NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reseh

Romi kemudian melenggang menyusul Hanifah, namun baru juga beberapa centimeter dibelakang Hanifah. Tiba tiba Hanifah balik badan secara mendadak, alhasil Romi yang tak memperhatikan arah depan tak sengaja menabrak Hanifah. Hal tersebut membuat Hanifah kaget dan barang barangnya berhamburan jatuh ke lantai. 

"Iiiiii, ngapain sih nabrak nabrak. Jalan tu matanya liat jalan yang dilewati, bukan malah celingak celinguk kayak orang mau maling aja" Tutuk Hanifah mengomeli Romi. 

"Yeee kok nyalahin aku, salah kamu puter balik tiba tiba. Udah kayak emak emak sendiri kanan belok kiri" Jawab Romi tak mau kalah. 

"Udah salah malah nyalahin orang lagi. Bukannya minta maaf juga, minta maaf!" Hanifah menyuruh Romi untuk meminta maaf padanya. 

"Dih ogah amat, salah juga enggak" Bantah Romi dan tak mau minta maaf. 

"Iiiihh dasar menyebalkan. Minggir" Hanifah mencebik kesal lalu mendorong Romi menyingkir dari hadapannya. 

Lalu Hanifah berjongkok memunguti barang barang yang telah berjatuhan dan berserakan di pantai. Merasa kasihan pada Hanifah, Romi meluruhkan tubuh berjongkok untuk membantu Hanifah. Memunguti satu persatu benda benda yang sangat tak berguna milik Hanifah dan memasukannya kedalam kardus. Ada satu benda yang menurutnya aneh, yaitu sejenis kain kain yang berbentuk bundar dan memiliki motif telinga seperti telinga kelinci. Setau Romi benda itu biasa digunakan wanita saat sedang perawatan dirumah, ya itu untuk menyibakkan rambut saat maskeran. 

"Kamu maskeran dikantor?" Tanya Romi seraya memandang aneh benda itu dan mengangkatnya tinggi tepat dihadapannya. 

"Kalok iya emangnya kenapa? Nggak suka" Jawab Hanifah dengan ketus lalu menyambar benda itu dari Romi. 

"Ini apa lagi, ruangan kamu kan ber AC. Ngapain kamu bawa bawa kipas" Kata Romi lagi saat mendapati kipas portabel kecil berwarna pink. 

"Hilih, apa apa dikomentarin. Suka suka aku dong, mau bawa kipas apa bawa AC sendiri. Nyacat aja dari tadi tu bibir" Lagi lagi benda itu dirampas oleh Hanifah dan memasukkannya kedalam kardus. 

"Diiih lemes banget tu bibir, ku gigit baru tau rasa" Romi malah mencubit bibir Hanifah dengan gemas lalu beranjak berlari meninggalkan Hanifah. 

"Rooommmiiiiiiii, reseh kamu ya. Awas kamu, bakal aku balas" Hanifah tampak kesal dengan kelakuan Romi. 

Sementara Romi yang berlari keluar gedung, ia tampak tertawa sambil berlari menuju parkiran. Kemudian ia memasuki mobil, bukannya melakukan mobilnya ia malah duduk termangu sambil tersenyum sendiri dibalik kemudi. Romi mengangkat tangan yang ia gunakan untuk mencubit Hanifah dan memandangnya sambil tersenyum. Tangan itu tampak gemetar, seiring jantungnya berdetak jauh lebih kencang, kakinya juga tiba tiba berasa tak mampu untuk menginjak pedal gas. 

"Bibirnya aja yang lembut, perkataannya kayak jalan mau dibangun. Tapi aku suka itu" Monolog Romi seraya mengecup tangannya sendiri. 

"Kenapa jatuh cinta segila ini rasanya" Lanjut Romi bermonolog. 

Dilanda asmara memang seperti orang gila, Romi tersenyum sendiri bahkan kadang suka berbicara sendiri. Lain halnya dengan tiga sekawan yang kini memang benar benar berurusan dengan odgj. Farid, Diki dan Irwan tengah kualahan mengatasi odgj yang mengamuk dan tak mau untuk diobati. Diatas brankar odgj wanita itu berontak, Diki memegangi kedua kakinya dan berusaha untuk diikat menggunakan alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Sementara Farid dan Irwan sama sama memegangi tangan antara kanan dan kiri, sialnya odgj itu tiba tiba menggigit pundak Farid. Secara reflek Farid melepaskan tangannya dan odgj itu menendang dagu Diki, setelah itu odgj itu malah naik ke punggung Irwan lalu menjambaki Irwan tanpa ampun. 

