NovelToon NovelToon
Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Balas Dendam / Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:30.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"

Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.

Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.

Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?

Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Depresi Berat

Semakin hari perkembangan kesehatan Diva semakin membaik.

Dokter Yuda kini membawanya pulang, dia akan dipertemukan dengan keluarga kecilnya.

Kebahagiaan Dokter Yuda berasa lengkap, memiliki anak perempuan, dan juga laki-laki yang bisa dijadikannya penyemangat, walaupun status anak perempuannya masih kurang jelas dan harus dipertanyakan.

"Diva, mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini bersama dengan kami. Di dalam sana, ada anakku Arya, yang sudah menunggu kehadiranmu."

Tentunya Diva sangat nervous, karena ini pertama kalinya ia dipertemukan dengan anggota baru yang akan menjadi keluarganya. Ia hanya takut keluarga dokter Yuda tidak bisa menerimanya dengan baik.

Diva menelan salvianya keluar dari dalam mobil dibantu oleh sopir pribadi dokter Yuda.

Tidak ada barang yang dibawanya, karena memang Diva tidak memiliki apa-apa.

"Ayo Diva, mari silakan masuk."

Diva hanya mengangguk dan mengekori dokter Yuda memasuki rumahnya.

Memang benar, di dalam rumah dia disambut hangat oleh seorang laki-laki muda yang memakai pakaian serba putih sama seperti Ayahnya, Arya, dia seorang dokter spesialis THT.

"Selamat datang Diva," ucap Arya dengan merentangkan kedua tangannya, dia berdiri di sebelah sofa dengan mengulas senyuman lebar.

Pria yang tampan rupawan itu memanggilnya dengan sebutan Diva, seakan-akan dia sudah sangat mengenalinya.

Diva berpikir mungkin karena terlalu rindunya seorang kakak terhadap adiknya sampai ia dianggapnya sebagai adik yang sudah lama berpisah dengan keluarganya.

"Terima kasih banyak kak ..."

"Arya, namaku Arya. Kamu bisa memanggilku Kak Arya."

Mereka berdua saling berjabat tangan dengan Arya memintanya untuk duduk di sofa ditemani juga dengan dokter Yuda.

Arya mengamati wajah Diva dalam-dalam, memang sangat benar Diva memiliki wajah yang hampir sama dengan ibunya, hanya saja wajah Diva saat ini sudah tidak sebaik sebelumnya, terlalu banyak goresan luka yang harus diperbaiki untuk menyempurnakannya kembali.

"Kamu aslinya orang mana Diva?" tanya Arya.

Arya mendengarkan kisah Diva dari ayahnya yang selama ini menjaganya sampai sembuh.

Arya sendiri belum sempat bertemu Diva secara langsung, dan baru kali ini ia bisa bertatap muka dengan wanita yang menurut Ayahnya memiliki kemiripan dengan Ibunya.

"Aku sendiri juga tidak tahu asal usulku dari mana Kak Arya, aku tidak mengingat apapun. Jangankan mengingat tempat tinggalku, Aku bahkan tidak bisa mengingat namaku."

Diva berterus terang tentang apa yang ia rasakan saat ini. Pada dasarnya Ia memang tidak bisa mengingat jati dirinya ataupun keluarga yang sudah ditinggalkannya.

Dalam hati ia sedih, ingin sekali menangis dan mencari kedua orang tuanya. Ia juga berpikir, apakah selama ini ia masih memiliki orang tua atau mungkin hanya sebatang kara.

Melihat cincin yang tersemat di jari manisnya, ia merasa dirinya sudah dinikahi oleh seseorang, buktinya saja saat ini ia dalam keadaan hamil, tapi ia tidak bisa mengingat sama sekali pria yang sudah menikahinya.

"Iya, kamu yang sabar ya, Diva. Perlahan-lahan kamu pasti akan mengingatnya kembali. Untuk sekarang kamu tinggallah bersama dengan kami di sini. Papa memberi nama Diva itu ada artinya. Diva adalah adikku yang diculik oleh seseorang. Tapi sampai sekarang, kami bahkan belum mengetahui di mana keberadaannya. Orang itu tidak mau mengakui kesalahannya, bahkan dari rekaman CCTV yang ada di rumah sakit, terlihat jelas bahwa dia yang sudah menculik adikku."

Diva terharu mendengar cerita dari Arya maupun dari dokter Yuda.

Mereka berdua sama-sama berharap agar dirinya mau membantu memulihkan memori ibunya yang tengah depresi.

Dia sendiri juga dalam keadaan hilang ingatan, berbohong untuk kebaikan rasanya masih dibilang wajar.

"Aku turut prihatin ya, atas kejadian yang menimpa ibu. Kok ada orang jahat tega menculik seorang bayi di rumah sakit dan membuangnya. Semoga saja suatu saat nanti kalian bisa dipertemukan kembali dengan Diva yang asli. Aku janji akan bantu semampuku."

Arya bernapas lega setelah mendapatkan persetujuan dari Diva.

Gadis cantik itu cukup membuatnya terpesona. Keanggunan yang dimilikinya, sangatlah berkharisma, siapapun bakalan tergoda.

