Altair, remaja cerdas dan tangkas memiliki seorang adik bernama Rigel yang gagu. Ini merupakan aib baginya. Suatu hari kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, sehingga Altair dan Rigel harus tinggal di rumah kakeknya.
Dunia sudah mendekati kiamat, sehingga banyak sekali terjadi bencana dan kecelakaan besar di dunia ini. Suatu hari Altair merapikan kertas-kertas gambar milik Rigel. Ini mengejutkan baginya, karena apa yang digambar oleh Rigel itu adalah gambaran bencana yang terjadi di dunia ini. Sang adik yang dianggap anak tidak berguna memiliki kemampuan melihat masa depan apa yang akan terjadi di dunia ini.
Hanya saja Rigel yang tidak bisa bicara tidak bisa menjelaskan di mana dan kapan benca itu akan terjadi. Hanya ada teka-teki angka yang harus dipecahkan oleh Altair untuk mencegah korban dalam bencana itu.
Suatu hari Rigel menggambar sebuah lukisan akan hancurnya di beberapa bagian bumi. Bagaimanakah Altair dan Rigel bisa bekerja sama untuk menolong penduduk bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Rahasia Orang Tua Altair
Bab 12
Hari minggu Altair dan Rigel mendatangi rumah sakit. Sirius masih menjalani perawatan intensif.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Sirius dengan suaranya yang lemah.
"Ya, kami berdua baik-baik saja," jawab Altair.
Altair tidak memberi tahu kakeknya kalau dia sudah mulai mencari tahu tentang kecelakaan mobil yang menewaskan kedua orang tuanya. Saat ini dia bergerak sendiri dengan mencari tahu pemilik mobil yang ada di TKP, dengan petunjuk gambar hasil karya Rigel.
Seharian itu Altair dan Rigel berada di rumah sakit. Kata dokter Sirius kondisinya akan cepat pulih jika banyak melakukan interaksi dengan kedua cucunya.
"Altair, sebenarnya ada yang ingin kakek katakan kepadamu. Tapi, ini sangat rahasia sekali bahkan nyawa kamu bisa saja menjadi taruhannya," kata Sirius dengan tatapan serius.
Altair tidak tahu apa yang ingin dikatakan oleh kakeknya. Namun, seperti rahasia ini ada sangkut pautnya dengan kematian orang tuanya.
"Aku tidak takut mati, Kek. Apalagi jika itu demi kebaikan orang banyak," ucap Altair.
Sirius tersenyum tipis. Dia senang cucunya sudah mulai berubah dan sekarang simpati di dalam dirinya sudah terlihat. Selama tinggal bersama, Altair terlihat tertutup dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya.
"Akan kakek beri tahu suatu rahasia yang menjadi penyebab kematian kedua orang tua kalian," kata Sirius memulai ceritanya.
Altair sangat penasaran sekali dengan ini. Dia yakin suatu hari nanti bisa menangkap si pelaku. Begitu dia menoleh Rigel sudah ada berdiri di sampingnya. Entah sejak kapan bocah itu ada di sana.
"Sebenarnya Alfa dan Aurora bergabung ke dalam sebuah penelitian Internasional. Kakek tidak tahu pasti apa yang sedang mereka teliti atau penemuan apa yang mereka kembangkan. Sepertinya kedua orang tuamu itu mengalami perdebatan karena tidak sejalan dengan beberapa ilmuan lain, sehingga memutuskan untuk keluar dari proyek rahasia itu," lanjut Sirius dan Altair mendengar ucapan seksama.
Jujur saja selama ini Altair mengira kedua orang tuanya bekerja di laboratorium. Meneliti sesuatu atau membuat obat. Karena mereka tidak pernah membahas pekerjaan jika sedang bersama dengannya dan Rigel.
"Berhati-hatilah karena mereka selalu mengawasi kamu dan Rigel. Jadi, jangan sampai bertindak gegabah. Kakek tidak tahu apa penelitian mereka itu berjalan sukses atau terhenti karena papa dan mamamu keluar dari proyek itu. Yang jelas, mereka menunggu waktu yang tepat untuk mencuri proyek pengembangan yang dilakukan oleh Alfa dan Aurora serta beberapa temannya," ujar Sirius.
"Sepertinya mereka belum menemukan tempat Alfa melakukan penelitian itu. Sehingga mereka tidak boleh melakukan hal yang gegabah. Ini adalah informasi dari papamu sebelum dia meninggal," tambah Sirius dengan suara yang semakin melemah.
"Jadi, tempat penelitian papa dan mama tidak bisa mereka temukan?" tanya Altair.
Altair melirik kepada Rigel. Pemuda itu teringat dengan gambar yang ada di rumah mereka ketika mereka datang ke sana beberapa hari yang lalu. Di dalam gambar itu ada sebuah ruangan dengan beberapa tabung yang di dalamnya ada sesuatu.
