NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Tahun Yang Lalu

Saat Sara hendak kembali ke kamarnya, ia berpapasan dengan bawahan Leo yang membawa kardus menuju ruangan Leo.

" Apa itu?" Tanya Sara.

" Paket tuan Leo nyonya."

" Boleh aku lihat..."

Namun pengawal itu malah menghindar saat Sara hendak mengambil kardus itu.

" Lo barusan ngehindar dari gue?"

" Saya tidak bermaksud begitu nyonya."

" Ya udah sini, gue mau lihat..."

" Sara!"

" Iii apaansih!" Kesal Sara.

Saat Leo tengah mengajak Sara kembali berdebat, ia pun mengode bawahannya untuk pergi.

Dan ketika bawahannya sudah pergi, Leo kembali berhenti berdebat dengan Sara.

" Ya udah aku minta maaf." Ucap Leo pasrah.

" Segampang itu? Aku nggak yakin kamu beneran minta maaf."

" Yang aku lakuin aku di mata kamu itu salah terus, kamu mau apasih? Bilang aja."

" Kamu kok gitu sih?"

" Aku gimana sih?"

" Ya nggak usah gitu juga." Kesal Sara lalu pergi.

" Sara... Woi Sara!!!!"

" APA!!!!" Jerit Sara lebih keras. " Apa! Apa! Apa! Ha! Kamu kenapa bentak aku!!! Kamu brengsek!!!"

" Kamu kekanak-kanakan banget sih!"

" Iya!! Aku emang kekanak-kanakan! Aku memang anak-anak! Jadi perlakukan aku seperti anak-anak!!!"

" Sara..."

" Kamu nyebelin banget sih!!!"

Sara lalu naik sambil berdebat dengan Leo yang tentunya juga tak mau kalah.

Saat di kamar, Sara pergi duduk di tepi ranjangnya dan memainkan handphonenya.

Leo pun juga lalu masuk ke kamar dan langsung membuka bajunya dan terlihatlah badan bugarnya yang di penuhi tato yang di isi oleh nama Sara juga.

' lihatlah dia, dia pasti pengen lihatin badan kekarnya di umurnya yang sudah tua.' Sara tersenyum miring. ' dia pasti ingin ngerayu gue.... Ngapain dia mendekat ni.' Sara membulatkan matanya besar saat Leo mendekat.

Leo perlahan mendekatinya dan bahkan mendekatkan wajahnya pada Sara.

Sara pun juga langsung menutup matanya menunggu ciuman itu. Namun siapa sangka Leo malah melewatinya dan mengambil handuk yang ada di belakangnya.

Sara membuka matanya dan Leo tersenyum lebar. " Kamu mikirin apa?"

" Nggak, aku nggak mikirin apa-apa!" Elak Sara.

" Lalu kamu nutup mata kamu buat apa?"

" Emang nggak boleh aku nutup mata aku? Mata, mata aku."

" Baiklah, aku mau mandi." Leo masih tersenyum membuat Sara kesal sendiri.

' nyebelin banget sih.' Sara memukul-mukul bantalnya. " Nyebelin! Nyebelin! Leo nyebelin!!!"

beberapa saat kemudian*

Leo pun selesai mandi dan memakai baju yang di siapkan Sara.

Meski sedang marah, Sara tetap mengurusnya seperti halnya seorang istri yang baik.

Saat Sara fokus bermain game di handphonenya, tiba-tiba handphone berdering yang membuatnya kembali kesal.

" Siapa ini? Kenapa harus menelpon saat aku sibuk ha!!!" Sara lalu menjawabnya. " Halo!! Ada apa!"

" Sara ini gue."

" Gue siapa?"

" Adrian."

" Ha?"

" Ternyata Lo belum ganti nomor telepon Lo yah, baguslah."

" Ada apa?" Tanya Sara bernada lembut mebuat Leo penasaran.

" Gue ingin ketemu Lo di taman yang dulu sering kita kunjungi."

" Tanam Fores itu?"

