NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum saatnya

Malam itu Mutia tidak bisa tidur, ia takut Rangga akan masuk lagi ke kamarnya, tidak menutup kemungkinan kalau Rangga mempunyai kunci cadangan , secara ia pemilik dari rumah ini.

Alhasil, Mutia memutuskan untuk tidur di lantai, di dekat pintu beralaskan selimut tebal yang ada. Mutia pikir, jika Rangga sampai masuk, ia akan lebih mudah untuk kabur ke luar kamar.

Hal itu ternyata diketahui juga oleh Rangga, diam-diam ia cek CCTV yang ada di kamar tamu, ia bisa melihat semua yang dilakukan oleh Mutia di sana.

"Benar-benar wanita aneh, pantas saja jadi perawan tua, sok jual mahal", cibir Rangga sambil kembali menuju kamarnya.

Rangga tidak mengetahui kalau Mami dan adiknya sudah pulang. Rangga makin penasaran saja kepada Mutia, ia ingin membuktikan ucapan Mutia kalau dirinya belum pernah pacaran.

"Berarti Mutia masih murni, asli belum tersentuh, aku akan menjadi laki-laki yang pertama untuknya", gumam Rangga dengan tersenyum evil.

Mutia sudah biasa bangun pagi, selepas sholat shubuh, ia merasa bingung harus ngapain, mau ke luar dari kamar, malu.

"Tok...tok...tok...", pintu ada yang mengetuk.

Pikiran Mutia sudah tertuju kepada Rangga, itu membuat Mutia hanya duduk saja, membiarkan pintu tetap tertutup.

"Kak..., Kak..Mutia..., Kakak sudah bangun?", terdengar suara perempuan memanggilnya di depan pintu.

Mendengar suara wanita yang memanggilnya, membuat Mutia lega. Ia buru-buru mendekati pintu dan membukanya.

"Maaf..., lama menunggu", Mutia tersenyum . Di hadapannya berdiri seorang wanita cantik, raut mukanya mirip dengan Rangga.

"Tidak apa Kak, maaf saya yang mengganggu, saya Rani, adiknya Kak Rangga", perkenalkan Rani sambil tersenyum dan mengulurkan tangan kepada Mutia.

Dari semalam, Rani ingin bertemu Kakak, tapi takutnya Kak Mutia sudah tidur", kembali Rani tersenyum.

"Ayo keluar Kak, kita jalan-jalandi taman belakang, sekalian olah raga ringan", ajak Rani, tanpa ragu ia meraih tangan Mutia dan membawanya menuju taman belakang.

Ini untuk pertama kalinya Mutia menginjakan kaki di tempat itu, suasananya mengingatkan Mutia ke kampung halamannya, suara gemericik air dari air terjun mini membuatnya adem. Wangi bunga pun semerbak, wangi yang berasal dari bunga mawar dan bunga melati yang sedang bermekaran.

"Bagaimana Kak, sejuk kan?, ini tempat favorite aku Kak, aku bisa betah berjam-jam duduk di sini", senyum Rani.

"Aku senang lho Kak, mendengar Kak Rangga mau menikah, apalagi bukan sama Kak Sinta, Ups....", Rani menutup mulutnya, ia seharusnya tidak bicara itu di depan Mutia.

"Tidak apa Dik, bicara saja, Kakak sebentar lagi menjadi istrinya Kak Rangga, Kakak sama sekali belum mengenal Kak Rangga, jadi boleh dong Rani memberitahu Kakak soal Kak Rangga", senyum Mutia.

"Jadi..., Kak Mutia belum tahu soal Kak Sinta?", tatap Rani.

Mutia menggeleng.

"Kalau begitu..., biar Rani ceritakan ya Kak?",

"Eemmhh...., sebaiknya tidak usah lah Rani, Kakak sudah memutuskan untuk menerima Kak Rangga apa adanya, dan memulai kehidupan Kakak bersamanya, soal Sinta itu masa lalu, tidak usah diungkit lagi", Mutia kembali tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu, memang lebih baik tidak tahu, nanti malah bisa bikin runyam untuk kehidupan Kakak kedepannya", imbuh Rani lagi.

"Tapi tenang saja Kak Mutia, Kak Rangga itu pada dasarnya baik kok, apalagi kalau sudah bersama Kak Mutia, dijamin akan berubah lebih baik, hanya saja, Kak Mutia harus banyak bersabar, karena aku jamin itu akan lama, tapi aku yakin kok, Kak Mutia akan bisa mengubah Kak Rangga", Rani memeluk Mutia erat.

