Ikhlas ... bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun terkadang kita dipaksa untuk menerapkan nya oleh keadaan.
Bellona Ghelsi, memaksa dirinya untuk menelan semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kenyataan bahwa Logan sang suami yang amat ia kagumi sebelumnya, ternyata memiliki hubungan spesial dengan Bella yang merupakan saudaranya sendiri.
Kisah masa lalu Logan dan Bella yang tak diketahui oleh Lona, membuat gadis itu merasa sangat menyesal karena harus hadir diantara mereka.
Melepaskan ..., itulah pilihan Lona! ia ingin kembali membuat jalan kehidupan nya sendiri tanpa hadirnya seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Way-12
Wanderers Lounge,
Langkah kaki dua orang pria nampak membuat Ghelsi semakin melebarkan pupil matanya, gadis itu mendengus kesal namun masih mencoba untuk mengontrol emosi, hingga akhirnya ia tersenyum tenang.
"Hi cutie pie! how are you?"
"As you look!" Ghelsi berucap dengan senyum sinis dihadapan Bhubin.
"Ayolah! aku hanya ingin bersenang-senang dengan mu! lama kita tidak bertemu bukan? dan ini ..., perkenalkan! dia sahabat ku juga!"
"Dante! nice too meet you-,"
"Ghelsi!" Bellona menampik uluran tangan dari pria yang kini nampak terus menatapnya dengan liar.
"Tak bisakah kau sedikit berperilaku lembut Lona? kau ini perempuan!" Bhubin kembali berujar perlahan setelah mendaratkan bokongnya di samping sang sahabat.
"Apa yang kau harapkan dariku Bhubin?"
"Bukankah kau butuh pekerjaan?" pria bertubuh pendek itu nampak berucap perlahan pada telinga sahabat nya.
"Apa maksudmu?"
"Dante, dia menginginkan untuk kencan dengan mu! dan kau tahu? dia rela membayar mu berapapun nominal yang kau inginkan!"
What the fuck?
Ghelsi seketika memalingkan wajah dan mengigit bibirnya, ia menggerutu dalam hati.
Terdiam sejenak dengan menaikkan satu alisnya, Bhubin juga Dante saling menatap seolah berujar tanya bagaimana kah reaksi Bellona Ghelsi.
"Baiklah! Mr. Dante! kesepakatan apa yang kau tawarkan pada Bhubin?" gadis itu beranjak dan menghampiri Dante yang terus menerus memperhatikan setiap gerak-geriknya.
"Aku-,"
"Sssssssttt! kau ingin berkencan dengan ku bukan? maka kau harus membuat kesepakatan itu sendiri dengan ku! apa kau bersedia?" Bellona menarik kerah kemeja Dante hingga pria itu beradu wajah dan menatap mata Lona.
"N-nona? kau benar-benar menggoda dari awal diriku melihat mu,"
"Dari awal kau melihat ku?"
"Saat kau tiba di Blue Sea hotel! kita sempat berpapasan disana! dan Bhubin, dia yang memberi tahu diriku bahwa kau adalah sahabat nya!"
"I see! jadi ..., kau pria pendek! kau lebih memilih untuk mengintai keberadaan ku daripada menjemput ku di stasiun saat itu?"
"A-aku, aku sungguh minta maaf Lona!"
"Jadi kita akan berkencan saat ini juga Nona?"
Bellona terkekeh, tangannya menahan lengan Dante yang kini bahkan hampir meraba selat dadanya yang menawan saat atensinya tertuju pada Bhubin yang justru tak berani menatap Bellona.
"Jangan terburu-buru honey! apa kau tak ingin melakukan sesuatu yang lebih liar dari ini? bukankah malam masih terlalu panjang? aku yakin, kau bukanlah pria yang lemah!"
"Shit! kita pergi sekarang Nona!"
Bisikan yang begitu sensual dari Bellona Ghelsi seketika membuat Dante beranjak, meraih pergelangan tangan Bellona dan membawa gadis itu pergi begitu saja.
"Heyyy! what about me?"
Bhubin sedikit meninggikan suara saat melihat Dante juga Ghelsi yang semakin menjauh dari hadapannya.
"Sialan kalian! tapi tak apa, diriku bisa mendapatkan income jika anak mami itu berhasil bermain dengan Lona! ternyata semudah ini untuk memanfaatkan dirimu Lona!"
*****
"Mom!"
Teriakan Bella seketika membuat Benedict yang baru memasuki kediaman Tuan Darent berlari dengan wajah panik menuju ruang tengah.
"A-apa yang terjadi Bella?"
"Entahlah Ben! mom tiba-tiba jatuh dan tak sadarkan diri!"
"Dimana daddy?"
"Daddy? dia pergi ke salah satu pusat media! kau tahu kan berita yang telah beredar perihal Lona?"