" Iya." Jawab Adrian. " Gue mau ngomong sama Lo."

" Tentang apa dulu ni?"

" Gue mau ngomong kalo Lo udah di sini, gue tunggu Lo ya." Adrian lalu mematikan handphonenya.

" Ni anak mau ngomong apa ya."

" Siapa yang nelpon."

" Iii kepo banget sih."

" Apasih."

" Aku mau pergi." Sara lalu mengambil mantelnya. " Kamu makan aja duluan."

" Kamu mau kemana?"

" Ketemu seseorang."

" Siapa? Cowok atau cewek?"

" Cowok, emangnya kenapa?"

" Jadi kamu bicara selembut tadi sama cowo."

" Iya." Angguk Sara tersenyum.

" Kalao gitu aku ikut."

" Ih kamu kurang kerjaan banget sih, kamu ngapain terus ikutin aku. Aku juga nggak bakalan hilang kok..."

" Ya intinya aku mau ikut."

" Nggak mau."

" Aku mau ikut! Titik!"

" Cemburuan banget sih kamu! Lagian aku juga nggak bakalan ngapa-ngapain lalu ninggalin kamu."

" Siapa yang tahu?"

" Dasar pria posesif ini, nggak, pokoknya kamu nggak boleh ikut."

" Kalo nggak boleh, kamu juga nggak boleh pergi."

" Ckkk, sialan." Umpat Sara. " Terserah deh."

Leo langsung tersenyum lebar dan mengikuti Sara pergi.

xxxxxxxxxxx

Saat di taman, Sara melihat kesana kemari mencari keberadaan Adrian yang entah ada dimana.

Saat sampai di tengah taman, akhirnya Sara pun menemukan Adrian yang tengah duduk di bawah pohon.

" Kamu di sini aja. Nggak usah ikut."

" Itu kan cowok yang kemarin, dia siapa sih?"

" Temen SMA aku." Sara lalu pergi.

Adrian lantas tersenyum saat melihat Sara yang menyapanya.

" Lo udah datang ya."

" Lo nggak nunggu lama kan?"

" Nggak kok."

" Omong-omong Lo mau ngomong apa?" Tanya Sara melihat ke sana kemari.

" Gue..."

" Tunggu dulu, biar gue yang ngomong duluan dulu."

" Ya udah."

" Perasaan gue ke Lo udah hilang 11 tahun yang lalu. Sekarang gue udah punya suami dan pesan yang gue kirim itu karena, Lo tiba-tiba pergi waktu nggak ngejawab perasaan gue. Tapi gue udah bahagia sekarang sama gue."

" Gue tahu kok."

" Jadi kalo Lo punya perasaan Ama gue, lebih baik jangan deh."

" Ha?" Adrian mengerutkan keningnya.

" Gue nggak bisa sama Lo lagi, andai Lo jawab perasaan gue waktu itu... Mungkin... Ya gitu lah."

" Baiklah. Gue cuma mau kasi ini ke Lo." Adrian memberikan sebuah surat undangan pernikahan. " Gue harap Lo datang."

Senyuman Sara langsung hilang di sertai malu karena mengucapkan perkataan sombongnya tadi.

Sara terus menatap undangan pernikahan itu dengan mimik wajah yang begitu menyedihkan karena begitu malu.

Sedang Leo yang berada di kejauhan langsung tertawa melihat ekspresi Sara.

" Haha, gue ucapin selamat ya. Hahha."

" Ah iya, Lo jatuh jepitan Lo waktu itu, gue niatnya mau kasih Lo waktu itu, tapi Lo tiba-tiba pergi."

" Hahaha." Sara tertawa paksa. " Terimakasih." Tunduk Sara. ' anjink, kok gue kepedean banget sih.' benak Sara.

" Lo nggak apa-apa?"

" Nggak kok, gue harus pergi kalo gitu."

Saat Sara hendak pergi, Adrian menahan tangannya dan bahkan memeluknya membuat Leo membulatkan matanya besar.

