Farel Stuart Alfredo harus merelakan wanita yang dicintainya secara diam-diam yaitu Salmafina bertunangan dengan kekasihnya.
Nada Maura Hermawan juga baru saja patah hati diputuskan oleh pria yang dipacarinya selama Lima tahun.
Keduanya bertemu di pesta pertunangan Salma dan berakhir di atas ranjang dengan sama-sama tidak menggunakan pakaian.
Sebulan kemudian Nada hamil dan Farel yang mengetahui hal itu langsung berinisiatif untuk bertanggung jawab.
"Ayo kita nikah, aku akan bertanggung jawab!" ucap Farel.
Nada masih tidak percaya jika dirinya hamil oleh pria asing yang baru ditemuinya dipesta sahabat baiknya itu.
Akankah Nada dan Farel bisa mempertahankan pernikahan mereka yang begitu tiba-tiba karena adanya anak di antara mereka, padahal keduanya sama-sama memiliki cinta lain yang sulit dilupakan.
Apakah cinta akan hadir, ataukah mereka memilih berpisah setelah Nada melahirkan?
Yuk ikuti kisah mereka, jangan lupa subscribe like dan kasih gift yang banyak ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Dari Orang Gila
Happy Reading.
Farel sudah lama tidak menginjakkan kakinya ke rumah kedua orang tuanya, mungkin sebulan yang lalu saat dia datang ke acara pertunangan Salma dan Ferry.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir dia memang menetap di Bali untuk mengurus bisnisnya sendiri yang ada di pulau itu.
Untuk urusan perusahaan, dia lebih suka menyerahkan pada adiknya yang bernama Arkan. Usianya lebih muda Lima tahun darinya, tetapi Arkan sudah sehebat itu dalam bidangnya.
"Kenapa wajah putra mama yang tampan ini ditekuk seperti itu?" tanya Mama Bella.
Farel tersenyum saat Mamanya membelai rambutnya dengan sayang, Farel hanya bisa menghela nafas untuk meringankan beban pikirannya.
"Ma, apa Mama senang kalau aku menikah?" tanya Farel menatap Mamanya.
Mama Bella awalnya terkejut, tapi sedikit kemudian wanita paruh baya itu tersenyum. "Kalau Abang memang akan menikah, tentu saja Mama dan Papa bakal senang banget," jawab Mama Bella. "Tapi emang Abang mau menikah? terus menikah sama siapa?"
Farel hanya tersenyum memeluk ke Mama Bella tanpa menjawab pertanyaan Mamanya itu. Belum saatnya Farel menceritakan tentang sosok Nada kepada keluarga besarnya, karena itulah perjanjian Nada dan juga dirinya.
Mereka semua tidak ini ada yang tahu jika Nada hamil duluan dan itu disebabkan olehnya.
Di sisi lain.
Nada merasa Gegana, gelisah, galau, merana, mengingat orang tuanya, Nada mulai ragu dengan keputusan yang telah dia buat dengan Farel.
Hati ayah dan ibunya pasti akan hancur saat tahu bahwa dia telah menikah tanpa memberitahu mereka.
Namun nada tidak mau menunggu sampai perutnya membuncit dia harus segera menikah dengan Farel secepatnya.
Mereka sudah mulai membuat keputusan dan akan segera menikah di Bali.
Ya Bali adalah tempat satu-satunya yang mereka pilih karena hanya di situ yang menurutnya aman.
Setelah pernikahan mereka sah secara agama, mereka hanya tinggal membuat alibi dan sepertinya Farel sangat ahli dalam hal itu.
Sebuah ketukan pintu menyadarkan Nada, dia segera keluar dari kamar mandi, saat pintu kamar terbuka ayahnya berdiri dengan senyum di wajahnya.
"Boleh Ayah masuk?"
"Tentu saja yah," jawab Nada tersenyum dan memberi jalan untuk ayahnya.
"Nak, jangan dengar apa yang dikatakan Om Bima tadi, ya? kamu tahu kalau Om itu memang suka asal bicara?"
Sepertinya ayahnya merasa tidak enak ketika Nada pergi begitu saja saat makan malam, mungkin karena perkataan Bima mengatakan tentang pernikahan.
Menurut keluarga, Nada belum move on dari Surya karena memang sejak dulu Nada ingin bisa menikah dengan pria itu, tetapi Surya tiba-tiba memutuskannya secara sepihak.
Mereka semua tahu jika Nada sempat down dan menangis semalaman.
"Iya yah, Nada tahu, Nada tadi cuman capek," jawab Nada. "Tapi yah, bagaimana kalau aku memang mengurus pernikahan di kantor kelurahan?"
Ayah Nada mengerutkan keningnya, "maksudnya?"
"Ya misalkan aku menikah tanpa restu ayah sama ibu?"
Pak Aris mengelus rambut Putri satu-satunya, "restu ayah selalu bersamamu nak, pokoknya asal kamu bahagia, Ayah pasti akan merestui kamu menikah dengan siapapun itu, asal pria itu bertanggung jawab kepadamu dan tidak meninggalkanmu begitu saja," ucap Pak Aris.
Nada menarik kedua sudut bibirnya.
"Tapi kamu tidak mungkin melakukannya 'kan?" tanya Pak Aris memicingkan matanya.
Nafas Nada terdekat keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya. Nada hanya diam tanpa menjawab.
Pak Aris tersenyum kembali menatap sang putri, "kamu istirahat, biar cepet baikan," Nada mengangguk.
