'Kepergian' istri tercinta membuatnya begitu patah hati. Sang Mama yang termakan hasutan membuatnya menjadi seorang duda untuk kedua kalinya. Bertahun-tahun lamanya seorang Prabayudha terpuruk dalam ribuan rasa bersalah dan duka lara yang membekas dalam dada. Hingga kemudian garis tangan Tuhan mempertemukan dirinya dengan gadis nan ayu.
Kisah masa lalunya membuatnya tidak seperti dulu lagi pada sosok wanita. Sikapnya begitu dingin dan tidak peduli dengan wanita manapun. Namun gadis yang di temuinya kali ini begitu berbeda.
Apakah sang Kapten mampu melupakan masa lalunya demi sosok yang baru?
Konflik tajam dan berliku. Tidak tahan konflik harap dengan hormat untuk SKIP.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bagai musuh.
Bang Probo melihat penampilan barunya lewat pantulan cermin. Penampakan potongan rambut yang habis di sisi kanan dan kiri hingga ujung atas menyisakan jambul rapi. Ia juga meminta hair stylist untuk merapikan jambang halus dan kumis tipisnya.
"Begini Pak?"
"Oke, mantap..!!" Respon Bang Probo untuk penampilan barunya.
:
Bang Probo tersenyum licik setelah keluar dari toko obat Jawa, kita menyebutnya dengan kedai jamu.
"Setelah ini, habislah kau." Gumam Bang Probo kemudian meneguk minuman pekat berwarna coklat hijau tersebut.
...
Bang Probo membuka kamar tidurnya dan melihat Gita sedang bercanda dengan Dhea. Keduanya pun terlihat sangat akrab.
"Lho.. Dhea main disini?? Kenapa nggak bilang sama Daddy?"
"Karena Papa dan Mama melarang Dhea main kesini hari ini, jadi Dhea minta di antarkan Om sampai kesini." Jawab Dhea.
"Oohh.. begitu ya, Dhea mau tidur disini??" Tanya Bang Probo memastikan.
Dhea mengangguk kemudian kembali bermain boneka Barbie bersama Gita.
'Duuuhh Gusti.. Selesailah sudah aku ini.'
tok.. tok.. tok..
"Proboo..!!!" Terdengar suara Bang Arok memanggil.
Bang Probo segera berjalan keluar dari kamar dan membuka pintu.
"Dimana Dhea, maaf aku tadi keluar sebentar sama Annya. Nggak tau kalau Dhea kabur kesini." Kata Bang Arok.
"Dhea main Barbie di dalam sama Gita. Anteng sekali. Mereka se frekuensi." Jawab Bang Probo santai tapi wajahnya tidak dapat membohongi kegusaran hatinya.
"Waduuuuhh.. sini biar Abang bawa pulang..!!"
"Nggak usah Bang, nanti Gita ngomel kalau Dhea tiba-tiba di ajak pulang." Cegah Bang Probo.
"Terus kamu bagaimana?"
"Bagaimana apanya, sudahlah.. biarkan Dhea main sama Mommy-nya." Jawab Bang Probo. Ia mengurut pelipisnya. Rasa pening tiba-tiba saja menyerang nya.
"Ngomong-ngomong wajahmu pucat sekali. Nggak enak badan??" Tanya Bang Probo.
"Badan mah enak-enak aja......."
Bang Arok menggaruk kepalanya yang tidak gatal, rasanya ia paham apa yang terjadi tapi tidak bisa berbuat banyak untuk kali ini.
"Abang bawa Dhea pulang saja ya..!!" Bujuk Bang Arok lagi.
"Biar saja disini."
...
Dhea sudah memejamkan mata dan tidur di antara Bang Probo dan Gita. Sesekali Bang Probo mengintip apakah putrinya itu sudah benar tidur nyenyak atau belum.
"Ada apa sih Om, dari tadi Om kasak kusuk saja." Protes Gita.
"Tidur di kamar sebelah yuk dek. Tadi sudah di bersihkan Om-om." Ajak Bang Probo.
"Nggak ahh.. kasihan Dhea tidur sendirian." Tolak Gita.
"Cckk.. hadeeehh..!!" Bang Probo memilih posisi telungkup dan berusaha memejamkan matanya.
***
Pagi sekali Bang Arok menjemput Dhea karena harus sekolah. Saat itu Bang Arok melihat raut wajah adiknya begitu bermuram durja.
"Apa Abang bilang, seharusnya semalam Dhea pulang saja." Kata Bang Arok merasa tidak enak hati.
"Sudah Bang, jangan di bahas lagi." Jawab Bang Probo malas. Matanya masih sayu mengantuk karena tidak tidur semalaman.
