[Colab with kak Mozarella_cha]
[Cerita dalam proses merevisi]
.
.
Cerita ini mengandung adegan yang membuat kalian geleng-geleng kepala dengan antagonis satu ini.
.
.
Rheasya Livynza Quittern, mahasiswi cantik jurusan bisnis yang namanya dikenal karena segala tingkah absurdnya.
Kelakuannya, membuat semua orang pusing tujuh keliling bahkan harus menyetok banyak kesabaran untuk menghadapinya.
Namun bagaimana jadinya kalau Rhea malah mengalami transmigrasi, usai menghirup bau kentut dosen killer.
Jiwanya merasuki tubuh yang memiliki peran sebagai antagonis sebuah novel yang sekilas membaca cerita sinopsisnya saja.
Kali ini antagonisnya sangat berbeda dengan deskripsi tokoh jahat di novel umumnya.
QUEEN BULLYING ❎
Seragam ketat dan make up menor ❎
Dibenci protagonis pria ❎
QUEEN LAVEGOS ☑️
Keluarga harmonis ☑️
Protagonis pria posesif ☑️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasya_bby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - A?NP!
Suasana kantin nampak mulai ramai ketika akhirnya bel istirahat berbunyi.
Seluruh murid GHS di kelas X-XII dari jurusan IPA dan IPS mencari bangku kosong, sisanya ngantri memesan makanan di warung stand berbeda.
Kantinnya, dibuatkan dengan ukuran sangat luas dan bisa menampung seluruh murid GHS dengan tempat yang dibedakan ada tiga, yaitu di sisi kiri untuk murid kelas sepuluh, tengah untuk murid kelas sebelas dan kanan untuk murid kelas dua belas.
Ada banyak sekali warung stand berjejer di sisi kiri pojokan kantin yang menjajakan aneka makanan.
Seperti bakso, mie ayam, ayam geprek, nasi goreng, ayam katsu, mie kuah mercon, gorengan. Aneka jus dan masih banyak minuman variasi lainnya.
Di sisi Adelia, saat ini tengah menunggu pesanannya yaitu bakso versi mercon di warung stand pak Yanto, langganannya semenjak kelas sepuluh.
Setelah lelah menunggu sambil berdiri, akhirnya pesanan selesai dan menaruh seporsi mangkuk bakso mercon di nampan dengan mangkuk mie ayam pesanan Rhea.
Tidak lupa es teh hangat request aneh bin nyeleneh Rhea dan es milk-shake strawberry miliknya ditaruh nampan itu juga.
Dengan kehati-hatian, Adelia membawa nampan yang agak berat itu kembali menuju ke arah meja Lavegos dimana Rhea dan dia duduk tadi.
Ketika hendak berbalik, tiba-tiba seorang siswi datang dan menabrak dirinya hingga terdengar benda pecah yang nyaring.
BRAK! PYAARRR!!
Tentunya bunyi pecahan itu menarik atensi seluruh murid yang sedang menikmati makanan atau yang masih mengantri di kantin dengan tatapan terkejut bercampur penasaran termasuk Rhea.
Bukan nampan yang dibawa Adelia, tetapi milik siswi itu yang terjatuh dengan mangkuk beserta gelasnya pecah semua.
Isinya berceceran di lantai dan siswi itu nampak seperti suster ngesot yang menunduk ketakutan.
Adelia tentu emosi bukan main saat merasa siswi itu dengan sengaja menabrak dirinya sampai tumpahan kuah panas bakso mengenai tubuhnya.
Bahkan ada noda kuning bercampur cokelat yang tercetak jelas di seragam kemeja putihnya.
"ANJING! LO SENGAJA NABRAK GUE YANG SEGEDE GABAN GINI DAN DI JALAN YANG SELUAS INI! HEH, MATA LO BUTA?!" bentaknya dengan naik satu oktaf.
Bisik-bisik terdengar memenuhi seisi kantin seakan menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.
"Menurut gue, Adelia nggak bohong. Coba kalian ingat lagi, jelas-jelas cewek itu memang sengaja nabrakin diri ke Adelia. Mata gue masih normal."
