"Kamu harus!" Perintah Mama Angel.
"Dengar, itu!" bentak Clara.
Plak!
Suara tamparan terdengar di kamar itu.
Ya, Papa Jordan menampar anak pertamanya, Sandra.
"Setuju atau tidak bukan pilihanmu, aku yang menentukan!" Suara keras Papa Jordan disana.
"Ganti bajumu, malam ini harus berjalan lancar," lanjutnya dengan suara yang masih tinggi.
Setelah kepergian semuanya dari kamarnya. Langsung mengunci dan tangis air matanya mengalir deras, sakit di wajahnya bukan seberapa. Tapi paksaan yang selalu di berikan oleh kedua orang tuanya. Inilah batasannya.
Apakah Sandra mampu bertahan? Kehidupannya akankan berakhir bahagia???
Simak kisahnya, jangan lupa tanda jempol kalian guys.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Ken meminta semuanya meletakkan di atas meja di ruang depan apartementnya karena ternyata pintunya itu ada otomatis untuk membukanya tanpa harus membukanya langsung.
Setelah semuanya tersaji baru Ken menggendong Sandra dan mendudukannya di sofa.
"Hah! Sebanyak ini, Ken?" Kaget Sandra di buatnya.
"Tentu, bisa kau pilih dan tentu saja agar punya tenaga lagi," ucap Ken dengan senyum menggoda Sandra.
"Ternyata Kenneth aslinya sangat mesum," ucap Ken.
"Hanya padamu, Sayang," ucap Ken yang mencium kening Sandra.
"Makanlah, atau perlu aku suapi," lanjut Ken.
"Bisa sendiri, kaupun makanlah," jawab sandra.
Akhirnya makanan yang ada di mejanya itu di santap keduanya, Sandra tidak akan malu malu untuk menambah porsi makannya kali ini. Memang butuh tenaga untuk segera pulih, ternyata makanan yang di maksud di pesan oleh Ken adalah sajian dari koki hotel miliknya sendiri.
"Dia pasti akan menggarap aku, terlihat jelas dari wajah mesumnya itu," gumam Sandra dalam hatinya.
"Lagi makan jangan suka mengatai orang di dalam hati, nanti kena karma," ucap Ken yang seakan bisa membaca hatinya.
"Uhuk, uhuk," Sandra tersedak.
"Kualat!" gumam dalam hati Sandra.
Ken langsung meneguk minumannya dan di ciumannya Sandra langsung.
Glek!
Glek!
Air telah masuk ke dalan tenggorokan Sandra, sedangkan mata Sandra melotot tidak habis pikir aksi Ken yang tidak terduga. Yang biasanya orang lain akan memberikan air di gelas atau menyuruhnya minum.
"Lain kali, jangan mengumpat orang, apa lagi sedang makan. Terlebih orangnya di depan," ucap Ken.
"Hah!" kaget Sandra.
"Apa dia dukun?" gumam dalam hati Sandra.
Memang sudah selesai keduanya makan, dan sedang besantai.
"Susah sekali, jangan suka mengumpat orang, Sayang. Apalagi untukku, suamimu. Katakan saja langsung padaku," ucap Ken yang mengusap kepala Sandra yang dalam dekapannya.
"Ishhh! Sok tau banget," kesal Sandra.
"Udah jangan deket deket, bukannya harus kerja?" Omel Sandra.
"Aku mau disini, lagian aku nyesel kenapa ga dari awal aku menyentuhmu. Pasti saat ini sudah mengandung benihku," ucap Ken yang mengelus perut rata Sandra.
"Siapa yang mau hamil, jangan kepedean," kesal Sandra.
"Aku yakin tidak lama lagi itu terjadi. Benihku kan tokcer, Sayang," ucap Ken.
"Tunggu, Ken. Aku mau tanya boleh?" Tanya Sandra yang penasaran.
"Katakan saja," jawab Ken.
"Bisa tahu posisiku di culik?" selidik Sandra.
"Aku gelisah yang tidak biasanya hanya ingat kamu saja, terlebih tidak ada kabar. Walau memang biasanya seperti itu, tapi seperti ada yang berbeda. Menghubungi Jessica ternyata tidak tahu juga, mengecek semua CCTV dengan berbagai kemungkinan, dan aku menemukan ini di parkiran," jelas Ken yang memberikan gelang Sandra kembali.
"Dengan cepat mencari jejak mobil yang membawamu, setelah ditemukan posisinya aku langsung kesana," lanjut Ken.
"Aku tidak menyangka ternyata istriku ini pemilik sabuk hitam pencak silat. Aku sungguh jatuh cinta padamu saat kau dobrak pintu besi konter yang keras hingga terbuka," lanjut cerita Ken.
"Hampir saja lupa jika aku buta saat ini, sudah pasti aku langsung memelukmu disaat itu juga," lanjut Ken.
Sandra mendengarkan semuanya dan melihat tidak ada kebohongan dari cerita Ken, matanya terlihat sangat mengagumi dirinya dan sangat mencintainya.
