"Kenapa hidupku harus semenyedihkan ini? Aku bukan hanya kehilangan suamiku, tapi aku juga harus memupus harapanku untuk menjadi seorang ibu karena aku mandul. Apa aku tidak pantas bahagia?"
Maharani adalah seorang wanita yang menjadi istri dari seorang pria yang bernama Rendy Wijaya. Awal pernikahan mereka terjalin dengan begitu bahagia dan penuh keromantisan. Namun, setelah 5 tahun menikah dan selama itu juga mereka masih belum juga dikaruniai seorang pun anak, perlahan sikap Rendy mulai berangsur berubah hingga akhirnya ia menghadirkan Celine dalam pernikahan mereka dan mengakibat pernikahannya harus berujung dengan perceraian.
Bagaimana kisah Maharani dalam menjalani kehidupan keduanya dan menyembuhkan luka di hatinya atas pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya? Apakah Maharani akan memperoleh kebahagiaan yang begitu diimpikan? Lantas bagaimana dengan kemandulannya, akankah ada mukjizat yang Tuhan akan berikan untuknya atau selamanya harapan untuk dapat menggend
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Terkuak
Selamat membaca!
Kedua kendaraan yang jaraknya saling berdekatan itu mulai menempuh perjalanan yang panjang, hingga beberapa lokasi yang menjadi titik kemacetan ketika sore hari tanpa terasa sudah mereka lalui.
Maharani pun sampai saat ini masih belum bisa menebak kemana tujuannya sang suami, ia dibuat benar-benar penasaran dengan kebohongan apa yang sedang ditutupi oleh Rendy dari dirinya. Kini kedua matanya terus menatap dengan seksama dan tak sedetik pun mobil suaminya itu terlepas dari pandangan matanya. Sampai akhirnya, mobil Rendy kini terlihat mulai memperlambat lajunya untuk memasuki area parkiran di sebuah klinik ibu dan anak.
Maharani yang mengetahui tujuan suaminya kini tak dapat lagi menyembunyikan keterkejutan di wajahnya. Pikirannya kala itu semakin kacau, hingga ia benar-benar ketakutan bila kecurigaannya itu ternyata memang sebuah kenyataannya. Kenyataan bahwa suaminya ternyata mengkhianati ikatan pernikahannya.
"Kenapa Mas? Kenapa kamu datang ke klinik ini, tapi tidak mengajakku? Sebenarnya siapa yang ingin kamu temui?" Maharani terus memutar otaknya dengan keras, sampai akhirnya pikiran positif mulai menaungi isi kepalanya yang sejak tadi dipenuhi dengan pikiran buruknya terhadap Rendy.
"Apa mungkin Mas Rendy mau menemui Nina ya? Nina 'kan saat ini memang sedang hamil tua." Maharani sejenak terdiam, hingga wanita itu mulai tersenyum walau hanya terlihat samar. Senyuman yang beberapa detik tampak di sudut bibirnya itu mampu mengusir sejenak kegusaran dalam hatinya.
"Ya, itu mungkin saja. Mungkin memang Nina yang akan ditemui oleh Mas Rendy. Aku salah terlalu berpikiran buruk terhadap suamiku sendiri. Maafkan aku ya Allah," batin wanita itu yang saat ini begitu menyesal atas apa yang telah dilakukannya.
"Mba, kita sudah sampai. Apa Mba mau saya tunggu sampai urusan di klinik ini selesai?" tanya supir itu yang telah menghentikan taksinya di pelataran lobi sebuah klinik.
"Bapak tidak perlu menunggu saya ya, nanti saya pulang sendiri saja. Oh ya, berapa uang yang bapak minta?" jawab Maharani yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan.
"Seikhlasnya Mba saja, saya tidak ingin memanfaatkan di saat keadaan Mba sedang seperti ini."
"Masya Allah, terima kasih Bapak sudah mau mengerti keadaan saya. Ini ada sedikit rezeki dari saya untuk keluarga Bapak sekalian ya. Maaf sekali bila saya merepotkan Bapak dan sudah mengganggu waktu kerja Bapak." Maharani menyerahkan sejumlah uang yang nilainya sangat banyak dan membuat supir taksi itu terlihat sangat terkejut.
"Ya Allah, Mba. Ini banyak sekali ongkosnya. Argonya cuma 300 kok, Mba." Supir itu terlihat kaget saat menerima tumpukan uang yang iberikan oleh Maharani.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya ikhlas memberikan ini untuk Bapak. Tolong diterima ya Pak! Jangan menolak rezeki ini. Semoga uang itu bermanfaat untuk Bapak dan keluarga." Akhirnya supir itu pun menerima uang yang Maharani berikan, walau dengan tangan yang terlihat gemetar. Bagaimana tidak, Maharani memberikan uang sejumlah dua juta rupiah dan jumlah yang teramat banyak untuk didapat oleh sang supir dalam sehari bekerja.
Wanita itu kini mulai menarik handle pada pintu mobil dan keluar dengan terburu-buru untuk menyusul langkah suaminya yang terlihat sudah lebih dulu masuk ke dalam klinik. Namun, sebelum wanita itu memasuki lobi, pandangannya sempat melihat untuk yang terakhir kalinya kepada sang supir yang saat ini sedang memanjatkan doa penuh rasa syukur atas rezeki yang telah didapatnya. Rezeki yang dapat digunakan oleh supir itu untuk membiayai persalinan istrinya. Itulah yang Maharani sempat dengar dari perkataan sang supir sesaat setelah dirinya keluar dari taksi tersebut.