Bang Arok tidak menjawab apapun lagi, Dhea yang sudah siap untuk pulang segera berpamitan pada Bang Probo dan Gita.
"Oya.. hari Jum'at besok ada tanggal merah dan akan di adakan acara bebas. Abang mau hiking, tapi berhubung Annya sedang hamil, Abang hanya naik mobil gunung dan stay di bawah. Kamu sudah tau?"
"Sudah Bang, aku sudah monitor. Nanti aku yang naik ke atas."
"Sama Gita juga." Sambar Gita menyela.
"Kamu jangan ikut..!! Tunggu di tenda bawah saja sama Bang Arok dan Annya..!!" Kata Bang Probo.
"Om jangan meremehkan ya. Gita juga sudah monitor dan apa salahnya Gita ikut di acara bebas. Ini bukan acara resmi kantor."
"Wes.. uwes.. ajak saja..!! Benar juga apa kata Gita. Ini bukan acara resmi.. lagipula bersenang-senang sebentar juga tidak salah. Refresh pikiranmu..!!" Saran Bang Arok.
:
Bang Probo masih menekuk wajahnya karena tidak setuju jika Gita harus ikut mendaki. Bukan masalah sepele jika mengajak seorang wanita ikut mendaki. Gunung yang akan di jelajahi kali ini adalah gunung tinggi dalam pendakian tiga ribu tiga ratus meter lebih di atas permukaan laut. Tentu Bang Probo merasa cemas bukan main.
"Kamu nggak usah ngeyel, Gita..!! Ini bukan perjalanan ke mall. Ini adalah jalur pendakian yang terkadang tidak sesuai jalur. Kami yang laki-laki, tentara dan sudah terbiasa terkadang masih merasa lelah, kamu yang seujung kuku saja tidak pernah jalan begini tidak akan sanggup dek..!!" Kata Bang Probo mengingatkan.
"Anggap saja Gita tidak ada. Kita jalan masing-masing..!!" Jawab Gita seenaknya.
"Manis sekali mulutmu yang asal bicara......"
"Poin delapan puluh. Om Probo tidak boleh melarang hal yang menjadi kesukaan Gita apalagi dengan sengaja melarang tanpa alasan yang jelas. Jika melanggar, denda..!!" Lagi-lagi Gita mengingatkan tentang poin dalam surat perjanjian.
"Lama-lama saya sobek juga itu surat perjanjian, dimana bagian alasan yang tidak jelas. Terserah mu saja lah. Saya tidak peduli." Bang Probo meneguk air minum nya usai sarapan pagi lalu segera meninggalkan rumah tanpa pamit karena sudah terlalu jengkel berdebat dengan Gita.
-_-_-_-_-_-
Hari ini Bang Probo pulang dari kantor kompi sudah sangat malam untuk persiapan hiking esok nanti. Semua persiapan harus selesai dengan total sebab pendakian kali ini memang membutuhkan tenaga dan persiapan yang matang. Setelah ini mereka akan langsung berangkat menggunakan truk untuk di antarkan ke tempat pendakian.
Bang Probo mendes*h cemas melihat Gita benar-benar akan ikut pendakian.
"Saya tidak mau berdebat dengan kamu Gita. Tolong dek.. tolong menurutlah..!!"
"Gita sudah pernah hiking dan ternyata kuat, apa karena Gita perempuan lalu Om Probo meremehkan?? Ini jamannya emansipasi perempuan." Jawab Gita seakan tidak mengindahkan peringatan.
"Terserahmu.. angkat barangmu sendiri, sampai kamu tidak kuat mendaki, saya tendang kamu ke jurang..!!" Ancam Bang Probo.
"Wanita independen pantang minta tolong Om Probo."
***
Gita menghirup udara segar. Pukul tujuh pagi mereka tiba di kaki gunung. Disana sudah ada Bang Arok yang lebih dulu tiba untuk menjaga pos bawah.
"Oke Bro.. hati-hati mendakinya. Semangat ber refreshing ria..!!" Pesan Bang Arok.
"Siap Bang."
Setelah memberikan arahan nya dan sarapan pagi, Bang Probo pun mulai berjalan mendaki.
"Kamu di larang keras jauh dari saya, Gita..!! Ikuti segala arahan dari saya, tanpa kecuali." Pesan Bang Probo.
"Sok boss..!!" Jawab Gita kemudian berjalan mendahului Bang Probo.
Bang Probo mengepalkan tangan, rasa hatinya terbanting karena wibawa dan segala arahannnya tidak di indahkan seorang Gita.
Bang Ray menepuk bahu Bang Probo. "Jangan di ambil hati, perempuan memang begitu. Kalau kamu meladeni perempuan, kamu bisa sinting sendiri."
.
.
.
.