi menyingsing perlahan di kota, menyinari jalan-jalan yang masih sepi. Nathan melangkah mantap keluar dari rumah sakit. Wajahnya yang serius dan tatapannya yang datar tidak menggambarkan beban yang ia rasakan di dalam hatinya. Meski langit masih terang, pikirannya sudah terbang ke dunia pekerjaannya sebagai seorang CEO.

Dengan langkah pasti, Nathan memasuki gedung perkantoran yang megah. Sebuah lift membawanya ke lantai yang lebih tinggi, di mana ruang rapatnya sudah menanti. Begitu lift terbuka, asisten Nathan, Max, sudah menunggu di depan pintu ruang rapat dengan senyuman profesional di wajahnya.

“Tuan Muda,” ucap Max dengan sopan sambil membuka pintu ruang rapat untuknya.

Nathan masuk ke dalam ruangan dengan sikap yang tenang. Sejumlah orang sudah hadir di sana, duduk di sekitar meja bundar yang besar. Mereka langsung memberi hormat dengan mengangguk ketika Nathan masuk.

"Selamat pagi, Tuan Xi," sapa mereka serentak.

Nathan mengangguk sebagai balasan, kemudian langsung duduk di kursi utama di ujung meja. Tatapannya menyapu ruangan, memastikan semua orang siap untuk memulai pertemuan.

"Baiklah, kita mulai," ucap Nathan dengan suara yang tenang namun tegas.

Pertemuan berjalan lancar di bawah kendali Nathan. Setiap kata yang ia ucapkan, setiap keputusan yang ia ambil, mengungkapkan kedewasaan dan kepemimpinan yang tak tertandingi.

Saat pertemuan hampir berakhir, ada satu topik yang memerlukan keputusan cepat. Nathan menatap satu persatu anggota timnya, menunggu mereka memberikan masukan dan pendapat masing-masing.

"Tuan Xi, bagaimana menurutmu kita harus melanjutkan strategi ini?" tanya salah satu direktur.

Nathan memikirkannya sejenak, lalu dengan suara yang tenang ia menjawab, "Aku setuju dengan langkah ini. Kita akan terapkan dan aku akan memastikan tim mendapat dukungan penuh dari semua departemen terkait."

Para direktur mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa keputusan Nathan selalu didasarkan pada analisis yang matang dan visi jangka panjang yang kuat. Tak heran jika dia dianggap sebagai salah satu pemimpin yang paling dihormati dan disegani di industri mereka.

Setelah pertemuan selesai, Nathan memberi instruksi kepada setiap orang untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. "Sampaikan hasil rapat ini ke semua departemen terkait dan pastikan implementasinya dimulai segera," ujarnya dengan suara yang jelas.

Para direktur menjawab dengan hormat, lalu mulai meninggalkan ruangan satu per satu setelah memberi salam perpisahan kepada Nathan.

Saat ruangan akhirnya sepi dan hanya tinggal Nathan sendirian, ia mengambil beberapa saat untuk merenung. Pikirannya melayang kembali ke rumah sakit, di mana Vivian dan keluarganya masih menghadapi cobaan berat. Meski beban kepemimpinannya begitu besar, dia tidak bisa tidak memikirkan tanggung jawab pribadinya.

Dengan pikiran yang terfokus, Nathan merencanakan langkah selanjutnya. Baginya, menjadi seorang pemimpin bukan hanya soal mengambil keputusan bisnis, tetapi juga tentang bagaimana ia dapat membawa pengaruh positif bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya.

***

Bersambung

1
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
sella surya amanda
lanjut
Vanettapink Fashion
Luar biasa
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
Musringah
lanjutt
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Anonymous
semangat nulis😁
Iyan
/Ok/
Meiriya Romadhon
bagus
Putu Sriasih
Luar biasa
NAJ L
/Rose//Rose//Rose/
NAJ L
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!