" Gue minta maaf karena nggak jawab perasaan Lo waktu itu, tapi gue juga sama Lo. Tapi gue hanya bimbang aja untuk sementara waktu, dan balasan gue di surel itu udah lama tapi baru ke kirim karena komputer gue baru nyala lagi setelah sekian lama."

" Aaa?" Bingung Sara.

" Gue minta maaf."

" Aa, gitu ya? Hahhaha."

" WOI!!!!" Jerit Leo dari kejauhan. " Anjink Lo ya!"

Sara langsung melepas pelukan Adrian. " Lo sebaiknya pergi deh."

" Itu siapa?"

" Suami gue."

" Ah Lo nggak kenalin dia sama gue.

" Nggak perlu sih! Sebaiknya Lo pergi deh!!"

" Emangnya kenapa?"

" Suami gue agak miring, Lo sebaiknya pergi."

Sara pun langsung berlari menahan Leo sambil terus menyuruh Adrian pergi.

" Leo, Leo tenanglah!"

" Tenang gimana sih! Dia barusan meluk kamu loh!"

" Leo jangan! Adrian pergi nggak!"

" Kemari nggak Lo!!!" Rusuh Leo.

Melihat Leo yang nampak Ingi menerkamya, Adrian pun dengan cepat pergi dari sana.

" Leo udah ih!" Sara memeluk Leo. " Udah, aku minta maaf." Ucapnya membuat Leo kembali tenang. " Maafin aku."

" Kamu kok minta maaf?"

" Jangan marah dulu dong, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

" Emangnya kenapa?"

" Kalo kamu gelud sama dia, kamu bisa bonyok.

" Kamu ngeremehin aku gitu?!"

" Nggak Leo, Adrian mantan atlet tinju."

" Mau dia jago sekalipun, aku bakal pukulin dia karena dia udah meluk kamu!"

" Jangan." Sara mengeratkan pelukannya.

Beberapa saat kemudian*

" Jadi gitu ceritanya." Ucap Sara.

" Ih kamu alay banget sih."

" Semua orang pernah alay Leo. Kamu kok malah ngejek aku sih?"

" Gimana nggak alay coba, masa suka cowok dari TK."

" Emangnya kenapa aku kalo suka dia dari TK?"

" Ya kamu tetap alay." Leo menyilangkan tangannya. " Tak aku sangka kamu punya orang lain selain aku."

" Aku cuma suka doang sama dia karena dia baik banget, tapi cinta aku sama kamu kok." Sara tersenyum.

" Orang baik kok di sukain."

" Tapi orang jahat seperti kamu aku suka juga kok."

" jahat?" Leo tertawa. " Ucapan kamu sangat blak-blakan."

" Lalu kenapa kamu suka aku?"

" Selin bodoh kamu juga polos waktu itu."

" Bodoh? Biara aku beritahu ya, aku tu rangking 20 dari 205 siswa di tingkat SMP."

" Itu bodoh Sara."

" Tidak. Aku tidak bodoh, aku setidaknya mengalahkan 185 siswa." Ucap Sara tak ingin kalah.

" Terserah kamu saja. Sekarang kita udah di luar nih, kamu mau ngapain?"

" Jalan-jalan nggak sih? Tapi udaranya dingin banget. Ah benar, aku baru ingat. Cinta pandangan pertama aku bukan Adrian, tapi anak tampan yang nolongin aku waktu aku tenggelam di sungai dan disitu aku baru berusia 6 tahun."

" Ih kamu ini benar-benar aneh banget sih." Kesal Leo. " Kenapa kamu punya banyak cinta selain aku, padahal aku jadiin kamu yang utama."

" Kamu sedang cemburu dengan anak kecil tahu."

" Ya tapi sekarang itu anak itu pasti sudah besar. Ii! Kamu nyebelin banget sih." Leo lalu berdiri dan pergi.

" Leo kami cemburu ya?" Sara mengejar Leo.

" apsihh."

" Cie, kamu cemburu sama anak kecil."