"Bener banget... Cewek itu udah nggak punya urat malu kali ya? Kalau gue jadi dia, udah pasti nggak ada muka pergi ke kantin."
"Jelas-jelas yang salah cewek itu, memang bener ayang bebeb gue sampe marah banget."
"Halu lo ketinggian anjir! Nanti jatuh, nangis lagi. Mana cocok Adelia sama lo, bagaikan langit dan bumi yang tidak pernah bersatu."
"Panjang bener omongan lo kayak rel kereta api, biasanya diem mulu. Gue kira bisu."
"Tapi cewek itu kasihan juga sampai nangis terus badannya gemetar kayak gitu."
"Hooh, kayak habis disakiti gitu. Siapa tau beneran korban dan Adelia yang salah."
"Ngapain juga kasihan. Harusnya yang lo kasihani Adelia. Buka mata lo lebar-lebar."
"Gue setuju sih, jangan sampai kita tertipu sama trik licik yang dimainkan cewek itu. Playing victim sih."
"Lagian, gue kenal banget sama Adelia sejak masuk GHS. Dia nggak pernah ngebully orang apalagi nyari masalah, nggak ada gunanya."
Banyak yang membenarkan perkataan Adelia dan menganggap jika siswi itu yang mencari masalah duluan hingga menilainya buruk.
Siswi itu semakin memendam kekesalannya karena tidak ada yang membela dirinya dan tidak sesuai di ekspetasinya yang ingin merusak citra Adelia.
"Ma-af k-kak, a-aku ng-nggak se-ngaja. Hiks!! A-aku ng-nggak t-tau ka-kak le-wat hiks, si-ni." jawab siswi itu terbata-bata, masih tetap bersimpuh di lantai.
Adelia melirik sinis siswi itu yang seolah mencoba menuduhnya dan membuat dia menjadi pelakunya agar dipandang buruk semua murid GHS.
Padahal jelas-jelas dia yang menjadi korbannya dan siswi itu membalikkan fakta seolah dialah si korban yang tersakiti. Adelia benci orang bermuka dua.
Orang yang memasang topeng dengan berpura-pura lugu dan polos untuk menutupi sifat aslinya.
"Heh! Lo ngomong sama gue apa lantai?! Kalau ada orang yang ngajak bicara tatap matanya!! Ngomong yang jelas bangsat! Suara lo mirip tikus kejepit yang nggak kedengeran jelas di telinga gue."
Adelia memberikan tatapan mengejek ke siswi itu dan menyindirnya secara terang-terangan.
"Lo bilang nggak sengaja hah?! Gue yang lihat pake mata kepala gue sendiri, kalau lo yang nabrakin diri ke gue dengan SE-NGA-JA!!" ucapnya mengeja dan menekan kalimat yang terakhir.
Tanpa disadari oleh siapapun termasuk Adelia, siswi itu diam-diam mengepalkan tangannya.
Hal itu tidaklah luput dari penglihatan tajam Rhea, hingga mencibir dalam hati.
'Apa siswi itu pemeran utama wanitanya? Kok beda banget yang dideskripsikan di novelnya. Dia seperti memerankan tokoh antagonisnya? Apa dia perasuk kayak gue atau ngulang kehidupan?' terkanya.
Sebenarnya, Rhea cukup terkejut melihat adegan yang menjadi awal pertemuan kedua peran tokoh yang memiliki karakter bertentangan.
Seharusnya Luana masuk di sekolah GHS tidak hari ini, melainkan dua minggu lagi. Bukankah ini cukup aneh bagi siswi itu jika menurut novelnya?
Namun alur ceritanya sudah melenceng dari aslinya dan dia menaruh rasa curiga pada Luana yang tetap bermain akting sebagai korban.
'Apa siswi itu jiwanya beneran nggak Luana aslinya? melainkan kayak gue yang dari dunia lain?' batinnya berkecamuk resah.
Bisa gawat jika yang dia pikirkan terjadi, nasibnya dan Adelia bakalan berakhir tragis seperti yang di cerita asli novelnya.
Siswi itu mendongakkan wajahnya dengan air mata yang berlinang dan mata sembabnya.
Kentara sekali ekspresinya, seakan mencoba untuk menarik simpati seluruh murid yang menonton.
