Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kinanti sosok wanita yang sederhana
"Perut aku laper. Ayo kita makan dulu," rengek Kinan.
"Huh, gimana si? Merusak momen aja. Lagi ingin mesra-mesraan, malah ribut laper," gerutu Gio.
"Dih, ngambek. Aku memang benar lapar. Kita makan dulu, ngomongnya nanti aja deh. Percuma enggak bisa fokus," jelas Kinan.
Wajah Gio tampak di tekuk, menunjukkan wajah kesal. Kini keduanya sudah sampai di warung bakso yang letaknya tak jauh dari restoran milik Dimas. Gio terpaksa menuruti keinginan istrinya. Makan di warung tepi jalan. Mereka masuk ke warung bakso tempat langganan Kinan dulu suka beli, saat bekerja di restoran Dimas.
"Eh, Mba Kinan. Apa kabar Mba? Sudah lama banget enggak lihat. Sudah tak kerja lagi ya di restoran itu?" Gio merasa tambah kesal, karena banyak pria yang mengagumi istrinya. Bahkan tukang bakso saja bersikap ramah kepada sang istri.
Gio bertambah kesal, saat mendengar Kinan memanggil tukang bakso dengan panggilan Mas. Padahal itu panggilan Kinan untuk dirinya. Kinan memasang dua porsi bakso telor dan juga urat untuk dirinya dan juga sang suami, dia juga memesan es teh manis untuk mereka.
"Kenapa si kamu panggil tukang bakso itu dengan panggilan Mas? Itukan panggilan untuk aku. Masa iya, aku disamakan sama si cowok breng*sek itu, sekarang sama tukang bakso," cerocos Gio.
"Ya ampun Mas, jadi suami cemburuan banget si. Itukan hanya panggilan saja, tapi artinya berbeda sama kamu. Terus aku manggilnya apa dong ke tukang baksonya?" Kinanti dibuat pusing sama tingkah sang suami.
"Makasih ya Mang," ucap Kinanti. Akhirnya Kinanti mengubah panggilan untuk si abang bakso, dia tak ingin jadi ribut dengan sang suami yang begitu posesif.
Gio masih diam seperti patung, merasa gengsi makan di warung pinggir jalan.
"Kenapa enggak dimakan? Kamu enggak suka bakso? Baksonya enak loh, nanti kamu nyesel enggak makan," ucap Kinanti sambil asyik memasukkan bakso itu ke dalam mulutnya.
"Enggak. Ngapain juga nyesel. Aku beli ditempat lain aja," sahut Gio.
"Ya sudah, kalau kamu enggak mau. Buat aku saja baksonya," ujar Kinanti dan Gio mengiyakan.
Gio hanya memperhatikan istrinya yang begitu lahap memakan bakso. Membuat lama kelamaan dia pun jadi menginginkannya. Penasaran dengan rasa baso itu.
"Enggak usah gengsi! Aku tahu, kalau kamu sebenarnya mau 'kan? Kamu penasaran 'kan? Ini cobain dulu," rayu Kinanti. Gio mencoba menolaknya, tetapi Kinanti terus memaksa ingin menyuapi sang suami makan.
Hingga akhirnya, Kinanti berhasil memasukkan bakso ke dalam mulut suaminya. Gio tampak mengunyah bakso itu.
"Sialan, enak juga ini bakso. Gue jadi ingin lagi, " gerutu Gio dalam hati.
Gio merasa salut, karena Kinanti masih bersikap sederhana. Mau makan makanan pinggir jalan. Padahal suaminya seorang CEO. Wanita lain pasti tak akan mau, pasti merasa gengsi makan di warung pinggir jalan.
"Mau lagi enggak?" tanya Kinanti. Kinanti terlihat tersenyum kala melihat sang suami menganggukkan kepalanya.
"Makanan itu tak harus mahal. Banyak kok makanan pinggir jalan yang tak kalah rasanya dengan restoran. Jadi, ngapain bayar mahal kalau ada yang murah," ujar Kinanti.
Setelah selesai makan, Gio memutuskan untuk mengajak sang istri ke hotel. Karena Gio terbiasa tidur menggunakan AC, sedangkan di rumah Kinanti tak ada.
"Ya, sudah. Kita langsung saja yuk ke hotel," ajak Gio.