" Nggak kok! Uggh."

" Jelas kamu cemburu. Kamu ini menggemaskan banget sih."

" Nggak usah pegang-pegang."

" Suami aku sangat imut!" Sara merangkul lengan Leo.

Namun Leo menepis tangannya dan berlari pergi. Sara pun lantas tertawa dan pergi mengejar Leo.

xxxxxxxxxxx

" Lo ngapain dokter Alex?" Tanya Wilia lalu berdiri di samping Alex.

" Lo ngapain di sini?" Ketus Alex.

" Ya gue cuma lihat Lo disini, jadi gue samperin Lo aja. Gue perhatiin setiap hari Lo natap tu pohon bunga. Apa ada sesuatu di sana?"

" Ada, tapi Lo bakalan nggak tahu."

" Lo masih nggak bisa ngelupain Lisa?" Tanya Wilia.

Pertanyaan itu membuat suasana di antara mereka langsung hening dengan Leo yang menatap tajam Wilia.

" Maksud Lo apa?"

" Kok Lo nggak mau balas perasaan gue meski Lisa udah mati."

" Dia nggak mati, dia cuma ada di suatu tempat yang dia nggak tahu."

" Maksud Lo apa?"

" Dan intinya gue nggak bisa ngebalas perasaan Lo, kita cukup temenan aja."

" Gue nggak mau."

Tanpa di sadari percakapan mereka di dengan oleh Camila yang berdiri di balik pintu.

" Gue nggak bisa cinta sama Lo, gue hanya cinta sama Lisa. Berhenti gangguin gue dan profesional lah dalam bekerja."

" Tapi Alex..."

" Gue harap ini peringatan terakhir gue ke Lo, sampai kapanpun cuma Lisa yang gue cinta." Alex lalu pergi.

" Alex..."

Saat Alex keluar, dia di kejutkan dengan Camila yang berdiri di balik dinding.

" Lo ngapain di sini? Lo ngagetin gue."

" Gue cuma lewat dan Lo tiba-tiba keluar."

" Oh gitu, kalao gitu gue pergi dulu."

Saat Alex pergi, Camila pun masuk keruangan itu dan melihat Wilia yang tengah menangis sesenggukan tanpa suara.

Camila pun hanya mengelus-elus punggungnya mencoba menenangkannya.

" Lo baik-baik aja?"

" Mila?" Wilia langsung memeluknya.

" Lo nggak seharusnya terus deketin Alex."

" Gue udah cinta banget sama dia."

" Gue tahu, tapi tanpa sadar Lo juga sakitin perasaan sahabat Lo sendiri. Lisa bahkan mutusin Alex buat Lo."

" Gue minta maaf Mil."

" Nggak guna juga, Lisa udah pergi."

" Gue minta maaf karena ngeodorong Lisa ke meja waktu itu."

" Lo bilang apa?" Camila terkejut mendengarnya." Lo ngomong apa barusan!"

" Gue... Gue yang ngedorong Lisa waktu itu..." Isaknya.

" Li, Lo bener-bener jahat ya."

" Gue minta maaf Mil, gue nggak sempat minta maaf sama Lisa waktu itu..."

" Perbuatan Lo nggak bisa gue maafin lagi Li, karena Lo, Lisa nerima 23 jahitan di kepalanya. Lo... Kok tega banget."

" Gue nggak bermaksud dorong dia waktu itu..."

" Penyegelan Lo nggak berguna. Gara-gara Lo Lisa mati." Kesal Camila lalu pergi.

" Mila..." Wilia menyeka air matanya. " Sialan."

xxxxxxxxxxx

" Leo mau nggak?"

" Nggak."

" Ih masih marah ya?"

" Menurut kamu."

" Maafkan aku, aku kan udah minta maaf dari tadi."

" Nggak ngaruh."

" Kamu mau aku ngapain agar kamu maafin aku?"

" Kamu mau nggak cium aku disini..."

" Selain itu."

