Susuk

Pagi tiba Laura sudah merebahkan diri di kasur nya yang empuk dan rumah nya yang besar ini, kalau di pandang pandang maka kadang kala dia pun tidak menyangka bahwa akan punya rumah sendiri sebesar ini dan di kota pula. mobil juga ada, barang yang ia miliki bagus bagus semua di dalam rumah.

Beda cerita dengan dulu yang sangat jadi gelandangan yang sama sekali tidak ada guna nya, bahkan mau beli pena saja tidak punya uang dan kala itu pena harga lima ribu saja. harus menunggu saudara nya dapat kerja sebagai buruh, maka baru lah bisa Laura mendapatkan pena untuk sekolah.

Sekarang dia sudah tinggalkan hidup yang sengsara dan penuh akan derita itu, tidak akan lagi ia mau menoleh kebelakang karena isi nya hanya derita saja. sama sekali tidak ada kebahagian sedikit pun yang tersisa, jadi berada di titik ini membuat Laura sangat bahagia bukan main karena ini butuh perjuangan yang luar biasa.

Walau barang barang yang ia dapat adalah hasil dari menukar tubuh nya pada pria hidung belang, belum lagi ia juga harus berurusan dengan iblis. maka semua ini terasa sepadan, tidak ada sedikit pun rasa sesal di hati Laura karena sekarang hidup nya baik dengan memegang uang yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelum nya.

"Aku kok agak ragu mau pergi kerumah dukun itu ya, Lau." Mili membuka suara.

"Lah kenapa ragu lagi sih? kan tinggal pergi saja dan nanti aku temani loh!" Laura langsung bangun.

"Sesungguh nya aku takut, walau pun nanti nya hidup enak seperti mu tapi aku takut." jujur Mili.

"Astaga apa lagi sih yang kau takutkan ini? takut hidup enak ya begini lah, kau harus melihat aku yang hidup nya sangat bahagia ini." Laura menghamburkan uang nya di lantai.

"Aku takut dosa, Lau." jujur Mili membuat Laura menoleh dan menatap nya sinis karena Mili bilang dosa.

Segera gadis ini bangkit dan mendatangi teman nya, sebenar nya Mili lebih tua dari pada Laura, namun dia tidak memanggil Kakak atau apa pun karena mereka memang sudah terbiasa bersama sama sehingga enteng saja saling memanggil nama seperti seumuran dan tidak ada rasa sungkan juga dalam hati nya.

"Kau itu pelacur walau tidak pakai susuk, Mili! walau kau tidak pakai susuk, tapi kau juga punya dosa." tekan Laura.

"Takut nya nanti aku kena penyakit aneh aneh gitu loh, kan banyak wanita malam yang tersiksa di akhir hayat." jelas Mili.

"Sebelum mau mati ya tinggal buang saja, aku sudah merancang hidup ku." sahut Laura menghidupkan rokok nya.

"Apa rancangan mu?" tanya Mili pula.

"Saat nanti aku sudah berusia dua puluh lima yang berarti kan lima tahun lagi ya, susuk ini akan ku buang atau ku kembalikan pada Mbah dukun." cerita Laura.

"Lalu apa yang akan kau kerjakan, kau ingin melakukan nya tanpa susuk?" tanya Mili agak kaget.

Laura tersenyum sambil menggelengkan kepala nya, sebab dia sudah punya rencana lain yang sangat matang sehingga tidak akan bisa orang lain ganggu. bahkan dia juga yakin orang yang di tuju nya akan mau, sehingga dia sudah bodo amat dengan omongan yang lain.

"Aku akan menikah." jawab Laura pasti membuat Mili kaget.

"Ada pria yang menawar mu? apa dia mau menunggu lima tahun itu!" Mili sungguh kaget luar biasa.

"Dia kekasih ku sejak kecil, aku tidak tertarik dengan pria mana pun kecuali dia." jawab Laura.

"Wah gila, apa dia juga tau kisah mu ini?" Mili benar benar tidak percaya.

"Untuk apa pula di beritahu, Mili! yang jelas kami akan hidup bersama, ini foto nya kalau kau mau lihat." Laura membuka ponsel untuk memperlihatkan foto pria itu.

"Tampan sekali dia, masih muda juga ya kelihatan nya." Mili melihat foto Arka dengan seksama dan dia mengakui bahwa Arka tampan.

Laura tersenyum bangga karena dia memang mau membuat rencana gila ini, apa pun yang terjadi maka dia akan berusaha untuk menggaet hati nya Arka agar hidup dia baik baik saja. sudah yakin sepenuh nya bahwa Arka akan mau menerima dia sebagai istri nya di sini, masalah lain tidak akan ia pikirkan.

Mau sekuat apa pun Purnama menantang tapi kalau Arka sudah ambil jalan nekat maka semua bisa saja terjadi, Laura yakin kalau Arka amat mencintai nya sehingga dia akan berusaha terus agar Arka mau mendekati dan mengungkap kan perasaan cinta nya, bahkan bila perlu ia akan menjebak Arka agar melakukan hubungan intim ini.

"Tapi ada pengganggu di antara kami, lalat itu harus musnah atau setidak nya di perkosa orang." geram Laura.

"Kau jangan macam macam lah, nanti malah membunuh orang dan kena sangsi pula." nasihat Mili.

"Kalau di ingat dari awal ya, aku begitu banyak menderita hanya karena ulah Ibu dia." Laura ingat kisah lalu.

"Memang nya kenapa?" Mili penasaran ingin dengar.

"Gara gara Ibu nya lah aku pergi kesini untuk mencari hidup, di kampung dia terus mengatai aku karena aku orang miskin!" Laura kesal sekali apa bila ingat akan hal itu.

"Biasa memang ada mulut orang orang yang ember." angguk Mili setuju.

"Rencana aku mau pulang kampung hari ini, mau pamer sama dia kalau aku sudah punya segala nya." tekad Laura.

"Ikut dong." Mili ingin lihat pula keadaan kampung nya Laura.

Laura tidak keberatan dan malah senang karena ada teman untuk ngobrol selama di perjalanan, mereka langsung otw saja karena tujuan melihat kampung bukan mau berkunjung baik baik. tapi cuma niat mau pamer saja, jelas tidak ada persiapan seperti oleh oleh atau apa pun, toh di sana memang sudah tidak ada lagi sanak saudara nya yang tertinggal karena semua sudah meninggal dan cuma tinggal Udin yang juga di kota.

"Tujuan mu datang mau kerumah nya siapa dulu?" tanya Mili.

"Enggak kerumah siapa siapa lah, aku cuma mau melihat bekas rumah ku saja dan kalau bagus kan aku mau bangun rumah." jawab Laura.

"Iya iya bisa untuk masa tua kita, di kota ada dan di kampung juga ada." angguk Mili.

"Maka nya kau cepat lah ambil susuk itu, biar bisa membangun rumah untuk orang tua mu di kampung." suruh Laura.

Mili masih terdiam karena hati nya sungguh ragu mau ambil masalah susuk ini, jujur saja dia memang ingin membangun rumah untuk orang tua nya di kampung, tapi kalau melihat susuk itu selalu membawa efek maka dia agak ngeri juga.

Selamat pagi besty, selamat hari Selasa buat kamu yang mencintai ku dengan sangat luar biasa🤣🤣