"Alhamdulillah, jika pemberianku ternyata dapat bermanfaat untuk Bapak itu. Walaupun saat mendengar tentang kehamilan, hatiku terasa begitu bergetar karena sudah 5 tahun ini Allah belum juga menganugerahi seorang keturunan kepadaku. Ya Allah, sekarang ini aku sangat takut, bila Mas Rendy melakukan semua pengkhianatan ini karena aku belum bisa memberikan keturunan padanya," batin Maharani menahan air mata yang saat ini sudah menganak pada kelopak matanya.
Namun, ia menyadari bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk meratapi semua kesedihannya. Ya, wanita itu harus membuktikan sendiri, apa kecurigaannya itu benar atau ia harus meminta maaf kepada Rendy karena tak mempercayainya.
Sambil mengusap bulir kesedihan di pipinya yang ternyata lolos dari kedua sudut matanya begitu saja, Maharani pun mulai melangkah dengan perlahan untuk memasuki lobi. Setibanya di dalam, ia langsung mengedarkan pandangannya, hingga sorot matanya terhenti di satu titik saat melihat sosok Rendy tengah berada di meja resepsionis. Namun, sayangnya Maharani tak dapat mendengar apa yang ditanyakan oleh Rendy kepada petugas klinik yang berjaga karena jaraknya yang terlalu jauh dengan mereka. Wanita itu pun coba menahan dirinya untuk bersabar dan menunggu waktu yang tepat.
Tak berselang lama, Rendy pun mulai melangkah menuju salah satu ruangan yang berada di ujung lorong, langkahnya terlihat sangat tergesa hingga hampir menabrak petugas klinik yang sedang membawa beberapa berkas dalam dekapannya.
Maharani terus mengintai kemana suaminya pergi, hingga sosok pria itu mulai memasuki sebuah ruangan yang berada di sisi kiri lorong rumah sakit itu.
"Jadi di ruangan itu, apa benar itu Nina? Atau..." Maharani tak dapat meneruskan perkataannya yang begitu menyakitkan untuknya dilanjutkannya. Saat ini ia memilih untuk kembali melangkah menuju ruangan itu dengan jantung yang berdetak tak karuan, pikiran wanita itu pun sangat kacau, hingga membuat kedua kakinya gemetar ketika dirinya sudah benar-benar dekat dengan ruangan itu. Bahkan saat ini ia mulai dapat mendengar semua perkataan yang diucapkan oleh suaminya dari dalam ruangan yang pintunya memang sengaja tidak ditutup oleh Rendy, karena terburu-buru.
"Sayang, bagaimana kondisi kamu? Apa kata dokter tentang keadaan anak kita?" tanya Rendy dengan panik, sambil mengusap perut Celine yang saat ini tengah berbaring di ranjang pasien.
"Mas, akhirnya kamu datang juga. Tadi aku merasa perutku kram dan mengeras. Kepalaku juga tadi sakit, tubuhku terasa lemas. Untung saja aku masih kuat mengendarai mobil sendiri ke klinik ini untuk memeriksakan keadaan anak kita."
"Lalu apa kata dokter setelah melakukan pemeriksaan pada anak kita, sayang?" tanya Rendy yang suaranya dapat terdengar sampai ke telinga Maharani yang saat ini tengah menguping pembicaraan keduanya.
"Kamu tenang saja ya, Mas. Alhamdulillah anak kita baik-baik saja, tapi dokter menyarankan aku untuk istirahat selama satu Minggu ke depan karena kandungan aku sangat lemah. Kamu mau 'kan menemani waktu istirahatku di apartemen? Kamu batalkan saja deh untuk mengajak Maharani pergi berlibur ke London, memangnya kamu tega meninggalkan aku di sini dalam keadaan seperti ini? Apa kamu tidak sayang terhadap anak kamu?" tanya Celine sambil mengusap punggung tangan Rendy yang saat ini masih berlabuh di atas permukaan perutnya.
Betapa terkejutnya Maharani mendengar percakapan Rendy bersama wanita yang ternyata adalah sekretaris di perusahaannya. Hatinya seketika hancur berkeping-keping, setelah melihat kenyataan yang ada dengan kedua matanya sendiri. Kenyataan bahwa suaminya pergi meninggalkannya untuk menemui Celine dan yang lebih menyakitkannya lagi, ternyata Celine saat ini tengah mengandung anak hasil hubungan terlarang mereka.
Maharani pun sudah tak mampu lagi untuk menahan segala kehancuran dalam dirinya. Kini dengan linangan air mata yang terus membasahi kedua pipinya, wanita yang tengah diburu oleh amarah yang sedang meledak-ledak itu pun segera menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut. Kedatangan Maharani yang tiba-tiba seketika membuat pandangan Celine dan Rendy langsung menatap ke arahnya secara bersamaan dengan kedua mata yang membeliak penuh keterkejutan.
"Rani," ucap Rendy dengan napasnya yang tercekat karena melihat sosok Maharani telah berada di hadapannya.
Pria itu sama sekali tak menduga bila istrinya sampai membuntutinya hingga ke klinik, tempatnya berada saat ini bersama Celine. Namun, kecemasan Rendy sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh Celine, kini wanita itu tampak menyeringai puas penuh kemenangan, karena pada akhirnya hubungan rahasianya dengan Rendy diketahui juga oleh Maharani, sang istri pertamanya.
...🌺🌺🌺...
Bersambung ✍️
Berikan komentar positif kalian ya.
Berikan gift untuk novel ini sebanyak-banyaknya sebagai dukungan kalian terhadap Maharani!
Follow Instagram Author juga : ekapradita_87
Join GC Author dan tulisan alasan kalian mengapa ingin join agar para adminku bisa menerima permintaan kalian untuk gabung.
makasih ya Thor ceritanya bagus 👍