" Aku udah nggak punya yang lainnya, kalo kamu nggak mau ya udah."

" Nanti kalo kita udah pulang."

" Kalo pulang udah bedah lagi."

" Harus di sini banget?" Tanya Sara dan Leo mengangguk iya.

Sara pun melihat ke sana kemari untuk memastikan tak ada yang melihat mereka.

Sara lalu dengan perlahan mendekati bibir Leo dengan matanya yang terpejam. Namun sedikit lagi ia bersentuhan, hujan yang deras tiba-tiba turun.

" Hujan?"

" Ayo pergi." Sara menarik tangan Leo.

Sara membawa Leo ke sebuah tempat yang cukup jauh untuk berlindung dari hujan.

Mereka berlindung di bawah tempat perosotan anak-anak yang ada di taman bermain.

Saat sampai di sana, Sara langsung mengecup bibir Leo yang tentu membuat Leo kaget hingga telinganya begitu merah.

" Kamu barusan cium aku?"

" Udah kan? Jadi kamu maafin aku kan..."

Tanpa banyak bicara lagi, Leo kembali mengecup bibir istrinya bahkan melumatnya penuh gairah.

" Apa yang kalian lakukan?"

Tiba-tiba ada anak yang bertanya membuat Sara sontak kaget dan mendorong Leo hingga kepala Leo terbentur.

" Astaga maaf... Siapa itu?" Sara melihat ke belakang.

Ternyata ada 1 anak kecil yang ada di sana. Hal itu sontak membuat Sara begitu terkejut setengah mati.

" Kamu ngapain di sini?"

" Aku juga berlindung dari hujan."

" Ah, begitu ya?" Sara tersenyum.

" Kalian tadi ciuman ya? Kata maam nggak boleh."

" Kami sudah boleh, kami suami istri."

" Tante cantik banget." Puji anak pria itu.

" Kamu bisa aja ih, nama kamu siapa? Kamu ngapain di sini?"

" Aku Arga, aku tadi mau pulang tapi hujan. Mama bilang nggak boleh hujan-hujanan. Jadi aku berlindung dulu di sini."

" Ah begitu ya, kemarilah." Panggil Sara.

Arga pun lalu duduk di samping Sara.

" Nanti kalo sudah hujah, Tante antar kamu pulang ya."

" Aku lihat jalan ke rumah kok."

" Sar, tu anak siapa sih?"

" Om sangat menakutkan, kenapa Tante mau sama dia?"

" Karena dia tampan."

" Apasih Lo, anak-anak nggak boleh ikut campur ya." Ketus Leo.

" Leo ih, nggak boleh gitu."

" Tapi ayah aku lebih menakutkan."

" Kenapa?"

" Aku pernah liat ayah bertarung dengan orang jahat yang banyak, dia punya tato yang banyak di badannya dan nama sama aku."

" Benarkah."

" Kok kamu malah ngomong sama dia sih?"

" Ayah terlihat menakutkan di luar, tapi dia jadi pembantu mama di rumah. Ayah sangat manis."

" Wah, pasti mama kamu cantik."

" Iya, mama sangat cantik. Tapi dia punya luka robek di wajahnya sampai di kepalanya."

" Kenapa bisa?"

" Katanya mama dulu tolong ayah waktu ayah di serang dan mama nggak sengaja kena..."

" Husst, anak kecil nggak boleh ngomong sembarangan. Kamu tahu itu dari mana?"

" Dari teman ayah."

" Lain kali jika teman ayah kamu ceritain itu nggak usah di dengar."

" Dia nggak ngomong sama aku, tapi aku ngupin percakapan mereka."

" Ah begitu ya, hahha. Lain kali kamu nggak boleh ngintip percakapan orang dewasa."

Beberapa saat kemudian*

Setelah mengantar anak kecil itu pulang, Sara terus terbayang dengan wajah ibu Arga.

" Sepertinya mereka pasangan muda." Ucap Sara.

" Terus?"

Sara pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Leo.

