NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Wanita Pelangkah

Pagi datang menyapa, menyisakan tanah yang masih basah dan hawa dingin yang masih terasa begitu kentara, karena hujan yang baru berhenti sekitar jam lima subuh.

Jamilah sudah bisa mengatasi kedua matanya yang bengkak usai menangis hampir semalaman. Hanya tinggal menyisakan sedikit saja yang bisa disamarkan oleh riasan tipis make up nya.

Julia menarik tangan Jamilah yang baru saja keluar dari kamar, membawanya masuk kedalam kamarnya lalu keduanya duduk dipinggir ranjang.

"Maaf. Aku baru minta maaf sekarang sama Kak Jami. Aku janji, aku tidak akan melangkahi Kak Jami seperti adik-adik Kak Jami yang lain. Pasti mata Kak Jami sembab begini karena kepikiran sama aku?. Kak Jami tenang aja, Kak Jami bisa percaya sama omongan ku, Kak." Kedua tangan Julia sibuk. Yang satu memegang tangan Jamilah, yang satunya lagi menghapus air matanya sendiri.

"Kamu dan adik-adik Kakak itu enggak ada salah. Enggak perlu ada yang disalahkan. Kalau pun nantinya kamu harus melangkahi Kakak, ya itu semua tidak lepas dari campur tangan Gusti Alloh. Jadi bukan salah mu atau siapa pun. Yang penting doakan selalu Kak Jami ya, supaya selalu diberikan kemudahan dalam setiap urusan Kak Jami."

Julia mengangguk dan mengamini apa yang menjadi doa sang Kakak.

Jamilah dan Julia keluar bersama dari dalam kamar, dengan posisi Jamilah yang dipeluk oleh Julia dari samping.

Semenjak kejadian kemarin, Emak lebih jadi pendiam dan terlihat murung. Tidak bawel seperti biasanya, bahkan tersenyum pun hampir tidak terlihat. Hanya bicara seperlunya saja.

"Bekal kalian jangan lupa untuk dibawa." Setelah mengatakan itu Emak kembali lagi ke dapur.

Jamilah, Jaka dan Julia mendatangi Emak ke dapur. Emak sedang duduk di bale-bale, menatap kosong pada dandang yang ada di atas kompor yang menyala. Hingga tidak menyadari ketiga anaknya sudah berdiri disampingnya.

Jamilah mendudukkan dirinya di samping Emak, tangannya meraih tangan Emak yang berhasil digenggamnya.

Emak pun menoleh, menatap ketiga anaknya silih berganti dengan ekspresi yang biasa saja.

"Boleh bersedih, tapi jangan terlalu lama. Cahaya kami seolah redup, tanpa senyum Emak yang biasanya selalu kami lihat dari wajah cantik Emak." Jaka dan Julia mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Jamilah benar adanya.

Emak menarik nafas dalam-dalam, beban itu terasa berat dipikulnya sendiri. Tapi Emak lupa jika Jamilah lah yang paling berat menanggung beban. Semua biaya hidup dan sekolah kedua adiknya, Jamilah yang menanggung, dengan hanya mengandalkan uang gajinya. Terlebih lagi beban hati dan pikiran yang tidak diketahui orang lain, termasuk Emak sendiri.

Senyum itu kembali lagi menghiasi wajah Emak yang tidak muda lagi, bahkan bisa dibilang sudah tua. Tangan kanannya mengusap wajah Milah, Julia dan Jaka dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Emak minta maaf sama Milah, Jaka, Julia. Emak hanya kecewa saja sama diri Emak yang enggak bisa mengendalikan semuanya. Maafkan Emak ya?."

Semuanya serempak menggeleng. Jamilah membuka mulutnya lagi untuk berbicara.

"Emak enggak pernah salah apa-apa pada kami. Tapi justru kami lah yang udah banyak salah sama Emak. Jadi maafkan kami juga ya Mak?. Supaya langkah kami lebih mudah untuk mencapai tujuan kami." Emak memeluk ketiganya dengan uraian air mata sambil berkata lirih.