Kini Altair paham maksud gambar itu adalah laboratorium yang menjadi tempat penelitian kedua orang tuanya. Entah apa yang sedang mereka teliti di sana, yang jelas itu adalah suatu proyek yang sangat diinginkan oleh kelompok ilmuan internasional.
"Ya, sepertinya mereka tidak tahu di mana lokasi itu. Sehingga mencari petunjuk di mana tempat itu berada dengan mendatangi rumah kalian dengan secara ilegal," jawab Sirius.
***
Sore hari Altair dan Rigel pulang ke rumah. Melihat keadaan rumah yang berantakan membuat pemuda itu harus membereskannya. Apalagi kertas-kertas gambar hasil karya Rigel yang banyak berserakan di mana-mana.
"Kamu bantu bereskan kertas-kertas itu. Kebiasaan sekali kalau menggambar suka di simpan di mana saja," gerutu Altair.
Rigel pun ikut membantu membereskan kertas-kertas gambarnya dalam diam. Sangat berbeda dengan Altair yang menggerutu sepanjang bekerja. Ketika dia melihat sebuah kapal pesiar di tengah lautan dan ada pusaran air. Dia pun mencari angka-angka yang ditulis oleh Rigel.
"202402212215," ucap Altair.
"Tahun 2024 bulan 02 tanggal 21 jam 22 lebih 15 menit."
Mata Altair pun berkedip-kedip untuk memastikan nomor yang dilihatnya tidak salah. Meski sudah mengucek matanya, nomornya tetap sama.
"Tanggal 21 kan hari ini," ucap Altair dan Rigel yang selesai membereskan kertas gambarnya pun mengangguk.
Altair melihat ke arah jam yang ada di dinding. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 17:45 dan masih ada waktu beberapa jam lagi sampai ke waktu kejadian.
"Kita harus memberi tahu mereka. Ayo, kita pergi!" ajak Altair kepada Rigel.
Pemuda itu mengemudi dengan kecepatan penuh menuju pelabuhan. Dia harus menghentikan pemberangkatan kapal itu.
***
Altair mengendarai motor dengan membonceng Rigel. Dia sengaja menggunakan motor karena itu memudahkan dia ketika menyalip kendaraan lain di depannya.
Rigel memeluk erat tubuh kakaknya. Entah kenapa dia merasa senang bisa naik motor untuk pertama kalinya bersama Altair.
Ketika melaju di dekat jembatan, Altair melihat kapal pesiar Aquarius sudah berlayar meninggalkan dermaga menuju ke laut lepas, Samudera Aqualia.
"Kita sudah terlambat!" pekik Altair kesal.
Dia melihat jembatan penghubung ke pulau Pegasus. Jembatan itu bisa dibuka tutup. Jika ada kapal-kapal besar dan tinggi maka jembatan akan terpotong lalu terangkat memberikan jalan untuk kapal-kapal itu.
"Semoga masih sempat," ucap Altair yang menambah kecepatan laju motornya.
"Rigel pegangan yang kuat!" teriak Altair karena dia akan menggunakan kecepatan maksimal.
Kapal Aquarius sebentar lagi akan melewati jembatan. Altair mempertaruhkan nyawanya dan nyawa Rigel ketika melajukan motor ke arah jembatan yang akan terbuka. Sirine peringatan tidak dia indahkan.
Altair menancap gas agar motornya bisa naik ke puncak jembatan. Dalam hati pemuda itu berdoa agar dia bisa mendarat tepat di kapal pesiar mewah itu.
Jantung Altair berdetak kencang ketika jembatan terbuka sampai batas maksimal. Dia menambah tarikan gasnya agar motor tidak jatuh mundur ke belakang karena gerak gravitasi.
Rigel semakin erat memeluk tubuh kakaknya di saat dia merasa akan jatuh karena laju motor berada di memiringkan hampir 65 derajat. Angin laut yang bertiup kencang membuat bocah itu hampir terlepas.
"Bersiap Rigel!" teriak Altair jangan sampai adiknya jatuh ketika dia melompat dari jembatan ke kapal pesiar yang sedang melintas.
Altair berhasil membawa motornya melompat ke atas lalu jatuh ke kapal pesiar itu. Dia dan Rigel jatuh tepat di kolam renang yang ada di kapal itu. Menimbulkan bunyi keras karena motor juga jatuh ke kolam renang.
***
Hiii tambah penadaran
aku jadi penasaran dengan apa yg akan dilakukan si Kakek Sirius mendengar penuturan kalaw kwn2 orangtuanya sudah muncul dan mengetahui siapa mereka
maaf klw aku slh
mk Rigel dan Altair turun dipulau trus g lanjut
di bab 28 cerita Orion dsn Signus lg yg sdh
29 pernyataan Orion lg
lanjut donk pingin tahu Rigel dan Altair