Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Alice tengah asyik melukis di atas kanvas yang sudah dipenuhi dengan warna-warni, ia begitu fokus dan serius untuk menyelesaikan lukisan yang akan dijual ke konsumen. Ia memastikan setiap goresan kuasnya menghasilkan detil yang sempurna. Namun tiba-tiba, pintu galeri terbuka dengan keras, membuat Alice terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan kuas lukis dari tangannya.
"Alice!" teriak Hani memanggil namanya dengan suara keras. Alice mengusap dadanya yang berdebar, berusaha menenangkan diri dari kejutan tadi.
"Ada apa, Hani? Mengapa kamu berteriak seperti itu?" tanya Alice sebal, wajahnya tampak merah karena emosi.
Hani tersenyum lebar, nyengir hingga telinga, dan melangkahkan kakinya menghampiri Alice.
"Aku punya sesuatu untuk mu, Alice!" ucap Hani dengan wajah berbinar, menunjukkan rasa antusias yang meluap-luap.
"Apa itu?" tanya Alice dengan rasa penasaran, matanya bersinar. Pasalnya hari ini bukanlah hari ulang tahun atau perayaan apapun yang seharusnya melibatkan pemberian hadiah. Ia menghentikan kuasnya sejenak, menoleh ke arah Hani yang membawa sebuah kertas di tangannya.
"Apa itu, Hani?" tanya Alice penasaran.
"Ini kertas undangan, dari perusahaan Regantara. Minggu depan perusahaan itu mengadakan acara pameran seni lukis. Setiap galeri seni lukis di wajibkan mengirim satu lukisan untuk di pamerkan, Alice. Mungkin saja dengan acara ini karya lukis mu bisa di kenal oleh banyak orang" jelas Hani dengan menggebu-gebu.
Alice terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan yang ditawarkan oleh Hani.
Wajahnya yang semula tampak ragu, kini mulai menunjukkan rasa bersemangat.
"Benarkah? Apakah ini kesempatan yang baik untuk mengekspos karya lukisanku?" gumam Alice.
Hani mengangguk mantap, "Tentu saja! Ini adalah kesempatan langka yang harus kamu ambil. Siapa tahu karya lukisanmu berhasil menarik perhatian banyak orang dan membuka jalan kariermu sebagai seniman terkenal, Alice." ucap Hani.
"Disana juga akan banyak orang menawar lukisan mu, siapa tahu lukisan mu bisa terjual dengan nilai fantastis" lanjutnya dengan di sertai candaan.
Mendengar kata-kata Hani, Alice tersenyum lebar, perasaan bahagia dan harapan mulai memenuhi hatinya.
"Baiklah, Hani. Aku akan ikut acara pameran seni lukis itu, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mempromosikan karya lukisanku. Terima kasih atas informasinya!"
Hani tersenyum senang, "Sama-sama, Alice. Aku yakin kamu bisa melakukannya. Semoga sukses!" ucapnya sambil menepuk bahu Alice semangat.
Dengan tekad yang kuat, Alice bersiap-siap untuk menghadapi acara pameran yang akan datang, berharap kesempatan ini akan membawa perubahan positif dalam hidupnya sebagai seniman.
Hani membantu Alice mendaftar acara pameran tersebut.
"Kamu harus semangat" ucap Hani menyemangati Alice.
Para peserta di beri waktu selama tujuh hari untuk menyerahkan karya mereka, selama membuat lukisan tersebut tuan Zen memperbolehkan Alice untuk bekerja setengah hari saja. para peserta di haruskan membuat lukisan sesuai tema yang di minta oleh perusahaan Regantara.
Pagi hari Alice akan datang ke galeri, lalu siang hari dia akan pulang kerumahnya bersama Lucas, lalu malam harinya dia akan pulang ke rumah tua Anderson. Karena selama seminggu ini dia harus tinggal di sana.
"Kamu ngapain saja, kenapa tidak langsung pulang kerumah kakek? Apa yang kamu lakukan di rumah itu" tanya Lucas.
"Maaf Lucas, aku sedang mengerjakan lukisan milik seseorang, aku butuh konsentrasi untuk membuatnya" jelas Alice.
"Kamu masih mengerjakan pesanan orang lain? Kamu tidak takut dengan kejadian kemarin? Atau memang itu yang sebenarnya kamu harapankan" tanya Lucas sinis. Ia tidak habis pikir dengan Alice.
"Tidak-tidak, kali ini bukan aku yang akan mengantarnya, tapi tuan Zen dan Hani yang akan memberikannya kepada orang yang memesannya" panik Alice, takut membuat Lucas berpikir yang bukan-bukan.