" Ayahnya benar-benar menakutkan dan wajah ibunya... Astaga itu pasti sangat sakit."

" Nggak usah mikirin hidup orang lain."

" Tapi dia masih bertahan dengan wanitanya meski wajahnya seperti itu, itu sangat manis."

" Dia bertahan ya karena memang masih cinta."

" Kamu benar, kalo nanti wajah aku kek gitu kamu jangan ninggalin aku ya..."

" Sembarang banget sih kamu. Aku nggak bakalan biarin kamu sampai terluka."

" Kamu sangat gentleman." Sara memukul-mukul lengan Leo.

" Apasih kamu."

Sara lalu mengecup pipi Leo dan berlari pergi. Leo tentu tersenyum dan balik mengejar Sara yang menjauh.

xxxxxxxxxxx

EPILOG*

Terlihat seorang anak perempuan yang tak sadarkan diri tenggelam ke dalam sungai yang dalam.

Dan di saat itu juga, tangan mungil seorang anak pria menariknya kembali ke atas.

Saat di atas, anak pria itu melakukan semua cara untuk menyadarkan anak perempuan yang tak lain adalah Sara.

Setelah melakukan beberapa cara, akhirnya Sara pun sadar. Melihat Sara yang siuman, anak pria itu hendak pergi namun Sara menahan tangannya.

" Kamu siapa?" Tanya Sara namun dia hanya diam. " Kamu nyelamatin aku?"

Berkali-kali Sara bertanya, anak pria itu hanya diam menatap sendu wajah Sara.

" Kamu kenapa nggak mau bicara?" Sara memayungka bibirnya. " Kamu menyebalkan, tapi nama aku Sara, kata ayah aku sudah berusia 6 tahun. Ah kamu sudah besar dan tinggi, pasti umur kamu 20 tahun kan?"

" Umur aku 11 tahun."

" Wah, kamu tampan banget." Mata Sara berbinar. " Sepertinya aku jatuh cinta sama kamu."

" Kalau sudah bicara, aku ingin pergi."

" Tunggu." Sara menahan tangannya. " Nama kamu siapa?"

Namun anak laki-laki itu masih tetap diam dan menatap tangan Sara yang mengengam tangannya.

" Ah karena kamu nggak mau bicara, aku panggil kamu Ray."

" Ray?"

" Iya, itu nama penyelamat."

" Kamu nggak kedinginan?" Ucap Ray tersenyum.

" Akhirnya kamu senyum. Kamu semakin tampan."

" Biar aku antar pulang kalau begitu."

Ray mengengam tangan Sara dan membawanya pulang menelusuri hutan yang luas.

Setelah 10 menit berjalan, sampai lah mereka dia sebuah perumahan di mana begitu banyak orang yang berkumpul.

" Sara!" Panggil Hendra yang merupak ayahnya. " Kamu baik-baik aja? Kamu habis darimana nak!"

" Sara baik-baik saja Ayah. Ray yang nyelamatin aku."

" Ray?"

" Tuan muda! Sedang apa anda di sini! Kami sangat khawatir dengan anda."

" Di mana mama papah?" Tanyanya.

" Mama papa kamu juga sedang cariin tuan muda, tapi untunglah tuan muda ada di sini." Ucap pelayan itu. " Siapa mereka?"

" Dia yang selamatin aku."

" Oh begitu ya. Terimakasih telah menyelamatkan tuan muda." Ucap para pelayan itu membungkuk berterimakasih.

" Siapa kalian?" Tanya Hendra.

" Dia cucu sulung dari keluarga konglomerat Amstrong."

" Keluarga konglomerat itu?"

" Terimakasih telah menyelamatkan tuan muda."

" Ayo kita pergi tuan muda."

Saat pergi, Ray kembali berbalik pada Sara dan tersenyum.

Sara hanya diam dan bersembunyi di belakang ayahnya. Ia melihat liontin salib yang di berikan Ray padanya baru lah ia tersenyum namun Ray sudah pergi.

TO BE COUNTED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!