Mutia pun sampai kaget, ini anak kok langsung akrab dengan dirinya, padahal ini pertemuan pertama mereka.

"Ehhmm...", sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.

"Kalian di sini rupanya", Rangga sudah berdiri di belakang mereka.

"Rani...?, kalian sudah saling kenal?", tatap Rangga, ia juga terlihat kaget melihat adiknya sedang memeluk Mutia.

"Kak Rangga...", senyum Rani, ia menghampiri Rangga dan menyalaminya, karena semalam mereka tidak sempat bertemu.

"Ah..., tidak, aku sangat senang begitu mendengar kabar kalau Kakak akan menikah, aku kan jadi punya saudara perempuan, bisa buat curhat, kalau Kakak kan selalu betah di luar...",

Rangga dengan cepat menutup mulut Rani dengan telapak tangannya, sambil melebarkan kelopak matanya.

Rani pun tak melanjutkan ucapannya, "Ups...., maaf...", lirih Rani.

"Sudah, kita sarapan saja dulu, aku dan Mutia mau survey ke Hotel", ucap Rangga, ia tanpa ragu meraih kembali tangan Mutia dan membawanya pergi menuju ruang makan. Rani pun mengikutinya dari belakang.

Disana Pak Dwi dan Bu Anggi sudah menunggu, mereka . Mereka pun tampak tersenyum menyambut kedatangan Rangga dan Mutia.

Apalagi melihat Rangga yang tampak perhatian kepada Mutia, Pak Dwi berpikir kalau Rangga benar-benar menerima Mutia sebagai calon istrinya.

"Sepertinya Rangga sudah bisa move on dari wanita itu", bisik Pak Dwi kepada Bu Anggi.

"Iya , semoga saja", senyum Bu Anggi, ia menarik kursi di sampingnya untuk Mutia.

"Terima kasih...", rengkuh Mutia.

"Bagaimana tidurnya , nyenyak?", tatap Bu Anggi.

"Nyenyak Bu", rengkuh Mutia.

"Ayo silahkan sarapan dulu", kembali Bu Anggi mempersilahkan Utami.

"Iya...", Mutia mulai mengisi piringnya dengan nasi dan lauk pauknya.

Ternyata Bu Anggi memperhatikan Mutia, "Ayolah Mutia, ambil apa pun yang kamu mau, tidak usah malu, besok lusa, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini", ucap Bu Anggi.

"Ah..., iya...", ucap Mutia agak tersipu, ia tidak tahu kalau sedang diperhatikan.

"Kalian istirahat saja di rumah, biar kami yang survey ke Hotel, kalian ini calon pengantinnya, jangan terlalu cape", senyum Pak Dwi.

"Biar Papi dan Mami saja yang ke sana, sekalian mengurus adminnya", imbuh Pak Dwi.

"Di rumah...?, sendirian...?", tatap Mutia.

"Ada Rangga juga, Rani juga tidak akan ikut", senyum Bu Anggi.

"Aku ikut Mi..., sekalian ada urusan sebentar", sambar Rani.

"Kasihan Mutia , masa di rumah sendiri , kalau ada Rani kan dia ada teman di rumah.

"Aku ambil libur saja Mi, aku akan menemani Mutia di sini", senyum Rangga tiba-tiba.

'Aduh..., bisa celaka kalau Rangga pun tidak ikut, bisa-bisa dia melanjutkan niatnya yang kemarin, cuma berdua lagi', batin Mutia bicara.

"Iya..., kita istirahat saja di rumah, biar besok sehat dan kuat ya Mi", kekeh Rangga.

"Betul itu, pengantin baru itu harus cukup istirahat, biar besok pas dirias tidak terlihat pucat",

Mutia sudah tidak bisa berkata-kata lagi, ia tidak berani menolak, kalau bicara tidak mau, bisa ditanya alasannya apa. Ia hanya mengangguk.

Rangga tampak tersenyum ke arah Mutia, senyum yang terlihat menakutkan bagi Mutia.

Saat Pak Dwi dan Bu Anggi serta Rani pergi, Mutia merasa serba salah, ia ingin rasanya menghilang saja dari pandangan Rangga.

"Kita lanjutkan yang semalam", bisik Rangga, ia menatap tajam ke arah Mutia.

"Besok saja Mas...", lirih Mutia dengan suara gemetar.

Untung saja saat Rangga akan merengkuh tubuh Mutia, terdengar suara bel berbunyi.

"Alhamdulillah...", lirih Mutia, ia terlihat senang, dan langsung menuju pintu.

1
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!