NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / PSK
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Jenny, gadis yang terpaksa menjadi seorang pelacur bertemu dengan Satya, pria dari desa yang lugu dan sangat sabar.

Dibalik wajahnya yang selalu terlihat dingin dan angkuh, Jenny memendam sejuta luka yang dia simpan sendirian. Suatu hari dia tidak kuat lalu memutuskan untuk kabur ke desa bersama Satya.

Apakah Jenny bisa memulai kehidupan baru di desa? Atau dia kembali ke kota untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menjerumuskannya ke dunia pelacuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. USG

"Mama ... Maafkan Jenny!" Ingin sekali dia memeluk sang mama lalu menceritakan kepedihan yang dia rasakan, meminta maaf atas prasangka buruk yang membuatnya membenci sang mama tanpa tahu yang sebenarnya. Tetapi untuk saat ini itu hanya bisa terjadi dalam angan-angannya.

Sosok laki-laki terlihat berjalan ke arahnya membuat Jenny buru-buru menghapus air matanya. Meskipun belum mengenalnya Jenny yakin sosok itu adalah Satya. Tubuhnya tinggi tegap dan lengannya kekar seperti orang yang rajin melatih ototnya. Langkahnya membawa aura menenangkan membuat Jenny merasa aman. Seandainya Satya memakai setelan formal pasti dia terlihat seperti CEO-CEO muda yang biasa ada di dalam drama Korea.

Sementara itu, suasana yang remang membuat Satya harus mempertajam pandangan untuk melihat siapa yang duduk di depan kamar kosnya. "Jenny?!"

"Hai Sat," sapa Jenny. Mungkin mata merah karena tangisnya bisa dia sembunyikan dibalik cahaya remang ini tetapi tidak dengan suara sengaunya. "Apa kedatanganku mengganggumu?"

"Tidak, tidak. Ada perlu apa Jen?" tanya Satya kaku. Dia tidak pandai berbicara apalagi dengan seorang wanita.

"Apa malam ini aku boleh menginap di sini lagi?" tanya Jenny tanpa berpikir. Apa itu malu atau pun harga diri, saat ini hanya nyawa yang dia miliki.

...* * * * *...

Pagi harinya,

Jenny kembali rumah laknat milik Ira setelah semalam dia menginap di kamar Satya. Sungguh laki-laki itu sangat baik dan sikapnya tidak berubah meski sudah mengetahui siapa dirinya dan bagaimana keadaannya. Satya tetaplah Satya yang sopan dan selalu menjaga pandangannya.

Jenny langsung pergi ke kamarnya. Dia tidak menghadap Ira karena perempuan itu sedang mengurusi pelacur-pelacurnya yang lain. Tetapi Jenny yakin perempuan itu akan muncul sebentar lagi. Ben pasti sudah lapor kepadanya atas apa yang terjadi semalam.

Dan benar saja, Ira tiba-tiba masuk ke kamar Jenny, tanpa mengetuk pintu, karena semua kunci kamar di rumah ini dipegang oleh Ira jadi dia bisa bebas keluar masuk kamar manapun yang dia mau.

"Bagaimana, Jen? Kamu tidak mengatakan sesuatu kepada wartawan, kan?" selidik Ira.

"Tidak!" jawab singkat. Seperti dugaannya, Ira hanya peduli dengan dirinya sendiri dan bisnis kotornya.

"Ya sudah kalau begitu, kamu boleh istirahat," ucap Ira kemudian pergi. Entah apa yang dikatakan Ben sehingga Ira tidak mempertanyakan kenapa dia tidak pulang bersama Ben, tetapi apapun itu Jenny berhutang terima kasih pada Ben.

Jenny membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Kemudian dia kembali teringat kehamilannya. Dia segera mengambil hasil tes kehamilan beserta foto USG di dalam tasnya. Meskipun baru terlihat seperti sebuah titik, Jenny sangat bahagia melihatnya.

"Jen ... " Tiba-tiba Ira kembali masuk, tepat ketika Jenny sedang memandangi foto USG itu.

Jenny terkejut. Terlambat, dia tidak bisa menyembunyikan hasil USG itu. "Ada apa, Bunda?" tanyanya berusaha bersikap biasa, bahkan lebih ramah dari biasanya.

"Apa itu yang sedang kamu pegang?" Tadinya Ira ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia lebih tertarik dengan benda yang sedang dipegang Jenny sehingga dia lupa apa yang ingin dia katakan. Ira mendekat lalu merebut foto itu dengan paksa.

"USG? Ini punya siapa? Apa kamu hamil, Sayang?" tanyanya dengan senyum lebar seperti biasanya. Ekspresinya terlihat sangat bahagia seperti seorang nenek yang akan mendapatkan cucu pertamanya.

Jenny hampir tidak percaya melihatnya. Dia pikir Ira akan segera menghajarnya setelah mengetahui kehamilannya, ternyata sebaliknya.

"Iya," jawab Jenny penuh kelegaan. Setitik harapan muncul di hatinya, mungkin Ira akan membiarkan dia melanjutkan kehamilannya. Soal hutang dan lainnya bisa dipikirkan belakangan. Jenny merasa bahagia meskipun wajahnya tetap terlihat datar seperti biasanya.

