Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaje
Gevan baru saja sampai di Kampus, dia memarkirkan motornya di tempat biasa.
Terlihat motor Romi juga panji sudah terparkir di sana membuat Gevan melepas Helmnya.
Beberapa mahasiswa yang entah sengaja atau memang masih berada di parkiran tampak menatap Gevan Mahasiswa sekaligus Ketua BEM idola mereka.
Mereka sangat mengaguminya, beberapa mereka pura-pura menunduk padahal mata mereka meliriknya. Apalagi saat Gevan membenarkan rambutnya setelah melepas helm sumpah terlihat begitu tampan seperti pangeran timur.
"Ge."
Gevan menoleh, Alvar yang baru saja sampai dan memarkirkan motornya di samping motor Gevan.
"Lo baru sampai Al."
"Hem, Bunda minta antar dulu tadi."
Gevan mengangguk dan mereka berjalan bersama melewati mahasiswi yang tampak tidak berkedip melihat dua idola kampus berjalan bersama.
"Kita langsung ke aula udah pada nunggu kayaknya."
Gevan mengangguk dan mereka menuju Aula karena memang Ospek hari ini hanya berada di dalam Aula karena hanya sesi kuis saja.
Kedatangan Ketua BEM beserta wakilnya membuat semua bersorak apalagi aura ketampanan mereka tampak menyebar.
"Gila kalian, gak Ketua gak wakil telat semua" Omel Panji saat Gevan sudah bergabung.
"Baru hari ini Kali, biasanya juga kita yang Dateng duluan." Alvar tidak terima di salahkan.
"Kalian baru Dateng?" Ucap Rose yang berjalan mendekat bersama Meli.
Gevan hanya diam dan sibuk memakai Almamater miliknya.
"Lo nganter adik Lo lagi Ge."
Gevan mengangguk membuat Rose menghela napasnya.
"Kita mulai." Ucap Gevan membuat semua menurut.
Semua tampak antusias apalagi saat ini mereka dengan semangat mengikuti kuis karena adanya Gevan sang Ketua BEM idola mereka.
Mereka bisa dengan leluasa menatap wajah tampannya.
Gevan berdiri menatap banyaknya Maba di Aula.
Tidak banyak yang tau jika sebenarnya Gevan adalah anak dari Donatur terbesar di Universitas Ganesha
Karena baik Almer ataupun Gevan sendiri tidak pernah bersikap sombong.
"Ge" Bisik Rose membuat Gevan menoleh.
"Gue mau bicara sama Lo."
Gevan mengangguk dan mereka berjalan keluar.
Beberapa Maba yang melihat mereka menghembuskan napasnya pasrah, merasa patah hati karena sang Idola ternyata sudah memiliki Pawang.
Namun beberapa dari mereka menatap takjub, Mereka tampak serasi karena Gevan yang tampan dan juga Rose yang cantik.
"Ada Apa" Ucap Gevan saat mereka sudah berada di luar Aula.
Rose menghela napasnya.
"Lo beneran telat karena nganter Adik Lo?"
Gevan mengangguk.
"Apa dia gak bisa pergi sendiri, buka apa-apa kan Lo Ketua BEM gak enak lah kalau Lo telat. Kasihan mereka juga udah datang pagi."
Gevan menautkan kedua alisnya.
"Gue gak pernah telat sebelumnya."
"Ya bener, tapi hari ini Lo telat dan Lo tau semua Maba udah nunggu."
"Gue rasa hari ini pun gue gak telat, Kuis mulai jam 07.30 sedangkan gue sampai 07.25 masih ada 5 menit sebelum acara di mulai."
Rose terdiam.
"Tapi Ge,-
"Gal usah bawa-bawa soal Neira."
Gevan berjalan masuk dan meninggalkan Rose di luar.
Dia tidak suka karena Rose seakan mengaturnya dan apa maksudnya.
Rose menghela napas dan berjalan masuk.
"Lo dari mana Ge"
"Depan."
Alvar mengangguk dan menatap salah satu Maba yang tampak sedang menjawab pertanyaan Panitia OSPEK.
"Lo bicara apa sama Gevan." Bisik Meli.
"Soal dia yang selalu antar adik tirinya."
"Astaga Ros, terus Gevan gimana."
Rose menggeleng dan kembali diam.
Namun Rose tetap terus menatap Gevan yang berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.
*******
Neira tampak menunduk dengan membalas pesan dari Widia yang memberitahu jika mereka sudah berada di dalam pesawat.