"Lalu sejak kapan kamu bisa melihat, Ken?" Tanya Sandra kembali.
"Satu tahun lalu, ini mata kakekmu. Kakekmu sangat mulia, Sayang," jelas Ken.
"Tapi kenapa ada surat itu? Jika memang kakekku mulia seperti yang kamu katakan, seharusnya tidak meminta imbalan pernikahan dan uang?" selidik Sandra yang sangat heran.
"Karena Opaku yang membuat itu, tidak ingin ada hutang budi kelak yang aku tanggung. Itu kata Opa, meminta padaku jika usiaku sudah 30 tahun tapi belum menikah maka melakukan wasiat dari Opa, dan tentang uang itu sebenarnya usulan Opa juga. Kakekmu tidak pernah setuju, dia ikhlas menolongku, lagi lagi Opa mendesaknya. Dan kau tau saat kita menikah sebelumnya aku telah membayar uang yang tertera disana bahkan 2x lipat aku berikan," jelas Ken.
"Apa? 2 x lipat? Gila!" geleng geleng kepala Sandra.
"Tapi apa kau tahu jika aku bukan anak kandung mereka?" Sedih Sandra mengingat sakit di dadanya terasa.
"Ada aku sekarang, mereka akan menyesal. Aku tahu semuanya tentangmu," usap Ken lembut kepala Sandra.
"Apa? Yakin?" menatap Ken, Sandra terkejut.
"Jangan melihatku begitu, aku bisa tahu semuanya jika itu yang aku inginkan," ucap Ken.
"Sombong!" ejek Sandra.
"Bukan begitu, Sayang," peluk Ken semakin erat dan kembali mencium keningnya.
"Lalu? Apa namanya jika bukan sombong?" Tanya Sandra.
"Maaf jika aku salah kata, bukan bermaksud sombong. Semuanya bisa di beli dengan uang," ucap Ken.
"Dengar, aku lakukan demi kebaikanmu, aku saja dengan mudahnya jatuh pada pesonamu, dan sudah menjilat ludahku sendiri," lanjut Ken.
"Dan aku tidak izinkan bila kau tebar pesona dengan yang lain," pinta Ken yang mulai posesif.
"Aku! Tebar pesona? Mana ada!" Heran Sandra.
Kapan dirinya melakukan hal itu, malah yang ada sering terjadinya dirinya yang terus di tindas dan perlakukan buruk.
"Apa kau ingat di pesta aku membawamu, sejak kapan kau kenal dengan Andrean? Hingga kau harus membuat dia masuk rumah sakit," ucap Ken.
"Kau tahu?" Tanya Sandra.
"Tentu, jika bukan aku yang menutup akses untukmu sudah pasti sekelas mereka mudah menemukanmu, Sayang," jawab Ken.
"Salah dia, Ken. Kenapa harus aku yang disalahkan, aku hanya membalas jika sudah di luar batasan yang aku buat. Jika aku tidak ingat kau suamiku, sudah pasti kena juga," ucap Sandra yang memang punya pertahan yang kuat.
"Jika aku berani lakukanlah," tantang Ken.
"Tapi aku tidak ingin durhaka padamu," jawab Sandra.
"Sudah mulai sekarang, bantu aku rahasiakan mataku ini. Masih belum saatnya untuk di publikasikan. Kau harus siap menjadi mataku," pinta Ken.
"Kenapa? Jelaskan dulu, baru aku mau," pinta Sandra.
"Nanti saja, kita lanjutkan yang tadi. Aku sudah tidak tahan menahannya lagi. Yang dibawah sudah tegang," pinta Ken menggoda.
"Aku ga mau, masih cape dan juga kau ga ada puasnya," tolak Sandra.
"Memang bisa menolak? Tentu tidak Sayang. Cukup ikuti alur yang aku berikan," ucap Ken menggodanya.
"Pokoknya aku ga ma-," ucap Sandra terputus yang sudah langsung di ciumnya saat ini.
Bercumbu kembali mereka di ruang tamu, tanpa mau ada protes Sandra lagi. Terus Ken mengkungkungnya hingga Sandra menikatinya juga.
"Si*l, tubuhku menghianatiku," gumam dalam hati Sandra yang sudah terbuai belaian Ken.
*
Beberapa hari kemudian, aktifitas keduanya bersama selalu. Sudah tidak ada ketegangan disana. Walau Sandra masih terkadang acuh dan untungnya Ken yang selalu bisa membuat Sandra melihatnya lagi.
Tok!
Tok!
"Masuk," ucap Ken dari dalam.
"Tuan, Tuan Aston ingin bertemu?" ucap Carli.
"Bawa masuk, Carli," perintah Ken.
Lalu dipersilahkan tamunya masuk.
Kedua tata bertemu dan saling pandang, tapi dengan tatapan berbeda.
Deg!
...****************...
Tinggalkan jejak kalian ya disini.