"Emak sangat beruntung, memiliki kalian semua dalam hidup Emak."

.

.

.

Berangkat sekolah kali ini terasa begitu istimewa bagi Alexander. Dimana pagi ini Daddy Emir yang akan mengantarnya.

Usai sarapan keduanya berpamitan pada Kakek Utomo dan Bibi Isti. Mereka langsung masuk kedalam mobil dan duduk pada kursi masing-masing. Wajah keduanya bagai pinang dibelah dua, sama-sama memiliki ketampanan dan kharisma yang sanggup membuat terpana orang yang melihatnya.

"Kemarin saat kau keluar dari sekolah, Daddy lihat wajah mu murung. Kenapa?." Tanya Daddy Emir saat mobil mulai meninggalkan rumah Kakek Utomo.

Alexander tampak berpikir sesaat sebelum memberikan jawabannya.

"Oh itu Dad, guru yang biasa ngajar di kelas ku tidak masuk." Jawab Alexander setelah mengingatnya.

"Hanya karena guru mu tidak mengajar, kau jadi murung seperti itu?." Tanya Daddy Emir menoleh pada Alexander.

"Hem..."Jawab Alexander mengangguk.

"Apa guru itu memiliki tempat disini?." Daddy Emir menunjuk dada kiri Alexander dengan sedikit mencondongkan tubuhnya.

"Hem..." Kembali Alexander mengangguk sembari memegang dadanya sendiri.

Bangunan sekolah sudah tampak terlihat dari kejauhan.

"Bukannya itu guru yang sedang kita bicarakan?." Daddy Emir memperlambat laju kendaraan mobilnya saat motor yang dikendarai Jamilah keluar dari belokan yang ada di depan.

Alexander menegakkan tubuh guna memastikan yang dikatakan oleh Daddy Emir.

"Bagaimana Daddy tahu kalau itu Ibu guru Jamilah." Tanya Alexander menatap Daddy Emir beberapa detik, hingga ia kembali menatap pengendara motor yang ada didepannya.

"Daddy hanya menebaknya saja." Jawab Daddy Emir seadanya. Padahal bagaimana wajah yang semalam ia pandangi cukup lama sampai ia menemukan satu kesamaan pada foto yang dimiliki oleh Arkam dengan foto yang ada di galeri ponselnya.

Jika dilihat dari tas nya, Alexander meyakini jika itu milik Jamilah.

"Daddy percepat mobilnya!." Daddy Emir melajukan sedikit lebih cepat mobilnya guna menyusul motor Jamilah.

"Ibu guru Jamilah." Panggil Alexander setelah kaca mobilnya diturunkan dengan melambaikan tangan.

Jamilah menoleh kearah suara yang memang sudah dikenalkan.

"Alexander." Balas Jamilah sambil tersenyum manis. Dimana senyum manis Jamilah bisa dinikmati oleh si pengemudi mobil karena sangat terlihat jelas juga dari posisi Daddy Emir.

Motor Jamilah dan mobil yang membawa Alexander berjalan beriringan dengan posisi motor Jamilah berada dibelakang.

Tidak lama kemudian kedua kendaraan itu sudah sampai di tempat parkir sekolah.

"Daddy, aku masuk dulu ya. Jangan lupa nanti jemput aku lagi." Alexander mengulurkan tangan untuk menyalami tangan Daddy Emir. Perasaan hangat lagi-lagi memenuhi relung hati Daddy Emir melihat perubahan yang secara perlahan ditunjukkan oleh Alexander.

"Ok Boy." Daddy Emir mengacungkan jempolnya kearah Alexander sebagai tanda siap.

Alexander yang sudah keluar dari mobil langsung saja mengamini Jamilah yang masih memarkirkan motornya dengan aman.

"Ibu guru Jamilah kemarin kenapa tidak mengajar?, pergi kemana?, ada urusan apa?." Alexander langsung memberondong Jamilah dengan banyak pertanyaan sambil menyalami Jamilah.