Alice bukan tidak mau terbuka tentang acara pameran tersebut, hanya saja ia takut sang suami akan melarangnya mengikuti acara itu.
"Terserah, sampai nanti terjadi hal buruk lagi seperti kemarin. Aku tidak akan menolongmu" ucap Lucas dan berlalu masuk kedalam kamar mandi, pria itu butuh mendinginkan otaknya setelah berdebat dengan istrinya.
Alice menghela nafas sabar, dan berjalan menuju ke ruang ganti. Dia mengambil baju tidur untuk Lucas dan menyiapkannya diatas ranjang.
Tiga puluh menit kemudian Lucas keluar dari kamar mandi, dengan mengenakan handuk yang menutupi bagian bawahnya hingga sebatas lutut. Ia menatap ke arah ranjang, dan melihat baju ganti yang di siapkan oleh istrinya. Ia mendekati ranjang tersebut, kemudian memakai pakaian yang di siapkan oleh Alice.
"Ini selimut dan bantalnya, malam ini giliran kamu yang tidur di lantai" ucap Alice sambil memberikan kedua benda tersebut.
Lucas berdecak kesal, namun meskipun begitu dia tetap menerima kedua benda tersebut.
Dengan perasaan jengkel, Lucas merebahkan tubuhnya di lantai yang beralaskan karpet berbulu. Tubuhnya merasa tidak nyaman dan kesal, pasalnya baru kali ini ia merasakan tidur di lantai yang keras. Tak seperti biasanya, ia tidur di ranjang yang empuk dan lembut.
Setiap beberapa saat, Lucas terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke samping, melihat Alice yang terlelap dalam tidurnya. Wajahnya terlihat damai, tak terganggu oleh ketidaknyamanan yang dirasakan Lucas.
Klek klek...
Suara pintu yang berusaha dibuka dari luar membuat jantung Lucas berdebar kencang. Ia menyadari bahwa itu adalah kakek yang ingin masuk ke kamar. Dalam kepanikan, ia meraup selimut dan bantalnya, berusaha segera naik ke atas ranjang agar tak ketahuan tidur terpisah dengan Alice.
Namun sayangnya, gerakan Lucas tidak gesit seperti Alice. Gadis itu terlelap di pinggir ranjang sehingga membuat Lucas sulit untuk bergerak.
Ceklek...
Pintu mulai terbuka perlahan, dan dalam sekejap Lucas berusaha menyelamatkan diri dengan melompat ke atas ranjang. Tubuhnya yang gemas mendarat di atas tubuh Alice yang masih terlelap. Kini, Lucas tidur dengan menghimpit tubuh Alice yang berada di bawahnya.
Kaki dan tangannya mencoba menahan tubuhnya agar tidak menekan gadis itu terlalu keras, namun tetap saja posisi mereka sangat tidak menguntungkan.
Kakek yang masuk ke kamar itu menatap mereka dengan mata terbelalak, kemudian mengangkat alisnya seolah-olah menahan tawa.
Lucas merasakan tubuhnya menegang, takut akan reaksi kakek tersebut. Ia berusaha mencari kata-kata untuk menjelaskan situasi yang terjadi, namun sepertinya tak ada yang bisa ia katakan untuk meyakinkan kakek bahwa ini hanyalah sebuah kesalahpahaman.
Sementara itu, Alice yang mulai terbangun karena beban di atas tubuhnya, membuka matanya dan melihat wajah Lucas yang penuh kecemasan. Ia menyadari posisi mereka yang sangat tidak sopan dan segera mendorong tubuh Lucas untuk segera bangun dari atasnya.
Suasana menjadi sangat canggung, dan kakek itu hanya tersenyum tipis sebelum berkata, "Sepertinya kalian berdua sedang sibuk, aku akan kembali lagi nanti." Lalu kakek itu menutup pintu kamar, meninggalkan Lucas dan Alice dalam kebingungan dan rasa malu yang membara.
"Kenapa kamu mendorongku" kesal Lucas yang merasakan badannya sakit karena jatuh dari atas ranjang.
"Salah sendiri tidak sopan" ucap Alice.
Lucas berdiri sambil berkacak pinggang menatap gadis itu. "Tidak sopan katamu?" tanya Lucas.
"Aku ini suami mu, mau aku menidurimu pun tidak ada yang salah. Karena itu hak ku" omel Lucas.
Ringis Alice mendengar ucapan suaminya, jujur saja dia belum siap menyerahkan tubuhnya untuk suaminya.
aihhh bikin lah Alice strong woman Thor jangan terlalu myek menyek
hadirkan juga laki² bertanggung jawab, mapan pokoknya impian para wanitalah untuk melindungi Alice