"Aduh dasar orang gila, turun kamu. Sakit awww!!!" Pekik Irwan merasa kesakitan karna rambutnya dijambak sekuat mungkin. 

"Odgj ini rabies nggak ya" Kata Farid yang malah langsung dapat gerakan mantap dari Diki. 

"Ngapain malah mikir rabies apa nggak, noh liat Irwan perlu kita bantu" Tunjuk Diki kearah Irwan yang berada di sudut ruangan dengan tertelungkup diatas lantai dan odgj itu menaiki punggungnya. 

"Alamak, si Irwan di piting" Ucap Farid langsung lari menyelamatkan Irwan. 

Diki mencoba mengangkat odgj itu dari atas tubuh Irwan, lalu Irwan dibantu untuk bangun oleh Farid. Terbatuk batuk Irwan dibuatnya karna dicekik pada bagian leher, tanpa basa basi Farid dan Irwan langsung membantu Diki dan kembali merebahkan odgj keatas brankar. Kali ini mereka berhasil mengikat pasien odgj itu meski masih berontak dan suara bising masih terdengar karna brankar yang terbuat dari baja ringan itu akibat gerakan berontak dari sang pasien. Irwan menyiapkan cairan suntikan obat penenang, supaya pasien tak lagi berontak. Saat pasien sudah mulai tenang, dan pasien juga tampak diam telentang menatap kosong langit langit. Diki, Farid dan Irwan merasa penasaran dengan sebab wanita cantik itu depresi sampai menjadi gila seperti itu. 

"Mbak, apa saya boleh tanya?" Kata Diki yang mencoba mengajak ngobrol pasien itu. 

Namun sang pasien hanya diam, tak ada jawaban dari mulutnya. Masih terus menatap kosong langit langit kamar. 

"Mungkin dia takut sama kamu dik, coba aku yang nanya" Farid menggeser Diki dan mengambil alih posisi Diki. 

"Mbak, cantik. Mau makan nggak?" Tanya Farid pada pasien. 

Benar saja, pasien itu menoleh pada Farid. Akan tetapi tatapan nya sinis, matanya memicing memandang Farid. Farid yang ditatap seperti itu reflek menelan salivanya. 

"Nggak usah nanya nanya mau makan atau nggak, kalok emang mau ngasih makan harusnya cowo itu inisiatif sendiri. Nggak usah pakek nawarin segala, dasar laki laki nggak pernah ada yang peka. Pergi sana" Kata odgj itu lalu mengusir Farid dari sana. 

"Ooo, aku tau. Kalok ini sih pasti penyebabnya karna putus cinta kayaknya. Hati hati dik, kamu kan sering patah hati. Kamu jangan sampai stres kayak mbak ini ya" Tebak Irwan, lalu malah menasihati Diki. 

"Sotoy kamu wan, sembarangan kalau ngomong. Aku putus cinta masih eling belum tentu yang begini stres karna putus cinta" Bantah Diki tak terima diejek oleh Irwan. 

"Eh tapi biasanya orang setres itu ditanya jawabannya nggak nyambung, kok ini nyambung ya. Jangan jangan pura pura gila" Kata Farid menerka nerka.

"Eh mbak, mbak ini pura pura gila ya?" Tanya Farid pada pasien. 

"Gila? Ahahahah iya aku gila mas, aku tergila gila padamu ahahahahah. Aku tergila gila padamu karna itu semua yang kamu inginkan aku berikan padamu, kamu janji kan bakal nikahin aku" Jawab odgj itu sambil tertawa tawa. 

"Wah berarti bener ini orang gila karna cinta, rid kita harus awasi si Diki. Jangan sampai gara gara putus cinta dia jadi kayak mbak mbak ini" Kata Irwan berkata pada Farid. 

"Apaan sih, kamu kali yang gila. Efek jomblo menahun" Diki menepuk lengan Irwan lalu pergi dengan rasa dongkol karna diejek terus oleh Irwan. 

"Yah, ngambek. Gitu aja ngambek" Kata Irwan sambil tertawa bersama Farid. 

"Udah, jangan ketawa mulu. Nanti disangka nggak ada bedanya sama pasien" Ucap Farid menegur Irwan. 

Farid laki laki sebaya dengan Irwan berpostur kurus dan berkulit putih itu mengejar Diki sahabatnya yang berpostur lebih kecil dari dirinya dan Irwan. Hanya saja Diki badannya sedikit berisi. 

"Yeeeeaah malah ditinggal, mbak. Baek baek ya, kalok butuh apa apa jangan nangis, teriak aja biar pada peka" Irwan memberi pesan pada pasien. 