Lagi-lagi senyum manis Jamilah yang ditujukan pada Alexander harus terlihat jelas oleh Daddy Emir yang belum pergi dari sana. Malah Daddy Emir begitu sangat memperhatikan interaksi yang terjadi antara putra dan gurunya itu.

"Ibu guru ada keperluan keluarga yang mendadak. Jadi izin satu hari." Jawab Jamilah seraya mengajak Alexander untuk segera masuk kedalam sekolah.

Langkah kaki keduanya terhenti kala Daddy Emir manggil Alexander.

"Alexander!"

Alexander dan Jamilah menoleh bersamaan kebelakang dimana Daddy Emir sudah berdiri.

"Buku paketnya tertinggal!." Daddy Emir menyerahkan buku tersebut.

Alexander menerimanya, "Terima Kasih Dad."

"Sama-sama Boy."

Alexander melihat Daddy Emir yang sedang menatap Jamilah tanpa berkedip. Sedangkan Jamilah sendiri melihat anak-anak yang secara bergerombol memasuki gerbang.

"Ibu guru Jamilah..."Jamilah langsung menolah kearah Alexander.

"Apa?." Tanyanya lembut.

"Daddy, ini ibu guru Jamilah." Alexander memperkenalkan Jamilah pada Daddy Emir.

Daddy Emir menjadi kikuk dengan perkenalkan yang begitu mendadak menurutnya, bahkan Daddy Emir tidak berencana untuk mengenal wanita yang sudah membuat sahabatnya menjadi seperti sekarang ini.

"Oh iya, Emir." Seketika tangan Daddy Emir terulur dan memperkenalkan namanya sendiri. Padahal akal sehatnya menolak untuk mengenal Jamilah.

"Jamilah." Jamilah menerima uluran tangan Daddy Emir sembari memperkenalkan diri, sembari menyematkan senyum yang biasa saja.

Kedua tangan itu untuk beberapa saat saling menjabat dengan erat. Daddy Emir merasakan ada desiran yang begitu lembut masuk menyapa hatinya. Sampai Daddy Emir melepas sembari menepis kasar tangan wanita itu, Namun Jamilah membalasnya dengan sebuah senyuman tulus. Malah Alexander yang terlihat begitu marah melihat sikap Daddy nya seperti itu.

"Mohon maaf Pak Emir, kami harus segara masuk." Pamit Jamilah.

"Iya Dad." Alexander mengangguk.

Daddy Emir pun mengangguk sebagai jawabannya.

Alexander dan Jamilah berbalik badan, melanjutkan langkah kaki mereka masuk kedalam sekolah, meninggalkan Daddy Emir yang masih berdiri di sana.

Daddy Emir mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Kau sudah melihat yang ku kirimkan?."

"Tunggu aku, aku akan membawa orangnya langsung pada mu. Tapi sebelum hari itu tiba, aku akan selalu mengirimkan infonya pada mu."

Daddy Emir memasukkan kembali ponsel dalam saku celananya setelah mengakhiri percakapan dengan lawan bicaranya. Kemudian segera masuk kedalam mobil dan meninggalkan sekolah.

.

.

.

"Emak Jamilah!, kemarin ada mobil biru parkir di rumah situ tapi sebentar aja. Mereka tamu dari mana kok udah pulang aja?." Tanya tetangga saat Emak belanja ke warung.

"Oh itu saudara jauh. Mereka cuma mampir aja jadi sebentar." Jawab Emak sembari mengambil beberapa ikan segar dan daging ayam.

"Oh gitu Mak, tak kira mah tamunya untuk Jamilah." Sahut tetangganya.

Emak Langsung saja menggeleng cepat, "Bukan."

"Kalau saya punya kenalan, boleh enggak saya kenalin sama Jamilah?."

Hati Emak begitu tersulut emosi dengan pertanyaan tetangga tersebut. "Enggak Bu, terima kasih. Jamilah enggak butuh."

"Ah Emak kok sombong!. Niat saya kan baik Mak, kok Emak seperti enggak terima begitu." Tetangga itu sengaja memancing Emak.