"Astaga! kenapa semua jadi seperti ini Tuhan?" tangan Benedict nampak mengusap kasar wajahnya sebelum akhirnya ia membungkuk dan membopong tubuh Nyonya Freya.
Tak berselang lama,
Seorang wanita yang mengenakan jas putih dengan stetoskop yang menggantung pada leher nampak dengan sigap memeriksa tubuh Nyonya Freya yang kini terlihat lunglai di atas ranjang.
"Apa sebenarnya yang terjadi Ellen? bagaimana dengan kondisi mom? apa ada hal serius yang menimpa nya?" Benedict berujar tanya tanpa sabar.
"Asam lambung yang meningkat! serta kurangnya istirahat itulah yang membuat bibi seperti ini! apa ada sesuatu yang terlalu dipikirkan nya?"
"Kau pasti telah mendengar berita tentang Lona, kan?"
"Apa Ben? jadi hal itu benar? aku sungguh tak percaya!" Ellen menatap Benedict dengan wajah bingung.
"Entahlah Ellen! aku juga tak habis pikir dengan kelakuan Lona akhir-akhir ini!"
"Apa mungkin ..., itu hanya sebatas fitnah dari keluarga Logan? aku tahu diriku tak berhak untuk berbicara terlalu banyak tentang urusan keluarga ini, tapi ..., aku sangat mengenal Lona, Ben!"
"Maaf, sepertinya diriku sudah melewati batasan ku! aku pamit sekarang!" Ellen kembali merapikan peralatan medis yang ia bawa sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Benedict yang masih mematung karena perkataan nya.
Sementara itu disisi lain,
Remang-remang lampu kamar hotel membuat suasana kian hangat dan mungkin akan terus bertambah hingga memanas.
"Nona! kau membuatku gila!"
"Benarkah? apa hanya sampai disini kemampuan mu Tuan Dante?"
"Tolong Nona! jangan menyiksa ku! aku telah menuruti semua perkataan mu bukan? let's play the games!" nafas pria itu nampak semakin memburu, ia membalikkan tubuh Bellona yang semula berada diatasnya hingga kini tersentak dibawah kungkungan tubuh kekarnya.
"Apa kau tak takut pada istrimu, Tuan?"
Kecupan brutal serta pergerakan tangan liar Dante seketika terhenti saat Lona menampilkan senyum devil sembari membelai dada bidang pria yang kini nampak begitu tersiksa karena menahan birahinya.
"Apa maksudmu Nona?"
"Anastasia Morinda! dia istrimu bukan?" bisikan lembut kembali dengan sengaja Lona sematkan di telinga Dante.
"B-bagaimana kau tahu hal itu?"
"Bukan hal yang sulit bagiku! emmm, tapi apa kau tahu konsekuensinya jika sampai dia tahu bahwa Anda bermain di belakangnya?"
Wajah Dante seketika memucat,
"Apa kau sedang mengancam dan mencoba untuk memeras diriku? aku bahkan telah memberikan lebih dari yang kau inginkan Nona!"
"Ehhheemmmm! sebagai menantu seorang walikota, seharusnya Anda jauh lebih berhati-hati Tuan!" Lona terkekeh, gadis itu bahkan nampak santai meraih gawai miliknya dan melakukan selca bersama Dante.
"Aku bisa membunuhmu jika kau berani berbuat macam-macam Nona Ghelsi!"
"Haaaaaaghh! pistol ini? kau ingin membunuh ku dengan ini?" Bellona mendorong perlahan tubuh Dante dan justru mengulurkan sebuah senapan pada pria yang kini menampilkan wajah kebingungan.
"Lakukan lah! aku akan sangat dengan senang hati jika kau melakukan hal itu Tuan! hidup ku jauh lebih hancur daripada saat ini sebelumnya! jadi aku akan sangat berterimakasih jika kau mau melakukannya!" tatapan kosong dari mata Ghelsi membuat Dante terdiam dan beralih duduk di samping tubuh gadis itu.
"Apa kau sedang tidak baik-baik saja? kau terlihat begitu putus asa Nona!"
"Putus asa? apa terlihat seperti itu?" Bellona kembali berucap dengan tersenyum.
"Kau hanya sedang bersikap untuk terlihat baik-baik saja! setidaknya itu yang tergambar dari mata indah mu!"
"Berhentilah merayu wanita lain! istrimu cukup cantik Tuan!"
"Tapi dia membosankan!"
"Membosankan?"
"Dia sama sekali tak menghargai keberadaan ku, aku hanyalah boneka untuk keluarga itu Nona Ghelsi!"
"Terserah! sebaiknya kita jangan terlalu dekat!" Bellona beranjak membenahi pakaian yang sempat berantakan dan akhirnya meninggalkan Dante seorang diri di kamar hotel.
Bagaimana bisa seorang wanita bisa memiliki keberanian serta ketenangan seperti dirimu Nona?