"Pergi sana dasar gila" Jawab sang pasien mengusir Irwan. 

"Yeee dasar gila teriak gila" Ujar Irwan lalu bergegas pergi. 

Pada hari ini pukul dia siang, Indah dan Dimas tengah bersiap untuk kembali ke kontrakan lamanya. Selain untuk mengembalikan kunci, mereka juga hendak mengambil barang mereka yang masih tertinggal disana. Perjalanan lumayan jauh, hingga Indah dan Dimas sampai sana sekitar pukul lima sore. 

"Kita sampai sini udah jam lima ni mas, gimana? Apa mau lanjut pulang?" Tanya Indah pada suaminya. 

"Kita lanjut pulang ba'da maghrib aja ya dek. Lagi pula kita besok juga sudah masuk kantor" Jawab Dimas pada Indah. 

"Oh, ya sudah. Kamu mau sholat dimasjid apa dirumah?" Tanya Indah lagi. 

"Sholat dirumah kali ya, jamaah sama kamu. Sekalian kita minta sama Alloh biar kita diamanahi baby lucu" Jawab Dimas sambil mengusap lembut pipi Indah dan tersenyum manis pada istrinya. 

"Iya sayang, semoga setelah doa kita dilabulin ya" Jawab Indah sambil tersenyum dan menangkup pipi suaminya. 

"Ammiin sayang" Jawab Dimas. 

Lalu mereka saling tatap tatapan dan saling mengagumi paras mereka. Lama kelamaan wajah Indah dan Dimas sama sama bergerak maju, hendak saling mencumbu. Akan tetapi hari itu mungkin hari soal mereka, tetangga mereka yang paling reseh dan pengagum Dimas. Tiba tiba berteriak memanggil Dimas. 

"Mas Dimass," Ningsih berteriak memanggil Dimas. 

Bergegas Indah keluar rumah dan langsung mencaci maki Ningsih. 

"Eh perempuan gatel, masih aja ya gangguin suami orang. Nggak ada takut takutnya kamu berusaha mendekati laki laki yang jelas jelas sudah bersetatus menjadi suami orang, dasar perempuan ganjen" Maki Indah pada Ningsih, jika saja Dimas tidak menahan Indah. Mungkin saja Ningsih sudah botak dijambak oleh Indah. 

"Ya biarin, bojomu semangatku" Jawab Ningsih seakan menantang Indah. 

"Oooo nantang kamu ya, dasar perempuan gila" Indah menendang nendang udara hendak melepaskan diri dan menyerang Ningsih. 

Tetangga sekitar yang mendengar kegaduhan itu langsung keluar dan mencoba melerai mereka. 

"Ooo pantes aja ada buang korek disini, eh Ningsih. Ngapain sih kamu masih aja coba deket deket pak Dimas, mata kamu ketutup belek apa gimana. Pergi sana kamu" Usir pak RT meminta Ningsih untuk pergi. 

"Huuuu"

"Tau tu, perempuan nggak tau malu"

"Iya apa saking nggak lakunya apa ya, terang terangan godain suami orang"

Beragam komentar terucap dari ibu ibu yang ikut menyaksikan kericuhan di depan rumah Dimas. 

"Eee, bapak ibu. Terimakasih ya, sudah bantuin ngusir nenek lampir. Saya permisi masuk duluan kedalam" Pamit Dimas pada tetangganya. 

"Sayang, kamu harusnya jangan marah marah gitu dong. Malah jadi banyak tetangga pada ngumpul kan" Tegur Dimas pada Indah. 

"Loh, suami aku digodain masak aku diem aja. Apa jangan jangan kamu malah suka digodain begitu"

"Enggak sayang, bukan gitu maksudnya"

"Terus maksudnya gimana? Aku disuruh diem aja suamiku digodain orang lain, terus aku harus diem aja suamiku dideketin cewe lain. Gila kamu, jangan jangan kamu suka ya sama Ningsih"

"Aduh, bukan gitu sayang"

"Aduh bukan gitu sayang bukan gitu sayang, tau lah. Aku marah sama kamu"

"Loh kok kamu jadi marah sama aku, maksud aku kamu harusnya jangan terpancing sama kelakuan Ningsih. Harusnya kamu percaya sama aku kalau aku setia dan nggak akan terpengaruh sama Ningsih"

Indah masih saja merajuk dan ngambek pada Dimas, Dimas yang bingung harus dengan cara apa lagi agar Indah tak marah padanya hanya bisa garuk garuk kepala. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!