"Memang Jamilah tidak memerlukan itu." Jawab Emak ketus.

"Kata siapa Mak, Jamilah enggak butuh?. Justru Jamilah sedang membutuhkan itu Mak. Apalagi Jamilah orangnya tertutup, enggak banyak teman pria. Kalau begitu kapan mau laku?." Tetangga itu juga ikut tersulut emosinya melihat jawaban Emak yang ketus.

"Anak saya, Jamilah bukan barang yang harus laku." Teriak Emak dengan tatapan tidak suka.

Melihat keributan yang terjadi, tukang warung langsung meminta tetangga yang sudah terkenal tukang rusuh untuk segera pergi.

"Punya anak belum laku aja sombong!." Ketus sang tetangga sebelum ia pergi meninggalkan warung.

Emak terduduk di bangku panjang yang ada di warung sambil memegang dadanya. Ingin sekali Emak menutup mulut mereka yang selalu mengatai Jamilah menggunakan perekat.

"Sabar ya Mak, perempuan yang satu itu mah emang tukang onar disini. Jadi harus maklum aja." Kata tukang warung.

Emak hanya diam tidak merespon apa yang dikatakan oleh tukang warung itu. Emak segera membayar belanjaannya dan segera meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Saat jam pelajaran masih berlangsung, Alexander izin ke toilet pada Jamilah yang kebetulan mengajar.

Alexander segera masuk ke dalam toilet saat melihat pintu toiletnya terbuka.

Usai menyiram kloset dan mencuci tangan, Alexander hendak membuka pintu setelah membuka kuncinya, namun sayang tidak bisa seperti ada yang menahannya. Alexander mencoba membukanya lagi tapi tetap tidak bisa.

"Tidak mungkin kalau kuncinya rusak, pasti ada yang menahannya dari luar." Gumam Alexander.

1
Retno Anggiri Milagros Excellent
ya percaya saja.. Alexander
Retno Anggiri Milagros Excellent
untung ketemu Bu guru Jamilah . orang ya baik dan masih jomblo . haha.. 🤭😂😂
Retno Anggiri Milagros Excellent
what.. Dady telpon . Alexander ? keren 👍🏻
Retno Anggiri Milagros Excellent
cari gara-gara si Alexander ini . 👍🏻🤣
Retno Anggiri Milagros Excellent
wah.. ngopi dulu biar santai Lah...🤭😍🤣
Retno Anggiri Milagros Excellent
kasihan Jamilah . sabar ya .. nanti diganti Allah dengan berlipatganda 🤭👍🏻🤣
Retno Anggiri Milagros Excellent
kenapa ibu Wiwin jadi begitu ya.. sudah terprofikasi ...
Retno Anggiri Milagros Excellent
padahal anaknya smart ..paling cemburu dengan ayahnya yang akan nikah lagi ya... 🤭🤣🤣
Lia Kiftia Usman
lain cerita jamilah dan julia.... saya pernah utarakan ke ibu saya kalau boleh tdk menikah saya memilih tdk menikah karena ada rasa kecewa ... kakak pertama dan kedua saya terlalu cepat menikah (menurut saya).. akhirnya ibu saya dgn segala nasehat yg beliau berikan ... saya menunda menikah, saya ingin bersama kedua orangtua dan seorang adik saya lebih lama ... qodarullah usia 30 th saya baru menikah..
Ika Sunaryanti
Luar biasa
Seri Devi harahap
Buruk
Seri Devi harahap
Kecewa
Lia Kiftia Usman
bisa g ya ..... saya punya karakter jamilah🤲
Lia Kiftia Usman
Luar biasa
#ayu.kurniaa_
.
Susi Sunarsih
Luar biasa
LarasatiAtiqahGunawan
untung ipar2na kaya jd bisa bayar pelangkah mahal
Safta Anggraini
ceritanya bagus kak /Heart/
nurmahiyah siti
kalau ake jamilalah cerai aja
s4msl Huda
yuli
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!