"Bagaimana bisa? Bukankah aku sudah memberimu suntik hormon pencegah kehamilan?" Ira terheran-heran sambil terus memandangi foto itu.

Jenny mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, Bunda yang yang lebih tahu soal itu." Ira terdiam melihat foto USG itu. Dia sendiri belum pernah hamil jadi tidak banyak tahu soal kehamilan.

"Apa yang ingin Bunda katakan? Tadi Bunda ingin mengatakan sesuatu, kan?" tanya Jenny mengalihkan perhatian Ira. Dia tidak ingin Ira terus memperhatikan foto hasil USG itu karena khawatir dia bisa melihat umur kehamilannya dari sana.

"Oh ... Itu, nanti kalau tiba-tiba ada wartawan yang menemuimu, jangan katakan apapun! Apalagi sampai menyebut namaku! Mengerti, kan?!" Jenny mengangguk mengerti.

"Istirahatlah ... " ucap Ira kemudian meninggalkan kamar tanpa menyinggung sedikitpun masalah kehamilan Jenny. Sikap Ira ini membuat Jenny sampai terheran-heran. Apa itu artinya dia tidak mempermasalahkan kehamilannya?

Lalu Jenny teringat foto USG yang dibawa Ira. Foto itu tidak ada artinya bagi Ira tetapi itu sangat penting baginya jadi Jenny ingin memintanya kembali.

Jenny beranjak dari tempat tidur. Dia ingin mengejar Ira untuk meminta foto USG itu. Baru beberapa langkah keluar dari kamarnya, Jenny mendengar Ira sedang berbicara dengan seseorang, yang Jenny bisa pastikan orang itu adalah Ben.

"Ambil obat penggugur kandungan lalu campurkan ke minuman atau apapun yang dia makan! Atau kamu sumpalkan langsung ke mulutnya, terserah! Aku tidak mau tahu caranya! Yang penting bayi itu hilang! Kalau perlu kamu bawa dia ke tempat biasa!" tutur Ira terdengar gusar. "Dia tidak boleh hamil! Aku bisa kehilangan banyak pemasukan kalau dia hamil apalagi sampai melahirkan! Heran, baru kali ini ada yang kebobolan!"

Hati Jenny seperti ditikam belati tajam mendengar kata-kata Ira. Hancur sekali perasannya. Setitik harapan yang sempat muncul kembali tenggelam tak berbekas. Selalu seperti ini, seperti ada harapan tetapi ternyata tidak.

Jenny merasa tertipu atas respon yang diberikan Ira. Jenny belum sepenuhnya bisa membaca sikap Ira dan salah mengartikan ekspresi wajahnya. Senyum lebar itu bukan karena dia bahagia atas kehamilannya, tetapi karena memang karakter seperti itu yang ingin dia perlihatkan.

Jenny kembali ke kamarnya, meraih tasnya lalu memasukkan barang-barang pentingnya ke dalam tas, tidak tahu kenapa, Jenny hanya ingin berjaga-jaga. Setelah itu dia keluar dari kamarnya. Di depan lift dia melihat Ira dan Ben masih berdiri di sana.

"Kamu mau kemana Sayang, bukankah kamu ingin istirahat?" tanya Ira menoleh ke arah Jenny. Nadanya sangat lembut, layaknya seorang ibu yang memperhatikan anaknya sendiri. Bukankah ini sangat manis? Wajar kan kalau Jenny sampai tertipu dengan sikap manis ini?

"Aku bosan di dalam kamar, ingin jalan-jalan sebentar."

"Oh, baiklah. Biar Ben menemanimu," Ira menoleh kepada Ben lalu menganggukkan kepalanya, memberikan kode melalui tatapan matanya. Ben pun balas mengangguk.

"Kenapa harus ditemani Ben? Biasanya aku sendiri?" tanya Jenny yang mulai was-was. Biasanya dia bebas pergi kemanapun sendirian ketika siang hari, tetapi sekarang dia harus ditemani Ben, itu sesuatu yang tidak biasa menurutnya. Apakah ini ada hubungannya dengan rencana Ira untuk menggugurkan kandungannya?

"Cuma buat jaga-jaga, setelah kejadian tadi malam bunda takut kamu akan di datangi wartawan." Jawaban Ira cukup masuk akal sehingga Jenny tidak memiliki alasan untuk menolaknya.

"Baiklah, terserah!" Lalu Jenny masuk lebih dulu ke dalam lift, diikuti Ben, sementara Ira tetap tinggal di lantai dua.

1
ardan
Mulai masuk alur seru nih. Siapa yah yg sudah membebaskan Jenn ?
ardan
Satya belum mengakui status dr ayah kandungnya, yang pasti akan membuat kaget kamu loh Jenn, saat tahu siapa sebenarnya Satya.
ardan
masih setia utk menunggu setiap updatenya. semangat ya thorrrr
Itha
semangat author aq tungu upaya.
Itha
berdamai lah dengan keadaan setiya..minta lah bantuan ayah mu
ardan
Luar biasa
Itha
sedih bangattt author mewek😭😭😭
Itha
aq sampe ngupas bawang author baca nya. sedih bangattt... gimana kalau kita diposisi jen
Itha
/Sweat//Sweat//Sweat//Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!