"Diva, Kamu nggak papa kan kalau nama kamu dikasih nama Diva? Mungkin dengan begitu kamu bisa membantu kami untuk mengembalikan memori Mama yang sudah 18 tahun lamanya kehilangan masa kebahagiaannya. Mama depresi berat gara-gara kehilangan bayinya, dan kami berharap kamu bisa membantu memulihkan memori Mama, dengan kamu menganggap dirimu sebagai Diva, anaknya yang hilang."

Setelah cukup lama mengobrol, mereka mengantarkan Diva ke dalam kamarnya untuk beristirahat sebelum bertemu dengan Indira, istri dari dokter Yuda yang selama ini menjalani perawatan intensif di rumah, tepatnya di sebuah kamar yang terpisah oleh suaminya.

Arya dan Yuda sangat yakin kalau kehadiran Diva bisa memulihkan kondisi Indira yang sangat memprihatinkan.

"Diva, ini kamar kamu, istirahatlah dulu, nanti kakak akan membelikan semua perlengkapanmu, di dalam sana sudah ada kamar mandi komplit dengan isinya," tutur Arya dengan membukakan salah satu kamar tamu yang ada di lantai dua.

Yuda juga ikut membawakan obat yang harus dikonsumsi oleh Diva. Dia juga meminta asisten rumah tangga untuk mengawasi dan membantu melayani Diva.

"Diva, setelah ini kamu makan dulu, terus minum obat dan istirahat yang cukup. Nanti setelah Papa kembali ke sini, kamu akan Papa kenalkan pada Mama. Kamu harus membiasakan dirimu memanggil kami sebagai orang tuamu, jangan canggung, di sini kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami."

Diva mengangguk, menyetujui permintaan dari dokter Yuda.

Di dunia ia tak bisa mengingat siapa keluarganya, maka ia gunakan kesempatan untuk menganggap dokter Yuda sebagai keluargnya sendiri.

"Baik dok, eh ..., Pa."

"Sekarang beristirahatlah, sebentar lagi bibi akan mengantarkan makanan buat kamu. Nanti kalau kakakmu sudah pulang dinas, biar dia belikan pakaian untukmu."

Dokter Yuda dan juga Arya langsung keluar setelah selesai berbincang-bincang dengan Diva.

Mereka menuju tempat yang kini ditempati oleh Indira, ingin memberitahu pada Indira, mengenai kedatangan Diva.

Kriket

Suara pintu berbunyi cukup keras membuat Indira yang tengah duduk memangku sebuah boneka Teddy bear langsung menoleh ke arahnya.

Yuda dan Arya masuk dan menutup pintunya kembali dengan menghela nafas.

Mereka berdua merasa sesak melihat kondisi Indira yang begitu memprihatinkan hampir setiap hari dia menggendong boneka Teddy bear dan mengajarnya bicara seolah-olah dia tengah bicara dengan anaknya.

"Mama, bagaimana keadaan Mama hari ini? Apakah mama baik-baik saja?" tanya Arya, dia berjongkok di dekat ibunya yang tengah menghadap ke arah jendela.

Hatinya teriris dengan tangannya ikut mengusap boneka Teddy bear yang tengah dipeluk erat oleh ibunya.

Yuda juga ikut berjongkok di sebelah Arya menatapnya begitu dalam penuh dengan kesedihan.

"Tentu saja Mama baik-baik saja. Dari tadi aku ngobrol sama Diva, dia bilang, katanya mau keluar, Mama langsung menegurnya, anak gadis kan nggak boleh kelayapan, iya kan Pa?"

Yuda menahan untuk tidak menangis. Hatinya hancur, selama delapan belas tahun ia harus melihat penderitaan yang dialami oleh istrinya.

Sudah banyak usaha ia lakukan, bahkan pengobatan Indira sampai ke luar negeri, tapi tetap saja nihil, tak ada hasil.

"Mama, yang Mama ajak ngobrol itu hanya boneka. Anak kita Diva yang asli ada di dalam kamar. Dia sedang beristirahat."

Indira pun melotot tak terima, boneka Teddy bear yang dipangkunya dianggap boneka oleh suaminya.

Hatinya mencuat emosi. Dengan satu tangannya ia memukul punggung suaminya membabi buta.

"Papa ini sudah gila ya! Dia ini Diva, bukan boneka! Jangan pernah memasukkan orang lain ke rumah ini tanpa seizin Mama, atau sampai mengakuinya sebagai Diva!"

1
Ipoen She Mandja
lanjut lagi donggg
Sumar Sutinah
hadeh alka suami macam apa istri g d belikan hp dn g d kasih nafkah uang katanya orang kaya apa d rmh g ada cctpnya
Ma Em
Diana atau Diva mungkin itu orangtua kandungnya semoga kamu cepat kembali pulih ingatanmu kalau benar dr Yuda orang tuamu cepat balas Malena dan Karin agar dia merasakan sakit seperti yg kamu rasakan.
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Semoga saja Diana selamat dari kekejaman mertua dan Karin dan segera ditemukan oleh orang tua kandungnya untuk balas dendam pada kedua orang biadab yg tdk punya hati
Ika Dw
Halo semuanya 🤗, ini novel ke 3 ku, siap ramaikan 👍😁, jangan lupa like komen ya? Buat penyemangat author 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!