Pak Aris kemudian melangkah keluar dari dalam kamar putri kesayangannya.
Sebuah pesan dari seseorang yang bernama 'Orang Gila' membuat Nada menaikkan sudut bibirnya ke atas.
'Hai, calon istri.'
Nada memutar bola matanya malas ketika membaca pesan tersebut.
'Dasar mesumm! 😡'
Nada membalasnya disertai emoticon marah.
'Cantik, aku mesum cuma sama kamu 😘'
Nada mual ketika melihat emoticon di akhir kalimat balasan Farel.
Tangan Nada mengetik pesan dengan kasar.
'Dasar gila!'
Sebuah pesan masuk lagi.
'Gila karenamu, sayang.'
'Nama gue bukan sayang, anda salah sambung, Mas!'
Tidak mau menggubris pesan dari Farel, Nada memutuskan untuk melemparkan hp-nya asal, dia mengomel sendiri tentang tingkah menyebalkan lelaki yang mungkin akan segera menikah dengannya itu.
"Kok cemberut, sayang?" Pak Aris yang tiba-tiba datang membuat Nada terkejut.
"Eh, Ayah, hehe," Nada nyengir kuda ketauan sedang mendumel sendiri.
"Ini ibu bikin susu buat kamu, kan tadi makannya cuma dikit," Pak Aris memberikan segelas susu kepada Nada.
"Makasih Yah, makasih juga untuk ibu, pokoknya kalian orang tua yang terbaik sedunia," Nada memeluk lengan sang Ayah.
Sementara Pak Aris mengeluh, "dan kamu adalah putri yang paling manja sedunia!" Nada langsung mengerucutkan bibirnya.
Tiba-tiba ponsel Nada berdering keras disertai getaran, di layarnya muncul gambar seorang pria tampan yang telah tersenyum memperlihatkan daratan gigi putihnya.
Nada hanya diam saja, ternyata si mesumm masih juga mengganggunya.
"Nggak diangkat, Nak?" tegur Pak Aris.
"Nggak penting, Yah!"
Pak Aris berdecak ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel Nada. "Lah, namanya kok gitu, Nak? Apa nggak ada nama lain? Kesannya gimana gitu."
Nada langsung meraih cepat HPnya, pria menyebalkan itu melakukan panggilan video call.
"Kenapa nggak diangkat? Nanti penting, loh," suruh Pak Aris sambil berusaha melihat tampang pria yang menghubungi anak perempuannya itu.
"Nggak penting kok yah, itu cuma temannya Salma."
"Teman Salma yang mana yang namanya orang gila?" cecar Pak Aris masih belum berhenti.
"Dia itu super nyebelin, makanya dipanggil orang gila, ya emang kelakuannya rada gila, yah!"
Pak Aris mencibir putrinya. "Salma itu anak baik, lembut, mana bisa dia panggil temannya dengan sebutan seperti itu, pasti itu kamu yang buat 'kan?"
"Eh, kok aku sih, yah! mana mungkin aku manggil-manggil kayak gitu." Nada tidak terima.
"Jangan-jangan dia itu pacar barumu ya? biasanya kamu itu mempunyai panggilan sayang cuma sama orang terdekat, seperti Abangmu yang kamu panggil tiang listrik karena tinggi dan kurus," Nada terdiam, ayahnya memang sangat tahu kebiasaan buruk yang memang tidak bisa dihilangkan itu.
"Aku ngantuk, mau bobok!" Nada memonyongkan bibirnya.
Pak Aris merasa tidak enak karena menyebut pacar sama putrinya, pria paruh baya itu merasa tidak enak, "Ayah tadi cuma bercanda, nak," ucap Pak Aris.
"Iya, ya udah, ayah keluar sana, anak gadis ayah mau bobok," ucap Nada merasa sedikit sesak.
'Gue bukan gadis lagi!'
Pak Aris melirik Hp Nada yang tidak berhenti bergetar, masih menampilkan foto yang sama, jelas foto itu bukan Surya. "Salam sama teman kamu itu, ya?" ucap Pak Aris sebelum melenggang pergi dari kamar putrinya.
Setelah ayahnya keluar, Nada menghembuskan nafas berat dan meraih gawainya, pria pengganggu itu tidak menyerah juga ternyata.
"Ada apa lagi?" ketus Nada.
"Jangan galak-galak, nanti cepat tua loh!" jawab Farel.
Padahal Nada tidak ingin mendengar suara pria itu, tapi sepertinya memang ada yang penting.
"To the point aja!"
"Ck, tidak sabaran, ngobrol dulu boleh 'kan?"
"Gue matiin, nih!"
"Masa sama calon suami ngomongnya kayak gitu, nggak sopan tahu."
"Makanya kalau ngomong itu yang serius!" Nada mulai kehilangan kesabaran. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri panggilan.
Rasa panas mulai menjalar di matanya, dadanya mulai sesak, bahunya naik turun tidak beraturan.
Isakan demi isakan mulai lolos, sekali Nada memukul-mukul pelan dadanya yang terasa semakin sesak.
Ada rasa sakit tak tertahan di hatinya, tetapi dia pun tidak mengerti kenapa rasanya hanya ingin mengeluarkan air mata sebanyak-banyaknya.
Bersambung.
*
*
*
Hai, aku ada rekomendasi karya bagus banget, coba baca deh.
Judul : Istri Selingan
Author : Warnyi
sungguh mantap sekali 👍👍
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