Sesekali ekor matanya melirik luar kantin seperti tengah menunggu bantuannya datang.
"A-aku beneran nggak sengaja kak, hiks! Kakak juga salah hiks, tapi kenapa kakak nggak ada niatan buat minta maaf ke aku?" cicitnya lirih, Luana Mentari.
Rhea berjalan ke arah mereka yang tengah menjadi bahan tontonan gratis semua murid.
"Gue nggak salah denger nih? Hellow... Ngaca sana! Ngapain sih sahabat gue harus minta maaf sama lo yang jelas-jelas nggak bersalah. PPB banget sih lo!" ucapnya dengan mengeluarkan sindiran pedas.
Bukan si itu yang beraninya cuma nyindir di belakang tapi tidak berani di depan orangnya langsung.
Adelia menaikkan sebelah alisnya, karena bingung dengan kalimat aneh yang tidak pernah dengar dia sebelumnya. Dia menatap lurus ke Rhea.
"Apaan tuh bestie? Makanan kah?" Rhea seketika menepuk dahi mulusnya.
"PPB artinya Polos-Polos Bangsat. Gimana nih, beneran cocok nggak sama cewek itu?"
Rhea tersenyum menyeringai dan dibalas senyum miring yang terukir di bibir Adelia.
"Cocok pake banget sih menurut gue. Heh!! Cewe PPB, bangun! Sampe kapan lo kayak gitu? Sampe matahari terbit dari barat kah?"
Rhea tertawa ngakak, memegangi perutnya dan menabok pelan pundak Adelia.
Seluruh murid di kantin termasuk para pedagang tang berjualan bahkan turut tertawa ngakak saat mendengar sindiran double kill dari Adelia.
Semuanya menatap penuh kekaguman pada Rhea yang membela sahabatnya dan memojokkan siswi itu dengan sekali sindiran.
"Pinter banget sahabat gue, biarin aja dia cosplay jadi suster ngesot sampe kiamat." timpalnya dan mereka langsung bertos ria.
Siswi itu atau biasa disapa Luana, menatap penuh kebencian pada mereka yang mempermalukan dia di depan umum.
'Awas saja kalian, aku tidak akan tinggal diam. Akan kubalas perbuatan kalian ini' batinnya dengan penuh dendam dan mata berkilat licik.
"Loh? Kok sekarang cosplay jadi patung pancoran? Lebih bagus lagi kalau cosplay jadi jamet karena lo suka banget berakting kayak tadi."
Seketika sukses membuat semuanya ikut tertawa terbahak-bahak secara berjamaah.
Bahkan Adelia sampai berguling-guling di lantai dan tidak peduli seragamnya kotor.
Toh, seragamnya memang sudah kotor terkena kuah bakso dan es teh. Dia pun memiliki seragam ganti di lokernya hingga tidak menjadi masalah untuknya.
Nah kan, Rhea sepertinya juga menaruh dendam kesumat terhadap Luananjing.
Tiba-tiba suasana kantinnya menjadi hening dan suara gelak tawa seketika lenyap seperti dibawa terbang angin.
"Ada apa ini?" suara bariton dan tatapan tajam bak burung elang milik pemuda tampan yang sekarang ini mengintimidasi semua orang yang ada.
Pemuda tampan itu berjalan paling depan dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.
Dia diikuti empat pemuda yang sialnya tidak kalah tampan yang berjalan mendekat ke arah tiga siswi yang menjadi tontonan gratis semua orang.
Dan semuanya langsung terdiam karena kedatangan kelima most wanted yang sangat populer di GHS.
-TBC-
Ceritanya beberapa udah direvisi jadi sedikit beda sama yang di wp. Tetap update setiap hari ya kak😂🥰
Aku kira bakal digantung ceritanya tapi dugaan aku salah, semoga ceritanya happy ending kak author. Semangat terus ya, jaga kesehatan💜
Bagi para pembaca lama di wp yang punya NT bisa mampir baca ulang. Pembaca baru boleh baca juga, siapa tau bikin ketagihan.
Last, jangan lupa follow akun aku, kasih like, vote dan subcribe biar semangat update cerita terus.