Widia juga meminta Neira untuk menurut dengan Gevan selama mereka pergi.
Jangan membuat Gevan marah ataupun merepotkan kakak tirinya mengingat bagaimana Neira yang begitu manja.
"Neira woi"
Neira menoleh dan menggelengkan kepala nya serta kembali merunduk ke Ponselnya.
"Sibuk banget sih Lo, bales pesan siapa?"
"Mama."
"Oh memangnya kenapa Nei."
Neira menatap kedua sahabatnya yang selalu saja Kepo namun Neira tidak pernah mempermasalahkannya.
"Papa sama Mama liburan ke Swiss."
"Honeymoon?"
"May be."
"Jadi Lo cuma berdua dong sama Kakak Lo."
"Ya gak juga, kan ada pelayan."
"Eya juga."
Neira mengangguk dan kembali membalas pesan Widia.
"Iya Nei, gimana Bokap tiri Lo. Gue lihat sih kaya sayang banget sama Lo."
"Papa Almer baik banget, perhatian bahkan tidak pernah bedain antara gue sama Kak Gevan. Papa juga siapin semua keperluan gue sampai gue gak bawa apapun pas pindahan. Apalagi Papa ngasih tanggung jawab Kaka Gevan soal gue."
"Gila memang, udah sultan baik pula. Mau gue kalau punya Bokap tiri kaya Om Almer."
"Heh, sembarang Papi Lo mau di kemana in?"
"Seumpama Sayang."
Neira menggeleng.
Selalu saja kedua sahabatnya itu debat setiap kali mengobrol.
"Kita boleh gak Nei Kalo main ke rumah baru Lo?"
"Boleh aja sih."
"Yes, sekali deh cuci mata juga di sana."
"Cuci mata gimana?" Bingung Neira
"Kan bisa ketemu Kak Gevan Nei, astaga."
"Betul.. Mayan lah dari pada ketemu orang-orang itu doang mending Kak Gevan yang ganteng banget."
Neira jadi teringat saat dia menghampiri Gevan di kamarnya. Dimana Gevan baru saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan di buatkan berantakan membuatnya terlihat sangat ganteng.
Neira menggelengkan kepalanya, apa sih yang dia pikirkan. Gevan itu Kakak tirinya.
"Lah Nei, Lo kenapa?"
"Hah."
"Hah Hoh Hah Hoh, Lo kenapa geleng-geleng."
"Gue gapapa Kok, ke kantin yuk laper gue."
"Gue traktir." Lanjut Neira membuat kedua sahabatnya semangat 45
Mereka berjalan bersama dengan tertawa riang.
Elisa menatap mereka, dia mendengar semua obrolan mereka.
Jadi Nyokap Neira nikah lagi.
Dan mereka tinggal di rumah bokap barunya.
Elisa tersenyum dan berjalan pergi.
Dia akan pergi ke Lapangan Basket karena Alex yang sedang latihan di sana.
Sesampainya di kantin mereka langsung memesan bakso seperti bisanya.
"Hei"
Mika, Widi dan juga Neira mendongak, Elisa tersenyum berdiri diantara mereka dengan membawa botol minuman.
"Mau apa lagi sih.!" Kesal Mika
"Biasa aja kali Mik, lagian gue cuma mau ngucapin selamat sama Neira kok."
Neira menautkan kedua alisnya.
"Selamat karena Lo dapet bokap baru, Lo pasti bahagia sekarang kan. Terus gimana sama nyokap Lo harusnya sih udah gak kerja ya secara kan udah punya suami baru."
"Maksud Lo apa sih." Kesal Widi.
"Lo gak dengar gue cuma mau ngucapin selamat sama Sahabat kalian."
"Ucapan Lo gak jelas tau gak, Lo lupa kalau Neira udah kaya bahkan lebih kaya dari Lo kali El."
"Lo,-
"Udah Udah. Thanks El buat ucapannya tapi ucapan Lo gaje banget tau gak. Lagian mau gue punya bokap baru pun kayaknya gak ngaruh juga karena Lo tau harta peninggalan Bokap gue aja bisa buat tujuh turunan."
Elisa kalah talak dengan ucapannya.
Dia lupa jika Neira memang sudah terlahir dari keluarga kaya raya.
Elisa langsung menghentakkan kakinya dan berjalan pergi.
"Huu_ Gaje banget Lo."
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA